Sang kegelapan selalu berdampingan bahkan bersembunyi dibalik titik buta sang cahaya harapan manusia. Apa yang menjadikan manusia itu terlihat seperti benang kusut serta coretan abstrak dalam benaknya? Trauma? Cemas? Depresi? Takut? Atau kematian itu sendiri yang membuat seperti marabahaya bagi akal sehat manusia?
Sewaktu aku mencoba mengakhiri hidup yang begitu kusut, banyak coretan di tembok kamar saat aku belum berpindah singgahan atau rumah baru milik keluarga kami. Sebuah proses atau mungkin itu mimpi buruk bagiku, tembok dan barang-barang sekitar menjadi saksi bisu dalam percobaan bunuh diri.
Entah, rasa sakit yang aku terima saat ajal ingin menjemput itu sangat bergairah dan menyakitkan. Saat itu aku juga pernah menceritakan persoalan tentang aku mati untuk yang ke-dua kalinya, lalu dibangkitkan kembali oleh sang cahaya ilahi memberi ujian yang jelas-jelas tidak semua orang dapat menerima atau menjalankan amanah sang ilahi dengan baik. Mereka hanya bisa mengeluh, sama seperti aku yang dulu.
Apa yang menganggu? Aku kehilangan banyak orang yang aku sayangi, itu adalah sebuah nasib sial atau beruntung? Sial jika aku merasa sedih begitu mendalam, serta beruntung aku dapat menikmati madu dari sarang yang di tinggalkan oleh sang lebah madu itu sendiri.
Pengalaman serta penerimaan, pernah saja aku lakukan agar aku tidak mengambil pusing tentang delapan pecahan kepribadian yang terjadi kepada diriku ini. Aku tidak mengetahui apa yang membuat mereka ada, tapi mereka jelas-jelas ada untuk melengkapi segala macam yang ada dalam hidup ini.
Dunia terasa terbelah menjadi beberapa dimensi. Yang pertama, dunia kenyataan. Yang ke dua, alam bawah sadar manusia itu sendiri. Yang terakhir alam spiritual. Ketiganya sangat berkaitan dan berhubungan dengan hati dan pikiran manusia.
Benar, sedikit lagi aku bisa mengendalikan kesadaran yang lain. Sesungguhnya itu sangat menyakitkan ketika aku harus memotong semua benang kusut yang ada dalam benak ini. Terasa tidak rela aku melepaskan rasa takut yang menyelimuti seluruh tubuh ini.
Dialog bersama pribadi lain, terasa seperti sebuah catatan atau dongeng fiksi yang orang ceritakan kepada anak-anak sebagai cerita sebelum tidur. Aku juga tidak mengetahui apa yang benar-benar terjadi ketika kesadaran lain mengambil alih seluruh tubuh ini serta juga kendali manusia itu sendiri.
Kasus untuk diriku cukup rumit. Entah lah, kenapa sang ilahi memberikan seperti ini? Melihat secara langsung dan mendengar kabar burung seseorang yang telah pergi dari hidupku. Sahabat, kerabat, semuanya akan pergi untuk selamanya pada waktunya.
Pelajaran sebuah pembentukan diri menjadi lebih baik dari versi sebelumnya. Bukan membandingkan diri aku dengan orang lain, lantaran kapabilitas setiap manusia memang berbeda-beda. Menjadi versi terbaru jauh lebih baik meskipun hanya 1% sebuah kemajuan itu sendiri dibandingkan dengan tidak sama sekali memiliki kemajuan pada diri itu sendiri.
Menerima sebuah kenyataan awalnya memang berat, berhubungan dengan alam bawah sadar yang terus-menerus mengingatkan bahwa mereka pernah ada dalam hidup membuat diriku semakin sulit ketika aku berusaha menghapus atau membuang semua ingatan bersama karya sang ilahi.
Setetes racun dapat mematikan semua tentara, itu juga berlaku jika kita terapkan kedalam meaning reverse method dimana aku dapat mengembalikan semua hal negatif menjadi energi positif.
Jangan kamu terus berlari dan sembunyi dari rasa takut tertelan oleh kegelapan itu sendiri, aku memeluk sang kegelapan serta menggandengnya bersama sang cahaya pada hati dan akal sehat.
Sebuah syair tertulis untuk kalian semua para pembaca, dan aku juga. Terdengar seperti sebuah ocehan dari perasaan bias menjadi hal biasa. Semua manusia memiliki coretan pada dirinya, begitu banyak hal kusut dan berantakan karena coretan itu sendiri yang mengutuk seseorang agar tidak bisa menerima kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia dan Coretannya [TAMAT] - Revisi
Non-FictionKisah perjalanan menuju kesempurnaan penerimaan diri karena memiliki perspektif paling puitis dan melihat kebiasaan, ketakutan, dan penderitaan orang serta tubuh yang gemetar. Perjalanan pencarian jati diri menuju kesempurnaan penerimaan diri. Entah...