CHAPTER 14

35 27 109
                                    

Kamu dan segala kenangan tentang kita telah menyatu dalam. Sangat dalam hingga tak menyadari bahwa ternyata kau itu adalah sesuatu yang fana namun ku anggap nyata.

~Han


Dulu saat masih SD, Prasti ingin sekali berteman dengan Isha. Tapi Isha memang terkenal galak dan kejam. Susah banget di deketin. Ucapan nya halus tapi tajam, dingin banget. Lalu akhirnya Isha luluh dan berteman baik dengan Prasti. Sayangnya kali ini jurusan mereka berbeda tapi keduanya tetap saling berteman walaupun sudah banyak hal yang terjadi dan tidak saling berkomunikasi pada waktu yang cukup lama. Tentu saja ada perbedaan antara dulu dan sekarang.

1

2

3

“Eh apa kabar? Ih kamu tuh, udah dari tadi aja ga tanya kabar malah ngapain.”

Isha menoleh dengan slowmo, menarik napas panjang dan mengeluarkannya sabar, “Yang dateng-dateng langsung main ‘plak’ siapa coba?” tangannya melayang mempraktikkan.

“Hehehe,” cengengesan “ih salah mulu aku tu Hahaha iya Sha iya lah. Ehhhh! Kalau aku ga nanya kenapa kamu aja yang nanya kabar duluan?”

“Lupa hehe.”

Prasti menelan ludah menahan amarah yang kian bergejolak keluar dari dalam dadanya.

“Sabar Pras! Sabar!” ia menepuk-nepuk pundaknya sendiri. Dan tiba-tiba suara riuh siswa-siswi mengagetkan keduanya. Sorot mata mereka pun melihat ke arah panggung. Meneliti apa yang sedang diteriaki.

“Ih ih kembar!” kata Prasti takjub melihat apa yang ada di depan sana. Isha hanya mengerjap dan membiarkan Prasti terus mengguncang tubuhnya sambil menceritakan tentang kembar-kembar apa lah itu yang ada di depan.

“Ih yang satu ganteng banget Sha.. eh kembaran yang satunya juga ganteng ih! iihh!”

Yap. Temannya yang satu ini sangat menggemari cogan alias Cowok Ganteng. Dan parahnya ada dua kembaran jadi ada 4 orang nih yang sedang di tatap dengan antusias oleh ratusan pasang mata dan salah satunya adalah Prasti.

“Ini siapa kak namanya?” tanya seorang dewan yang sedari tadi menjadi MC di MOS tahap 1 pada hari itu. Telapak tangannya menunjuk sopan.

Cowgan, kata Prasti dan mayoritas cewek-cewek kecuali para siswa. Yaiyalah. Yakali cowo sama cowo.

Mereka berjejeran dan memperkenalkan diri.

Tak peduli mau seberapa ganteng pun, Isha tak akan melirik, karena hatinya hanya milik Sanu. Dan Sanu adalah pahlawan sekaligus sosok yang sangat Isha sayangi. Tidak normal, kan? Karena cinta itu lupa akan segalanya. Mungkin inilah yang dikatakan 'cinta itu buta.'

Entah kenapa akhir-akhir ini Sanu bisa sampai seminggu tidak hadir dalam mimpinya padahal biasanya hampir setiap hari Sanu selalu bersama dengannya.

“Raka.”

“Waw.. kak Raka! Emm,” Prasti tersenyum.

Entah sejak kapan Isha sudah pindah dan bersandar di dinding. Tapi Prasti tetap mengikutinya tanpa di ketahui oleh dewan yang berjaga di bagian belakang.

“Riki.” Sebut salah satu kembaran Raka secara bergantian.

Senyumnya semakin merekah “Raka-Riki. Namanya bagus bangett, kayak orang nya, ganteng!! Ya kan Sha-“

Tiba-tiba langit menggelap.

Slas!

Lampu berkedip 3 kali lalu menyala sempurna. Hujan mulai turun mengguyur dengan deras. Suasana tiba-tiba menjadi lebih hening, seakan waktu terhenti.
Buliran jernih rintik hujan seperti ingin mengutarakan sesuatu. Tersihir oleh lingkup. Jantung Isha berdegup kencang, lalu suara mic berdenging kencang hingga sebagian besar yang berada di ruangan itu tutup telinga.

“Isha..”menggema.

Ada suara yang memanggilnya.

“Sha.. hahaha” tertawa renyah bersama sebuah kilatan gambaran terselip dalam ingatan Isha.

Seseorang itu tersenyum, kepada seorang wanita di hadapannya.

“Ingatan milik siapa ini?” gumam Isha.

Beberapa suara terus menggema dalam telinga Isha tanpa henti. Bersamaan dengan berbagai gambaran yang terus berputar samar dan acak. Terus mengusik ketenangan jiwa Isha.

“Sanu.”

Jleb!

Tidak ada petir namun Isha tersentak kaget.

“S- Sa- Sanu!” setengah teriak.

Melihat ekspresi wajah Isha seperti kesetanan Prasti memegang pundak gadis itu perlahan. Perlahan namun benar saja, Isha tetap terlonjak lebih kaget. Sontak Ia menatap manik Prasti dengan gelisah dan tak tahu harus bagaimana.

“Kamu kenal Kak Sanu, Sha?” tanyanya lembut. “ Kamu ga papa kan Sha..?” lanjut Prasti khawatir. Isha hampir sulit sekali untuk di buat kaget. Mau bagaimana pun wajahnya tetap datar dan dingin. Jarang sekali bahkan hampir tidak pernah Isha menunjukkan ekspresi wajah yang sesungguhnya di depan banyak orang.

Prasti maklumi karena saat Kak Sanu menyebutkan namanya volume mic sedang dalam volume tinggi dan mungkin itu yang membuat Isha terkejut.

Begitu fikir Prasti.

Isha menggeleng kuat. Terus menggelengkan kepalanya tapi tatapannya masih kosong.

‘Gak! Gak mungkin lah. Wajahnya beda-'

“Sani.” Perkenalan nama di depan.

“Yaudah kalo ga kenal. Kirain kamu kenal, syukur kalau ga papa,” sambung Prasti setelah menerima gelengan kepala dan senyum tipis dari Isha, padahal Isha sedang bergelut dengan dirinya.

‘Tuh kan.. bukan lahh bukann. Sanu setauku ga punya kembaran. Nama mereka aja yang sama, Rambutnya juga sama. Tapi wajahnya beda hahaha hhhh bukan. Bukan!’  Isha terus meyakinkan dirinya bahwa itu bukanlah Sanu yang ia kenal. Karena karakteristik diantara mereka itu cukup berbeda. Meskipun Isha hanya melihatnya sekilas sosok Kakak Kelas di panggung itu dengan jarak jauh.

Isha kembali melihat Sanu yang ada di atas panggung dengan lebih teliti untuk meyakinkan pendiriannya. Namun sayang jarak mereka cukup jauh dan Isha punya sedikit gangguan dengan matanya. Ia membuang nafas kasar, “Bukan! Emm iya. Wajahnya beda bukan-bukan!”

Deg!

Hatinya terenyuh. Ia ingin menangis.

“Ah gatau lah! Hhh!” Isha frustasi. Ia cukup stres karena sudah belasan tahun lamanya ia mencari seseorang dengan nama Sanu dan berharap itu memang Sanu. Tapi setahu Isha, Sanu tidak memiliki kembaran dalam mimpi nya hingga saat ini. Tidak tahu juga sih karena ada beberapa orang lain yang terkadang terus hadir di dalam mimpi nya dan setiap Isha bermain atau sekedar jalan bersama Sanu. Hingga saat ini pun orang-orang itu masih blur di dalam mimpi Isha. Sanu pun sebenarnya juga masih terlihat blur tapi Isha sangat hafal dengan tangan, gaya rambut Sanu dan wajah kecil Sanu saat kejadian tragis itu merenggut senyum manis milik Isha.

Bahkan ia tidak tahu bagaimana lekuk wajah Sanu saat sudah remaja, hanya saat di jembatan wajah kecil itu setelah terulang 3 kali menjadi cukup jelas.

Uhh Isha sangat frustasi. Untung saja hari itu hanya perkenalan-perkenalan, cerita tentang sejarah atau serba-serbi sekolah itu dan sedikit di bumbui oleh lelucon dari para dewan. Sayangnya Isha tidak bisa tenang, meskipun ekspresi wajahnya tidak menunjukkan apa pun kecuali senyum dan menjawab pertanyaan Prasti agar tidak terlalu memikirkan.

Kau mungkin bisa dengan mudah menilai sesuatu itu seperti apa hanya dengan melihat sekilas. Tanpa tahu sesuatu yang sesungguhnya dan apa yang ada dibalik itu semua. -Han

______

Hay👋🏻☺️
Jangan lupa vote, coment dan share ya
Terimakasih 💞

Btw editan YouTube nya kalau kurang bagus harap maklum yaa hehehe

RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang