CHAPTER 23

6 1 0
                                    

Kita tidak pernah tau. Kehidupan seperti apa yang dilalui oleh banyak orang.

Apakah sama dengan yang kita rasa?

Semua orang tumbuh dengan didikan dan pengalaman yang berbeda.

Tapi pelajaran yang hampir sama.

Dari kemarin yang sudah bisa di sebut sejarah. Maka esok adalah masa depan. Masa yang kita tidak tau apa yang akan kita hadapi besok.

Jangankan besok, seperkian detik setelah kalian membaca ini pun tidak tau apa yang akan terjadi.


~Isha Zura Agatta.

Isha memasuki sebuah ruangan gelap yang terlapisi plastik. Ia terus masuk menelusuri cahaya yang remang-remang dari ruangan yang tersembunyi di balik kamar itu.

Hingga di tengah ruangan ada cahaya yang begitu terang. Semerbak bau amis menyertai langkah kaki Isha.



Tes!

Masih ada darah segar menetes dari atas menodai seragamnya yang tertutup rompi. Merembes masuk. Busuk sekali bau ruangan itu membaur dengan bau obat dan bau amis.

Isha masih menulusuri dan terkejut dengan apa yang ia lihat di hadapannya saat ini.

Seorang anak laki-laki yang kemarin dilaporkan hilang. Kasus anak-anak hilang itulah yang menjadi tugas tim Isha kali ini.

“Bima..” lutut Isha terasa lemas. Bima adalah anak polisi kenalan nya. Dan Isha pernah bermain dengan Bima.

Tapi lihatlah. Tidak ada respon apapun dari Bima. Iya terbaring lemah di atas meja yang di set seperti meja operasi namun lebih terlihat seperti meja jagal.

Isha menangis menggenggam tangan Bima. Masih hangat, darah dari meja itu yang mengalir deras masih terasa hangat.

“Tante Terlambat! Maaf Bim.. Padahal sedikit lagi. Sedikit sajaaa Tante bisa tolong Bima! Bima gak bakal jadi kayak giniii..”

Isha meratapi tubuh anak kecil yang sudah tidak ada organ-organ tubuh dan dibiarkan terbuka. Dadanya terkoyak, sudah tidak ada paru-paru dan jantung. Perutnya kosong. Daging dari kulit perutnya sobek sana-sini.  Bahkan, matanya juga ikut di ambil. Mereka mengambil organ dalam Bima dengan sangat brutal.

Wajah Bima terlihat sangat pucat. Badannya dingin dan lemas. Darah masih mengalir di tubuhnya. Bahkan tanpa mata pun Bima menangis. Dari lubang matanya mengalir darah segar yang masih terasa hangat di jari Isha.

Isha menghapus aliran darah itu. Menyeka wajah Bima lembut dengan lengan pakaiannya.

Isha merengkuh anak laki-laki itu di dalam pelukan. Hatinya sangat hancur. Mereka tersorot lampu terang utama di tengah-tengah ruangan mengerikan itu.

Splash!

“Ini dokumen kasus yang kamu minta Sha. Tapi cuma baru segitu yang timku tau, maaf ya.” Wanita itu memberikan sebuah map yang cukup tipis ketebalannya. Maklumlah kriminal yang di buru itu sangat licin.

“Ehh kok gitu. Aku makasih banget malah dibantuin sama timmu dan mau berbagi informasi. Makin hari makin banyak aja korban anak kecil yang hilang.” Isha menunduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang