CHAPTER 19

24 10 8
                                    

Kadang untuk mengenal seseorang lebih baik lagi, kita membutuhkan waktu berbulan-bulan dan bahkan bisa bertahun-tahun lamanya.

Kadang pula kita bisa mencari jalan kita sendiri dan membuktikan bahwa kita mampu bertahan, kita mampu bertumbuh dan kuat terjaga, tidak seperti yang mereka bilang, tidak seperti yang mereka ramalkan.

Tapi itu tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.

Sadar dan memperbaiki, atau mengikuti kejenuhan. Saat tidak ada yang mau mengalah, tidak ada lagi yang mau menasehati dengan baik, mulai merenggang dan terabaikan, serta tak ada lagi rasa ingin melindungi...


Berteman untuk saling mengerti, saling ada, saling menasehati, saling berkembang, saling bertahan dan saling berkasih.

Kasih sayang atau cinta tidak hanya untuk kekasih lawan jenis saja, bukan?


~Isha Zura Agatta

Isha menyesap kopi sambil menatap keluar jendela menembus kaca yang telah basah oleh rintik hujan yang pudar mengalir di permukaannya. Entah apa yang sedang ia pikirkan namun tatapannya terlihat sendu.

“Aishhh!!” jemari mungilnya menggenggam erat gagang cangkir kopi yang sedari tadi setia sampai berangsur dingin. Semakin erat hingga sendunya berubah menjadi kerutan dahi yang semakin jelas di rupa. Sendunya kini telah berganti kesal.

“Tuh liat! Itu bocah dari tadi 'aish aish' mulu sih, Us lama-lama dia ngeri ya ternyata,” Via.

“Hahaha eh Isha lagi ngapain sihhh kamuu, sinilah duduk,” ajak Usha yang sedang duduk di salah satu kursi kelas. Di deretan lantai 2 Usha menikmati jam kos mengobrol dengan Via. Menghiraukan jutaan tawa dan brisik dari dalam kelas atau tetangga kelas. Berbeda dengan gadis lainnya yang memilih berisik, ghibah atau bahkan tidur pada situasi hujan seperti ini.

Isha malah lebih memilih tenang memandangi hujan dan mulai menyeduh kopi, yah dia cinta sekali dengan minuman yang satu ini. Dia bahkan membawa gelas plastik dan meminta ibu kantin paling pojok langganannya untuk menyeduhkan secangkir kopi dengan gelas yang selalu ia bawa.

Menikmati aroma kopi yang semakin semerbak di kelas itu, ketika Isha semakin membawanya masuk. Kebetulan jadwal hari itu bertempat di ruang lantai 2. Ajaibnya tidak ada yag berani mengusik Isha. Mereka mungkin masih berani menyudutkan Usha dan kadang pula Via.
Namun apalah daya mereka ketika Isha sudah angkat bicara. Ketika ucapannnya di sepelekan lihat saja apa yang akan terjadi. Sosok gadis sadis pecinta kopi yang sama sekali tidak bisa di usik bahkan oleh guru sekalipun.

“Anak nakal.”

“Berandal.”

“Sadis.”

“Cuek.”

Dan lain sebagainya. Dari yang buruk hingga baik sekalipun. Kau tahu bagaimana Isha menjawabnya?

___?

Mereka bertiga berjalan melewati lorong lantai 2 yang cukup ramai oleh siswa maupun siswi. Isha masih dengan gelas toska di tangan, diikuti oleh Via dan Usha di belakangnya mengekor karena cukup sempit jika berjejer.

“Hey! Cewek cuek!” sindir seoarang siswi cukup keras yang terlihat seperti preman. Terlihat tidak ada yang berani menghentikannya dari banyak pasang mata yang tersorot ciut di tiap sela sisi.

RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang