Sebuah pecahan diri terbentuk dari pengalaman baik maupun pengalaman buruk. Aku tidak bercanda soal hal ini karena menurutku, aku harus menggabungkan beberapa pecahan memori yang terbagi menjadi dua atau lebih dari bagian pecahan diri. Meski aku mengetahui bahwa orang hanya melihat aku dari luar tanpa melihat dari dalam.
Belum lama ini, aku dan keluarga pergi untuk liburan ke tempat tinggal saudara paling kecil dari mama. Lagi dan lagi aku masih berbohong kepada beberapa orang-orang ketika aku ditanyakan "sen/Cen kamu sekarang lagi kuliah? Atau kerja?". Sebuah pertanyaan yang sebenarnya aku sulit untuk menjelaskan dengan keadaan sesungguhnya, entah setiap bertemu dengan kerabat serta orang tua sendiri aku merasa kurang nyaman dengan alasan mereka pasti akan menanyakan sesuatu hal yang sudah jelas-jelas aku sulit untuk menceritakan tentang masalah pada diri sendiri.
Malam itu aku harus meminum obat yang aku konsumsi sebagai alternatif untuk meminimalisir anomali pada tubuh ini. Sempat ada beberapa saudara atau aku menyebutnya adik-adik sepupu bertanya-tanya apa yang aku alami sehingga aku harus meminum obat itu sendiri? Aku hanya menjawabnya dengan kenyataan bahwa aku sedang memperjuangkan kesehatan mental yang sudah terbengkalai sejak hari itu tidak lagi diperhatikan. Mungkin saudara atau adik-adik sepupu di antara mereka pasti ada yang bisa memahami tentang kasus ini. Aku berani menceritakan beberapa hal karena aku berpikir bahwa memang jika aku berbicara dengan adik-adik dan saudara lainnya meskipun aku meyakini bahwa mereka tidak ada yang 100% bisa mengerti apa yang aku maksud.
Setidaknya, aku berani mengucapkan dan menjelaskan untuk beberapa orang yang aku percaya. Mereka tidak sama sekali menghakimi apa yang aku rasakan dan mereka lebih sering mendengarkan dibandingkan menghakimi seseorang yang sedang bercerita kepadanya. Syukur aku bisa menceritakan tentang diri sendiri serta beberapa fakta bahwa aku sama sekali sudah tidak lagi mengikuti kegiatan sebagai mahasiswa yaitu perkuliahan.
Pertanyaan paling umum seringkali menjadi rasa sungkan meski aku harus menetapi sebuah kebohongan terbesar pada diri ini. "Bagaimana jika orang tua kamu mengetahui bahwa kamu sudah sakit sejak hari itu kak? Soalnya ini masalah yang jelas-jelas tidak bisa di terima dengan logika umum" begitu kata adik-adik untuk menanyakan keadaan sebenarnya tentang pengetahuan dari fakta jika aku harus memikul ini sendirian. Terdengar dan terlihat seperti ironi sangkar burung yang luas namun burung itu tidak benar-benar bisa bebas berterbangan kesana-kemari untuk menikmati kebebasan.
Hari itu tepatnya sebelum tanggal 1 Mei 2023 semua aku lalui dan memaksa penuh dengan kontrol kewarasan yang aku miliki. Meladeni semua orang bukan kebiasaan yang aku miliki baik itu keluarga sekaligus aku memilih untuk memilah mana orang yang tepat untuk aku ajak bicara. Bisa dikatakan sebagai cara aku untuk menghindari dari pertanyaan yang jelas bisa membuat satu keluarga panas dengan membahas tentang diri ini. Sebuah fakta pahit bahwa serpihan fragmen diri terpecah dengan beberapa bagian.
Malamnya aku berbicara dengan salah satu dari adik sepupu dan kami bercerita cukup panjang serta membahas juga tentang masalah diri ini yang terkadang membuat diri sendiri juga bingung lantaran memori terpisah dengan kepribadian atau pecahan kesadaran yang lain. Untungnya ketika aku pergi dari rumah kondisi kesadaran hanya terbatas sampai fase 2 tidak sampai 100% kesadaran aku hilang termakan oleh pecahan pribadi lain yang mengantikan tubuh ini sebagai boneka yang bisa diganti-ganti dengan mudahnya.
Aku dan mereka yang ada dalam diri sendiri, terpecah dari sebuah momen yang membuat lara takan bisa sembuh sampai kapan pun. Sebuah cerita dramatis dan halusinasi seperti dongeng yang aku sampaikan kepada orang-orang yang jelas hal ini sangat sulit di terima dalam nalar umum. Malam itu aku menyempatkan diri dengan salah satu kepribadian yang jelas dia adalah karakter anak-anak bernama Gio untuk bermain-main dengan adik-adik kecil dari keluarga mama.
"Kak, Gio boleh main tajos sama mereka gak?"
"Boleh tapi janji ya jangan sampai ketahuan jika kamu dan aku itu berbeda, mohon kerjasamanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia dan Coretannya [TAMAT] - Revisi
Non-FictionKisah perjalanan menuju kesempurnaan penerimaan diri karena memiliki perspektif paling puitis dan melihat kebiasaan, ketakutan, dan penderitaan orang serta tubuh yang gemetar. Perjalanan pencarian jati diri menuju kesempurnaan penerimaan diri. Entah...