Bab Lima Belas

412 17 5
                                    

Panggilan mereka telah berakhir 15 menit yang lalu. Ini karena Rony yang mendadak dipanggil Salma untuk berlatih bersama Kak Meltho.

Shenna juga sempat bercakap sejenak dengan Salma. Harus diakui bahwa Salma memang orang yang sangat menyenangkan untuk diajak berbicara. Walaupun tadi percakapan mereka hanya seputar aduan Salma mengenai sikap menyebalkan Rony. Katanya, Kok bisa, sih, Shenna betah sama orang nyebelin kayak Rony? Shenna juga bingung menjawabnya. Gimana lagi, nyebelin-nyebelin gitu juga tetep sayang. Aheeeyyy.

Setelah panggilan mereka berakhir, Shenna segera menyelesaikan pesanannya dan kembali duduk berhadapan dengan Hanin, dengan meja sebagai pembatas mereka. Keduanya sibuk berfokus pada layar laptop mereka masing-masing. Hanin dengan kerjaan freelance desain-nya dan Shenna dengan revisi Bab 1 yang baru saja dikirim oleh dosennya.

Dua kursi disebelahnya terdengar berdecit. Hanin dan Shenna mengalihkan atensi mereka. Rupanya, Samuel dan Fredly ikut bergabung di meja mereka.

"Udahan jamming lu?" tanya Hanin membuka percakapan.

"Udah. Capek gue. Nyanyi-nyanyi dari sore kaga dapet-dapet. Nyempil kek cewek atu," gurau Fredly.

Samuel spontan menjitak pelipis Fredly. "Aelah, itu mah lu aje yang nyarinya spek Ariel Tatum. Sadar diri, lah, bro!"

Shenna ikut tertawa, "Rokok masih ketengan aje lu nyarinya yang kek Ariel Tatum."

Keempatnya tertawa serempak. Fredly menghembuskan rokoknya setelah Ia mengingat sesuatu.

"Oh, iya. Gue dapet 5 tiket nonton Indonesian Idol dari Juan. Sam sama Adrian udah gue kasih tau. Kalian bisa ikut gak?" tanya Fredly pada Shenna dan Hanin.

"Gue gak ada acara, sih. Tapi tergantung Shenna. Dia ikut, gue juga ikut," jawab Hanin.

"Sebenernya gue paginya ada bimbingan, sih. Tapi coba nanti gue minta bimbingannya maju di senin paginya aja. Biar abis bimbingan gue bisa langsung gabung sama kalian," sanggup Shenna.

"Ya udah gue kabarin Juan dulu. Gue bilangin kalo kita berlima yang bisa ikut gabung," ujar Fredly.

Kalau kalian lupa, Juan ini adalah admin pusat dari fanbase Rony. Jadi wajar saja dia memiliki akses esklusif antara Rony dan pendengarnya.

"Eh, bilangin sekalian sama Juan. Jangan bilang-bilang Rony, ya, kalo gue mau datang. Diem-diem aja," pinta Shenna.

"Eh, kenapa? Bukannya bagus kalo Rony tau lo dateng?" tanya Hanin heran.

"Nggak gitu. Gue gak mau aja pikiran dia nyabang-nyabang kemana-mana. Biarin dia fokus aja. Ntar ketemu kalo udah abis tampil," jawab Shenna.

"Ya, udah. Besok kalian kesini aja kalo berangkat. Kita on the way bareng-bareng dari sini," kata Samuel.
_________________________________________________

Hari senin dengan cepatnya tiba. Pagi-pagi sekali di jam kerja, tepatnya sekitar pukul 8 pagi Shenna telah menghubungi dosennya untuk memajukan jadwal bimbingannya.

Sembari menunggu jawaban dari dosennya, tak banyak hal yang Shenna lakukan. Atau bahkan tak ada hal yang bisa Ia lakukan. Semua tugas seni rupanya telah Ia kerjakan kebut-kebutan kemarin malam. Sehingga saat ini Ia hanya berbaring di kasur dengan scrolling media sosial.

Setelah hampir mati kebosanan hingga menuju jam makan siang, Shenna akhirnya memutuskan untuk mempersiapkan keperluannya nanti malam. Ia membawa beberapa barang termasuk dua cincin hitam serupa yang sempat Ia beli kemarin secara custom. Pada bagian dalam cincinya, terukir kata "Rockmantis" yang secara esklusif di desain oleh Shenna. Salah satu cincinnya Ia kenakan di jari manisnya, sedangkan cincin yang lain Ia masukkan kedalam tas untuk Ia berikan pada Rony nanti.

Ponselnya berdenting. Berharap jika itu merupakan balasan dari pesan yang Ia kirim pada dosennya tadi. Benar dugaannya, dosennya memberitahunya bahwa beliau bisa melakukan bimbingan di pukul 3 sore nanti.

Shenna dilanda kebimbangan, Fredly mengabarinya bahwa mereka akan berangkat dari coffeeshop pada pukul 4 sore. Mereka tak dapat memundurkan keberangkatannya karena mereka juga harus mengantri disana. Sedangkan Shenna baru memulai bimbingannya pukul 3 sore. Sangat mustahil untuk bisa menyelesaikan bimbingannya dalam 1 jam saja. Biasanya Ia membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam dalam sekali bimbingan.

Setelah berpikir panjang, Shenna akhirnya menyanggupi jadwal bimbingannya bersama dosen. Ia memutuskan untuk berangkat sendirian saja menggunakan motornya. Ia membuka roomchat-nya dengan Samuel untuk mengabari perihal keberangkatannya.

 Ia membuka roomchat-nya dengan Samuel untuk mengabari perihal keberangkatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________________________________________________

Waktu telah menunjukkan pukul 3 lebih 28 menit. Hingga saat ini, Dosen pembimbingnya masih belum menunjukkan batang hidungnya. Shenna terduduk dengan cemas. Padahal, 4 mahasiswa lain yang ikut bimbingan masih terlihat santai. Bagaimana tidak, Ia sangat khawatir kalau nanti jika Ia terlambat sampai di studio, Ia akan kesulitan atau bahkan tidak diperbolehkan untuk masuk.

Shenna bernapas lega ketika mendengar pintu terdorong dari luar dan terlihat dosen pembimbingnya telah hadir. Meskipun saat ini waktu telah menunjukkan hampir pukul 4 sore.

Setelah semua mahasiswa selesai, kini giliran Shenna untuk melakukan bimbingan. Shenna menjadi mahasiswa terakhir karena memang saat ini bukan jadwalnya untuk berkonsultasi. Sehingga wajar saja Ia berkonsultasi di paling akhir.

Shenna mencoba fokus untuk menyimak dan menandai beberapa revisi, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan dan masukan-masukan dari dosennya.

Setelah beberapa jam berlalu, Shenna akhirnya selesai dengan bimbingannya, tepatnya di pukul 7 lebih 13 menit.

Shenna setengah berlari keluar dari gedung kampusnya dan mencari motornya. Ia bahkan tak sempat untuk pulang dan berganti baju. Ia memutuskan untuk langsung berangkat saja menuju ke studio. Beruntung Ia sempat membawa barang-barang yang telah Ia siapkan tadi. Sehingga ini mendukung Shenna untuk langsung tancap gas ke studio.

Shenna berkendara dengan cukup tergesa-gesa. Ia beberapa kali melirik jam tangannya untuk memperkirakan apakah Ia akan sempat dan bisa untuk masuk kedalam studio. Meskipun dari kampusnya menuju studio hanya membutuhkan waktu 30 menit, namun Ia yakin bahwa perjalanannya tidak akan sependek itu. Jakarta ramai dan padat. Apalagi di jam-jam seperti ini. Shenna menduga kalau Ia akan menghabiskan waktu tiga kali lipat untuk sampai kesana.

Pikiran Shenna benar-benar terpecah antara waktu dan jalanan di depannya. Tiba-tiba Ibu-ibu bermotor berbelok dengan tajam tanpa ada pertanda. Shenna yang pikirannya terpecah sangat terkejut dan mengerem secara mendadak. Namun, percuma. Remnya masih tak cukup kuat untuk menghindari kejadian itu. Setir motornya bersenggolan dengan motor ibu-ibu tadi. Shenna pun limbung dan terjatuh sedikit terlempar dari motornya.

Sialan.
_________________________________________________

A/N: Halo! Selamat membaca kembali. Semoga masih berkenan, ya!
Mau cerita sedikit, sebenernya cerita ini pengennya itu supaya pembacanya ngayal bisa jadi Shenna alias backstreetannnya Rony wkwk. Soalnya aku udah beberapa kali ngelihat cerita wattpad dadi Shipper-shipper tapi jarang yang dari sudut pandang Rony sendiri. Jadii semoga suka, ya! Semoga segera berjumpa di bab selanjutnya.

Be wise, Readers!

JUST YOU | RONY PARULIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang