Pagi ini Rony telah bersiap di lobby studio dengan beberapa barang bawaan yang akan Ia bawa pulang. Beberapa kontestan lain telah meninggalkan lobby, hanya tersisa dirinya, Novia, Paul, Nabila, dan Salma. Paul dan Nabila sibuk bercengkrama, Novia masih setengah tertidur di sebelahnya, sedangkan Salma sedikit berjauhan dengan mereka karena sedang bergurau dengan beberapa teman kontrakannya.
Pada dasarnya Rony masih mengantuk. Dengan bucket hat, masker, dan kacamata hitamnya, Ia hanya mengedarkan pandangan, mengamati sekitar.
Tak berapa lama, Salma menghampiri mereka dan mengambil tas di sampingnya, "Gue balik dulu, ya."
"Udah dijemput kau, Sal?" tanya Novia tiba-tiba tersadar.
"Udah, tuh." Salma menunjuk mobilnya menggunakan dagunya.
Rony ikut bangkit kemudian bersalaman dengan Salma.
Novia memeluk Salma sebagai salam perpisahan. "Jaga diri kau baik-baik, Sal. Salam untuk papa mama kau, ya."
Beberapa teman Salma ikut berpamitan pada mereka.
"Eh, Ron. Cabut duluan, ya, kita. Keren banget lo kemaren. Kapan-kapan main bareng, lah, kita. Ada studio juga, tuh, di kontrakan," salah satu teman Salma yang cukup akrab dengannya ikut bertos-ria dengannya. Tak heran jika di kontrakan mereka ada studio lengkap dengan peralatannya. Ini karena mereka berada pada jurusan musik, sama dengan Salma.
"Siap, bro. Bisa diatur, lah, itu. Kapan-kapan gue ajak temen-temen gue ke Jogja," sanggup Rony.
Ia dan Salma ada pada dasarnya memiliki latar belakang yang berbeda. Berkuliah di Jurusan Musik dan di kelilingi banyak orang yang bermusik. Oleh karenanya, tak ada salahnya jika suatu hari mereka akan banyak sharing pengalaman di tongkrongan mereka.
Tak berapa lama setelahnya, Rony melihat mobil tua papanya terparkir di depan lobby studio. Rony segera memeluk Novia dan Paul sebagai salam perpisahan. Juga bertos-ria dengan Nabila.
"Hati-hati kau, Ron," pesan Novia sedikit berteriak. Rony menjawab dengan melambaikan tangan.
Rony telah memasukkan semua barangnya di belakang mobil. Ia duduk di kursi penumpang depan, disamping Papa Rony mengemudi. Rony segera memeluk papanya dengan erat. Ia bisa merasakan betapa bangga papanya saat ini melalui eratnya pelukan yang papanya berikan pada Rony.
Ditengah rangkulan mereka, papanya berucap dengan lirih, "Anak Papa."
Rony mendengar itu hanya mampu terkekeh dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Mama papanya memang menjadi salah satu alasannya untuk tetap berjuang meniti karir. Sedari Ia gagal berkali-kali, hingga saat ini berhasil di usaha terakhirnya.
Setelah merapikan duduknya, papanya telah bersiap melajukan mobilnya,"Berangkat sekarang, ya?"
"Siap, Pa." Rony menjawabnya sembari mencari lagu yang biasa Ia putar bersama papanya di mobil, The Beatles.
Sepanjang perjalannya dengan di temani serangkaian lagu The Beatles, Rony merasa sangat menikmati kepulangannya saat ini. Ia sangat tak sabar bertemu mamanya, adiknya, dan tentu saja kekasihnya.
"Ini mau jemput Shenna dulu?" pertanyaan papanya mengaburkan lamunanya.
"Nggak, Pa. Langsung kerumah aja. Shenna masih ad kuliah sampe sore. Biar nanti Rony aja yang jemput," papar Rony. Papanya mengangguk sebagai jawaban.
"Gimana kau sama Shenna? Baik-baik aja?" tanya papanya.
"Baik, kok, Pa."
"Dia sudah tau kau dekat dengan banyak perempuan?" papanya berusaha mengintrogasi.
Rony terkekeh mendengarnya, "Deket gimana, sih, Pa?"
"Ya, kau kan tau. Banyak kali, lah, video kau tu dekat-dekat dengan perempuan,"
"Itu, tuh, di edit, Pa. Aslinya nggak begitu. Berhubung itu di potong-potong, jadi banyak, lah, asumsi buat Rony kalau Rony ini banyak cewek." jelas Rony.
"Shenna udah tahu, kok, Pa. Kayaknya juga dia lebih tahu duluan daripada Papa. Secara dia kan update terus tentang Rony," lanjut Rony.
"Terus kata dia bagaimana?" tanya papanya.
"Rony sering, kok, telepon sama Shenna. Dia pun ngertiin Rony kalau itu profesional kerja. Dia juga ngerti kalau video-video itu di edit dari fans Rony."
"Tapi, Pa," ujar Rony menggantung.
"Kenapa?" Papa Rony menangkap raut sendu dari anaknya.
"Shenna kemarin lihat penampilan Rony di rumah, kan? Yang sama Diva itu?" Papanya mengangguk sebagai jawaban.
"Penampilan Rony kemarin emang Rony khususkan untuk Shenna. Shenna kemarin nangis waktu lihat Rony. Rony bisa rasain kalau banyak kali yang Shenna pendam sendirian," cerita Rony pada Papanya.
"Nanti kau coba, lah, cerita dengan Shenna. Papa pun heran. Kok bisa kau dapatkan perempuan tulus kali seperti Shenna. Kalau papa jadi Shenna, sudah papa hantam, lah, tulang pipi kau," jawab Papa Rony berusaha menghibur anaknya.
_________________________________________________Sesampainya dirumah, Rony terkejut melihat banyaknya orang di rumahnya.
"Banyak banget orangnya, Pa. Rony kan belum menang," ujar Rony.
"Papa juga kaget, Ron. Kok banyak kali saudara papa," guraunya.
Rony sedikit kesal melihat papanya yang tak bisa serius, "Gimana, sih, Pa. Itu, kan, saudara Papa." Papa Rony tertawa melihat kekesalan anaknya, "Udah, disambut aja. Papa juga pengen banggakan, lah, anak papa ini ke orang-orang."
Rony turun dari mobil bersama papanya. Papanya merangkul Ia sebagai lambang seberapa besar bangganya pada Rony.
Rony menyalami semua orang disana, juga merangkul sebagian. Di penghujung terakhir, Ia segera memeluk mamanya seerat mungkin diikuti air mata yang menetes dengan lancang.
Ia merasa sangat bahagia bisa memeluk mamanya seleluasa ini. Biasanya Ia hanya bisa memeluk mamanya dari atas panggung. Ia bisa merasakan tangis haru mamanya yang menguarkan rasa bangga.
Setelah itu, mereka makan bersama diiringi percakapan-percakapan ringan yang lebih banyak membahas karir Rony. Rony hanya mendengarkan sembari sesekali menimpali jika dirasa Ia perlu menjawab.
"Kak Rony. Gimana jadinya sama Kak Bunga atau Kak Salma?" salah satu kerabat seumuran mamanya menanyakan pertanyaan itu pada Rony
"Temen aja. Kan sama-sama kerja," jawab Rony santai.
"Yah, padahal Kak Rony cocok, loh, sama mereka," ujarnya kecewa.
"Janganlah kalian tanya aneh-aneh dengan anakku. Dia ini sudah punya cewek, lah." Mama Rony membelanya sembari mengantar makanan.
"Memang kau sudah punya cewek, Ron?" tanya mereka heboh. Rony hanya menggaruk kepala belakangnya bingung kemudian memutuskan untuk pergi dari pembicaraan itu.
_________________________________________________A/N:
Hai! Ketemu lagi! Part ini khusus Rony aja, ya. Part gemes-gemesnya sama Shenna ada di Bab selanjutnya! Aku yang nulis juga ikut gak sabar bikin part gemesnya huhu.
Terima kasih ya sudah membaca sejauh ini. Ditunggu Bab selanjutnya. Be wise, Readers!
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU | RONY PARULIAN
FanfictionTell me everything about you Never felt like this before, The love feels so true Every little thing that you do, Ain't exaggerating but no I won't take two, Just you Shenna Nidya Kaluna X Rony Parulian Nainggolan Terlepas dari berita Bunga dan Salma...