CHAPTER 8

88 68 70
                                    

Mengingat bukanlah keinginan dalam melupakan.

Seseorang yang telah menjadi berharga dalam puluhan tahun kebiasaan bersama tidak akan mudah untuk terlupa. Sekalipun begitu besar keinginan untuk melupa namun pemilik semesta tak merestuinya. Karena itulah jalannya.

Waktu yang kian terlewat telah menambah lengkap sebuah kepingan misteri dalam mimpi.


~Han

Kembali tertawa. Bahagia. Dan terlihat sangat gembira. Seakan-akan tak ada dan tak membiarkan hari luka datang pada mereka.

Bepbepbep

Isha meraih jamnya yang terus berdering sedari tadi. Sulit dibangunkan bukan karena malas tapi dia masih berada dalam kehidupan lain yang menurutnya lebih menyenangkan. Tubuhnya terlelap tapi raganya entah ke mana. Terus menjelajah ke alam lain seakan dialah penguasa di sana.

“Huamm!”

Berjalan tertatih mengambil handuk dan peralatan mandi lainnya lalu menuju kamar mandi di lantai dua. Kamarnya di lantai dua memang dan kamar mandi berada di pojok kanan melewati beberapa ruangan kosong yang setengah berlorong.

Pemandangan yang cukup menyegarkan fikirnya sambil menatap binar rentetan makam dari lantai dua yang berada di sebelah kirinya. Sedangkan di sebelah kanan terdapat ruang-ruang kosong yang terlihat dingin mencekam dan jika diterawang dari balik jeruji jendela terdapat banyak debu di sana.

Kok jadi horor?

Langkahnya terasa santai. Tersenyum sangat manis  dan ikhlas setelah apa yang terjadi tadi.

Sesekali Isha bersenandung tenang. Kemudian membuka pintu kamar mandi tanpa curiga. Tiba-tiba seseorang ikut masuk ke dalam kamar mandi bersama Isha. Sontak dia terlonjak kaget “Ih! Ngapain!?!?”

“Ikut mandilah,” jawabnya.

“Matamu! Keluar!” Uwi Isha ngamuk.

Cowok itu terperanjat terkena semburan Cewek yang bangun kesiangan itu. Wajahnya memelas “Ikut ah.. ya yaa!”
Isha mendorong cowok perusuh itu yang pagi-pagi sudah mulai usilnya “Gak gakk! Keluar ihh Sanu!”

Mendorongnya lalu cepat-cepat mengunci pintu.

Brak! Aduh!!

Isha terjatuh dari ranjangnya. “Cuma mimpi toh!”

Dia duduk di lantai dan membiarkan waktu mengumpulkan kembali nyawanya secara utuh tanpa ada yang ketinggalan.

“Hmm?”

Hening. Cukup lama.

“Sanu? Saaannuuu?? Oh SANU!!” pekik Isha tiba-tiba. Matanya berkaca, bibirnya terangkat lalu tersenyum penuh haru.
Isha menyadari sesuatu. Dia baru saja memimpikan Awan, Pahlawan. Isha sangat yakin itu adalah Awan. Dia sangat hafal tangan dan rambutnya. Setelah semalam penuh bermain dengan Awan. Setelah tiga belas tahun dan sekarang dia duduk di kelas 7 semester genap. Akhirnya dia tahu nama asli Pahlawan.

Sanu!

Sanu!

Sanu!

Dia terus melafalkan nama itu takut-takut dia lupa seketika. Senyumnya merekah begitu indah. Semangatnya terkumpul.
Sama persis seperti yang ada dalam mimpi. Pakaian, cuaca, bahkan senyumnya juga sama persis. Yang tidak sama adalah Sanu tidak ada di dunia nyata! Dan Isha sadar akan itu.

Langkah kakinya berhenti untuk melihat jajaran rumah-rumah yang tersusun rapi di salah satu daerah perkotaan dekat dengan Kosan-nya.

Menatap awan dan menghirup udara segar lalu kembali tersenyum. Kicauan burung di dahan-dahan pohon yang jarang juga masih terdengar sangat merdu.

Mungkin Ayu benar. Kau nyata dalam mimpi dan dalam duniaku juga namun aku tidak bisa melihatmu atau pun menggapaimu walaupun kau berada sangat dekat di sampingku saat ini, Sanu.

“Aku benar-benar ingin memelukmu jika kau ada di sini!! Selalu seperti itu. Kau yang ku tunggu. Dalam mimpi atau dalam nyata. Tuhan.. Izinkan aku melihatnya, bertemu dengannya, berbicara padanya, berjabat tangan bahkan bergandengan tangan dengannya, hiks..” Isha terisak pilu dalam doanya, dia bahagia sekaligus merasakan luka, “Aku sangat ingin bertemu dengannya Ya Tuhan. Biarkan. aku sekali saja, sekali saja dia nyata.

Terima kasih kasihku untuk Sanu yang ternyata adalah nama asli dari Pahlawan. Karena dia telah bertukar posisi, dia mati di sungai itu. Andai aku punya kuasa akan ku gali itu sungai dan ku temukan dia di balik pasir-pasir sungai yang mengering. Andai dia benar-benar nyata dan hidup! Aku sungguh ingin memeluknya erat dan tak akan pernah membiarkan dia mengorbankan dirinya untukku lagi!! Takkan pernah ku biarkan kau bertukar posisi dan pergi meninggalkanku sendirian di sini!! Hiks..”

Air matanya telah jatuh berkali-kali. Bibirnya bergetar hebat seakan dialah penyebab kematian Sanu. Nama itu akan selalu dia ingat. Bahkan bila dia harus mencari ke berbagai tempat untuk menemukan Sanu yang mungkin hidup di tubuh manusia lainnya. Atau dia akan meniup lilin setelah menyebutkan nama itu seperti hantu goblin tapi Sanu atau Pahlawan tak pernah kunjung datang di hadapannya.

Bahkan di dalam mimpi pun Sanu masih melindunginya dan menyayanginya segenap hati. Hantu? Atau arwah? Isha tidak peduli. Tidak peduli siapa dan apa yang dia cintai. Rasa itu nyata! Senyata kehadiran Sanu dalam hidupnya. Senyata bahkan lebih nyata dari dunia nyata yang malah seperti mimpi.
Ia juga tidak mengerti. Perasaan aneh itu seakan telah lama hadir dan bersemayam di hatinya.

Bukan suatu hal yang mudah untuk mempercayai kelebihan langka yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Dan tidak ada yang yakin akan itu. Ayu pun tidak begitu yakin tanpa bukti yang nyata. Isha pernah mengabaikan semua itu. Sanu dan mimpi-mimpinya. Semua! Yang berbau keanehan pernah dia singkirkan dan lupakan namun Isha malah semakin ingat dan ingat.

Kehadiran Sanu di mimpinya secara terus-menerus dan terkadang acak itulah yang membuatnya semakin tertantang dan tidak bisa dengan mudah menyepelekan. Ia terima jika memang itu adalah jalan hidupnya. Sanu juga sebagai pelindung, penyelamat, penyemangat untuk terus hidup yang di berikan Tuhan saking baiknya pada Isha.

Bersyukur dan terus bersyukur adalah hal yang dapat Isha lakukan sesakit apa pun takdir menghujam!

Dialah yang merasakan. Dialah yang menjalani. Mau berapa kali pun Isha mencoba untuk di panggil oleh Tuhan di saat itulah dia harus tetap hidup dan Sanu yang selalu menguatnya. Sanu adalah bukti dari baiknya Tuhan padanya. Ikhlas saja.

Insya Allah Isha bisa!

Bisa tidak bisa harus bisa!!

Mau tidak mau harus terima! Karena itu kenyataannya.

Akan ada pencapaian dari segala apa yang diusahakan oleh manusia. Asal terus berusaha. Tentang bagaimana hasilnya Tuhan tahu yang mana yang lebih baik bagi hamba-Nya.

Jangan pernah takut untuk melangkah ke depan. Asal kita terus tawakal setiap segala sesuatu pasti ada jalan.

Diam saja tak kan merubah apa pun!

_____________

Maaf ya baru up🙏🏻😁

Next Part jangan lupa mampir juga 😊
Vote dan komenan dari kalian adalah penyemangat setiap Author ehe makasih

RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang