Bab Delapan Belas

569 20 3
                                    

Rony kini telah kembali ke backstage dengan Salma yang masih mengekor di belakangnya. Dengan pikirannya yang semrawut, Rony melepas jas-nya dengan kasar sembari berjalan menuju wardrobe. Jas-nya yang telah terlepas Ia letakkan secara sembarangan di kursi rias.

Semua orang disana menatap heran pada Rony. Tak hanya kontestan, crew disana pun ikut bingung dengan perubahan emosi Rony. Padahal Ia baru saja turun dari panggung. Tak terkecuali Salma. Ia pun masih kebingungan dengan Rony yang tiba-tiba unmood. Salma merasa Ia tak sama sekali melakukan kesalahan atau bahkan membuat Rony kesal selama di panggung tadi. Bahkan Ia sempat melihat Rony terlihat bahagia dengan respon juri terhadap penampilan mereka.

Dengan raut wajah yang gusar dan nafas yang tak beraturan, Rony kembali melangkah ke backstage tepatnya ke bilik-bilik yang kalau kata Salma, itu adalah kos-an milik Neyl.

Rony menyibak salah satu gorden bilik tersebut dan masuk kedalamnya. Ia memposisikan kursi kecil yang ada didalamnya untuk menghadap kearah kaca dan mendudukinya. Saat ini posisinya Ia membelakangi gorden bilik dengan duduk menghadap kaca besar. Kedua tangannya bertautan dengan bertumpu pada kedua pahanya. Kini mata Rony memejam sembari mengatur napasnya. Kedua tangannya yang bertautan bergerak gusar.

Telinga Rony menangkap suara sibakan gorden di belakangnya. Lewat pantulan kaca, Ia melihat Salma yang kini berkacak pinggang dengan tatapan kesal namun kebingungan.

"Lu kenapa, sih, Ron?!" tanya Salma. Rony tak bergeming dan malah mengambil bantal leher untuk dipakainya dan kemudian bersandar pada kursi dengan menutup matanya. Sepertinya Rony harus mengontrol diri.

"Gue ada salah jawab pertanyaan juri tadi?" tanya Salma lagi.

"Berisik!" jawab Rony sembari masih memejamkan mata.

Mendengar jawaban Rony, Salma menjadi semakin kesal. "Ya gimana gue nggak berisik? Orang lu dari panggung langsung grusak grusuk! Orang-orang ngiranya lu ada problem sama gue!"

"Gue gak papa, Sal!" respon Rony dengan masih memejamkan mata.

"Lu kalo ada apa-apa, lu bisa cerita sama gue," ujar Salma.

Rony menghembuskan napasnya dan membuka matanya. Ia kembali duduk tegak untuk bersiap berucap pada Salma.

"Gue boleh sendirian dulu gak, Sal?" suara Rony terdengar lembut dan berhati-hati.

Salma yang mendengar itu kemudian menghembuskan napas dan menurunkan tangannya dari pinggang, "Yaudah, Gue harap lo nggak papa,"

Salma segera berbalik dan hendak menutup gordennya. Namun suara Rony menginterupsinya untuk menunda pergerakannya menutup gorden.

"Sal, tolong nanti kalo perwakilan fanbase udah disuruh masuk, panggil gue, ya?" pinta Rony. Salma mengangguk tanda menyanggupi.

Setelah kini Ia berada di dalam bilik sendirian, Rony kembali menyandarkan tubuhnya pada kursi dan kembali menutup matanya.

Ia terlihat seperti tidur, padahal pikiran dan hatinya berkecamuk tak karuan. Adegan saat Ia menuruni panggung terus terputar berulang-ulang di kepala seperti layaknya kaset rusak.

Adegan saat Ia memeluk Bunga, mengusap kepala Bunga, hingga kemudian melihat tatapan kecewa Shenna terus terngiang di kepalanya. Sangat mengganggu pikirannya.

Tentunya Ia sangat senang melihat Shenna untuk pertama kalinya dapat melihat penampilannya secara langsung di studio. Ia seharusnya membuat Shenna bangga tadi. Ia seharusnya membuat Shenna terkesan di pengalaman pertamanya. Namun, yang ada, Ia malah membuat kekasihnya sedih dan kecewa. Membuat kesan pertama yang buruk bagi Shenna.

"Goblok lu, Ron!" makinya pada diri sendiri.

Kini Rony merasa seperti Ia tak tahu diri. Shenna sangat baik padanya. Menemaninya hingga dua tahun lamanya. Menemaninya sedari Ia hanya penyanyi reguleran di cafe, menemaninya saat Ia berkali-kali ikut audisi yang berakhir gagal, hingga saat ini Shenna masih menemaninya hingga sampai di titik ini.

Shenna selalu ada di titik-titik terendahnya. Titik dimana saat mamanya sakit Shenna pun masih menemaninya. Titik dimana Ia gagal masuk dalam audisi-audisi pun Shenna masih menemaninya. Memeluknya dengan merapalkan kata-kata baik padanya. Menyemangatinya padahal Rony seperti tak pantas lagi di semangati setelah berkali-kali gagal. Kalau orang lain mungkin sudah menyuruhnya untuk mencari jalan lain. Namun, Shenna masih percaya padanya.

Sedangkan apa yang Ia lakukan Saat ini? Mengecewakan Shenna di kesan pertama Shenna melihat penampilannya secara langsung. Ia sungguh ingin marah kepada dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya, Ia sangat membenci sifatnya yang telalu welcome pada orang lain.

Demi Tuhan, yang Ia lakukan tadi tak ada maksud apa-apa. Ia murni karena terkejut melihat Bunga yang kembali hadir mendukungnya. Ia sudah lama tak berinteraksi dengan Bunga. Saat Bunga masih menjadi kontestan, Rony, Bunga dan beberapa teman yang lain merupakan teman yang cukup dekat. Mereka sering bercanda dan jamming saat latihan. Sehingga, ketika Ia melihat Bunga kembali ada di studio, Rony terkejut dan reflek merangkul sebagai tanda terima kasihnya.

Namun, tetap saja. Rony tahu bahwa itu salah. Tak ada pembelaan. Apapun alasannya. Merangkul apalagi mengusap kepala bukanlah hal yang sepatutnya Rony lakukan. Sehingga Shenna seharusnya pantas untuk memukulnya saat ini.

Sekarang, yang Rony pikirkan adalah bagaimana caranya agar Ia bisa berbicara empat mata dengan Shenna.

dan, Juan jawabannya.
_________________________________________________

Setelah kejadian tadi, Shenna berusaha kembali memfokuskan dirinya pada penampilan-penampilan selanjutnya. Ia kini bahkan menggunakan kacamata hitam untuk menutupi pergerakan mata dan ekspresinya. Berkali-kali Ia menghembuskan napas untuk menenangkan diri. Namun, nyatanya, Ia tak bisa. Pikirannya melalang buana dan matanya kembali memanas setiap Ia kembali mengingatnya.

Tak seharusnya Shenna merespon berlebihan seperti ini. Apalagi 'hanya' karena itu. Tetapi apakah berangkulan dan mengusap kepala adalah sebuah 'hanya'?

Hanin menyenggol lengannya untuk menyadarkan Shenna dari lamunan. "Lo gak papa?"

Shenna mengangguk sebagai respon. "Kayaknya gue kecapekan aja."

"Lo gak bisa bohong sama gue, Shen." bisikan Hanin meruntuhkan pertahanannya. Air mata yang sedari tadi Ia bendung sekuat tenaga kini mengalir beberapa.

Shenna segera mengusap air mata di balik kacamatanya dan kembali menghembuskan napasnya, "Jangan sekarang, ya, Nin. Anggep aja gak ada apa-apa."

Hanin mengangguk sebagai respon kemudian menepuk bahu Shenna untuk menyemangati.

Dari depan, Ia melihat Juan keluar dari kerumunan dan mendekatinya. Juan berbisik padanya agar suaranya tak terganggu dengan bisingnya studio.

"Gue mohon sama lo buat gak mikir apa-apa dulu, Shen. Lo percaya, kan, sama Rony?"

Percaya.

Batinnya dengan cepat menjawab pertanyaan Juan. Ia seratus persen percaya sepenuhnya pada Rony. Namun, bukan itu maksudnya. Ia hanya sedikit tercubit dengan apa yang Ia lihat tadi. Entahlah apa itu namanya.

Melihat Shenna tak merespon apa-apa, Juan kembali melanjutkan bisikannya, "Abis ini gue masuk backstage buat wakilin fanbase. Ntar gue coba ngomong sama Rony."

Shenna yang sedari tadi sok sok-an memfokuskan diri pada panggung kini menoleh pada Juan.

"Lo jangan bikin Rony tambah kepikiran, ya, Ju. Gue gak papa. Sampein sama Rony kalo tadi penampilan dia keren banget. Gue suka," pesan Shenna.

Juan mengusap bahu Shenna untuk menyemangati, "Lo percaya sama gue, Shen. Rony gak se-goblok itu."

"Gue masuk dulu, ya," pamit Juan.
_________________________________________________

A/N:
Hai hai, Sobskuy! Akhirnya bisa update juga hihi. Maaf, ya, agak lama! Btw semoga bab ini berkenan ya buat kalian. Terima Kasih sudah baca!

Oh iya katanya mama Rony lagi sakit. Doain cepet sehat ya gais:(

Be wise, Readers!

JUST YOU | RONY PARULIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang