Rintik hujan.
Terkadang terbilang sendu namun ada pula yang menanti suka walau akhirnya berakhir pilu, terbelenggu dalam ingatan yang telah berlalu.
~Isha Zura Agatta
Papa Isha jarang pulang bahkan bisa dalam hitungan tahun.Fatal akibatnya jika Mama dan Papa nya berada di satu tempat yang sama. Sejak kecil Isha harus menghadapi itu. Berteriak untuk menghentikan mereka berkelahi hingga banyak barang pecah pun Isha tidak di pedulikan.
Sejak kecil Isha di rawat oleh neneknya yang berada di Jawa. Jadi tak heran jika sekolahnya pindah-pindah mengikuti kemauan papanya atau kemauannya untuk tinggal bersama neneknya.
Kemudian semakin Isha dewasa semakin jelas dan ia mulai mengerti.
Tentang sepi dan banyak harapan bahkan ketika ia ingin sekali mati. Banyak luka yang tidak bisa ia lukiskan di garis-garis pena. Tidak bisa ia ceritakan walau bagaimana pun ia pandai merangkai kata, ia tahu itu hanya dia yang merasakan dan orang lain tidak akan mengerti.
Mau sepandai dan serapih apapun orang merangkai kata, tapi orang lain tidak akan mengerti karena orang lain tidak di posisimu atau karena orang lain tidak mau memahami walau untuk sebentar dan sesederhana nya saja.
Meskipun seorang sahabat sekalipun bisa saling mengerti tapi hanya untuk waktu yang singkat dan tidak semua hal bisa dipahami oleh orang lain.
Tidak semua orang yang kau anggap sahabat mau memahami tentang dirimu.Karena itulah memilih sahabat itu yang saling menerima apa adanya, cocok dengan pola pikir kita, ada di saat suka atau duka, meluruskan yang salah dan saling mau memahami untuk komitmen persahabatan yang baik. Apalagi dalam memilih sahabat sejati.
Ia telah lama bersahabat dengan sepi dan bersanding dengan sunyi sedari kecil. Satu hal yang pasti. Sanu adalah salah satu alasan terbesar mengapa Isha masih bertahan sampai saat ini, alasan terutama mengapa Isha selalu dapat tersenyum di setiap harinya.
Ia tahu ini tidak benar. Tapi perasaannya pada Sanu nyata. Tidak mudah untuk percaya pada dirinya sendiri tapi selain diri sendiri siapa yang akan percaya padanya?
Setidaknya percayalah pada dirimu sendiri, bahkan bila tidak ada yang percaya. Jika bukan dirimu maka siapa yang lebih percaya?
Isha berjalan terus dan air semakin menenggelamkan dirinya. Tepat di bawah jembatan yang kelam. Tempat Sanu mati gara-gara menyelamatkan nyawanya.
“Jika tahu hidupku seperti ini mengapa kau bersusah payah mengorbankan dirimu untukku?” parau isha depresi.
Seseorang menuntun Isha untuk lebih jauh lagi maju ke tengah sungai. Seseorang yang mirip sekali dengan Sanu.
“Ayo temani aku. Kamu lelah, kan, Sha, hidup? Jadi kita bersama di sini,” Ucap Sanu mendominasi.
Isha menurut. Air sungai sudah sampai di pusarnya. Selangkah lagi ada lubang di bawah sana yang sangat dalam dan entah berisi apa saja yang dapat menusuk atau menghanyutkan.
Tapi tiba-tiba ada seseorang yang meraih tangan kanannya dengan keras dan menariknya menjauh dari sana. Seketika bayangan Sanu dan genggaman Sanu di tangan kirinya menghilang.
“Kamu mau ngapain sih!?” bentak seorang itu penuh kecemasan.
Wajahnya kian jelas dalam mimpi itu, tapi lagi-lagi Isha hanya dapat melihat ciri-ciri rambut, tangan dan badan seorang itu.
“Sa..Sanu!” pekik Isha kebingungan, “Laaa tadi itu siapa??”
Sanu menghela nafas panjang. Ia tahu ada makhluk yang menyamar menjadi dirinya. Walaupun itu di dalam mimpi, jika Isha mati dalam keadaan sadar dia tidak di dunia nyata. Isha tetap akan mati.
Jiwanya bisa hilang ke alam yang tidak seharusnya Isha berada di sana, hidup dalam mata terpejam entah hidup atau mati, koma. Diantara hidup dan mati tapi jiwanya akan tersiksa dan akhirnya dalam keadaan seperti itu Isha tetap akan mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA
Dla nastolatkówBagaimana jadinya jika satu persatu dari mimpimu mulai menjadi kenyataan? Sebuah mimpi yang terus berlanjut layaknya adegan film yang terus berputar. Anehnya, dia terus bermunculan di setiap keadaanmu di dalam mimpi. Seperti tersihir! Atau memang ka...