Bab Sembilan Belas

876 21 24
                                    

Hingga saat ini, posisi Rony masih sama. Ia masih bersandar pada kursi kecil dan memejam dengan bantal leher sebagai tumpuan kepalanya. Bagi orang lain mungkin menganggap saat ini Rony sedang tertidur pulas. Padahal sama sekali tidak. Sedari tadi Ia masih sadar seratus persen. Ia juga sempat menangkap beberapa kali suara orang-orang yang menyibak gorden tempat Ia beristirahat. Namun, Rony memang tak punya hasrat untuk membuka mata apa lagi menoleh. Pikirannya masih sadar seratus persen dengan banyak sekali spekulasi-spekulasi yang berkecamuk didalamnya.

Lagi-lagi Rony mendengar suara gorden di buka. Terhitung sudah lima kali gorden itu di buka. Dan masih sama, Rony masih enggan menanggapi.

"Lu mau sampe kapan disitu? Noh, perwakilan fanbase udah didepan." Suara Salma kini berhasil mengalihkan atensinya. Kabar yang Ia tunggu-tunggu.

Rony segera bangkit dari duduknya kemudian melepas bantal lehernya. Ia merapikan penampilannya sembari melihat dirinya di pantulan kaca. Rony menarik napas dalam-dalam untuk mengontrol diri.

"Makasih, ya," ujar Rony sembari melewati Salma. Tak lupa tangan usilnya juga bergerak menarik sedikit kerudung Salma dari belakang.

"IH USIL BANGET SI LO!" Sebelum terkena tonjokan maut dari Salma, Rony terlebih dahulu ngacir menjauhi Salma.
_________________________________________________

Sedetik setelah Rony sampai di backstage, secepat itu juga Juan menyadari kehadiran Rony. Juan memantau Rony melalui ekor matanya.

"Gue tunggu di tangga belakang," ujar Rony tanpa suara.

Juan yang menangkap itu mengacungkan jempol sebagai respon dan kembali menyimak briefing dari crew bersama perwakilan fanbase yang lain.
_________________________________________________

Rony telah sampai di tempat Ia dan Juan akan bertemu. Ia mendudukkan diri di 2 anak tangga terbawah sembari kemudian menyalakan rokoknya. Lokasi ini sangat sunyi. Hanya terdengar sayup-sayup suara dari studio. Tak banyak juga orang melewati lokasi ini. Hanya ada satu dua orang crew yang melewatinya. Ini karena lokasi tangga ini ada di gedung paling belakang dan di atas anak tangga hanya ada gudang penyimpanan barang yang cukup jarang digunakan.

Rony telah menghabiskan satu batang rokoknya dan Juan masih juga belum menampakkan batang hidungnya. Ia kembali menyalakan rokoknya kedua kalinya untuk mengalihkan perasaan gusarnya.

suara langkah kaki bersepatu mengalihkan lamunannya. Tak lama kemudian, orang yang sedari tadi ditunggunya kini telah berada dalam radar pandangannya, Juan.

"Congrats, bro! Keren gile!" kata Juan sembari bertos-ria dengan Rony.

Kini Juan berdiri tepat di depan Rony sembari bersedekap dada dan bersandar pada tembok. Rony menyodorkan sebungkus rokoknya untuk di tawarkan pada Juan. Juan mengambil alih dan kini keduanya sama-sama merokok.

"Thanks, Ju. Buat ngurusin fanbase gue, gue juga makasih banyak sama lo," ujar Rony setelah hening beberapa saat.

"Shenna nitip salam buat lo. Katanya tadi lo keren banget. Dia suka." Juan menghisap kembali rokoknya setelah mengucapkan itu.

Rony hanya mematung dengan menunduk sembari memfokuskan pandangannya pada sepatu Juan di depannya. Namun pikirannya entah melayang kemana.

"Gue tau lu orang baik, Ron. Kelewat baiknya sampe lo gak ngerti batasan lo buat interaksi sama orang," ujar Juan kembali.

"Gue heran kok ada orang kayak Shenna di dunia ini. Dia gak pernah komplain apa-apa sama lo. Diem aja saat seluruh dunia nge-ship-in lo sama orang lain. Bahkan dia gak pernah ngeluh apapun sama Hanin as sahabat dia, apalagi ke gue sama yang lain."

JUST YOU | RONY PARULIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang