CHAPTER 5

129 93 84
                                    

Hidup ini hanyalah sebuah catatan kecil. Cerita pendek tentang sebuah reality yang di dalamnya hanya ada sebuah cerita kepahitan dan manisnya hidup. Kebiasaan saat bersamamu adalah sebuah kenyamanan dari rasa manis itu.

~S.

Ayu.

Seorang sahabat kecilnya Isha sekaligus satu-satunya sahabat yang mencoba mengerti apa yang dirasakan Isha. Seorang gadis manis nan tembem dan juga cukup pintar. Hitam namun manis. Baik dan lembut, dengan rambut panjang yang lurus sungguh menambah keanggunan dalam dirinya.
Mereka selalu bersama. Dalam suka maupun duka. Permasalahan-permasalahan telah mereka hadapi dan itu justru membuat ikatan pertemanan mereka semakin erat.

Hingga mereka terus tumbuh menjadi remaja namun sayang mereka harus berpisah dan menemukan jalannya masing-masing.
Isha pindah dan memulai hidup baru di sekolah baru, lingkungan baru dan teman baru.

Kelas 7 SMP setelah Isha lulus SD, dia ikut Papa nya dan bersekolah di salah satu SMP di Jogja.

Tak lupa setelah berpamitan pada sahabat kecilnya, Ayu, dia juga menyempatkan ke tepi sungai untuk berpamitan dengan Pahlawan.
Isha sebenernya tidak suka tinggal di tempat yang disarankan Papa nya. Kenapa? Karena dulu saat dia sesekali berlibur di situ dan pada suatu hari dia ditinggal oleh Papa nya dan kehilangan arah. Isha tidak dekat dengan Papa nya.

Selalu ada sesuatu yang menjadi alasan dari balik perbuatan seseorang.

Saat itu Isha mungkin cukup trauma dan tidak suka daerah itu. Isha bahkan selama dua tahun lebih jarang sekali, hampir tidak pernah keluar dari rumah apalagi mencari teman. Sudah berkali-kali Mamahnya bilang untuk bergaul dan bersosialisasi, Papa nya juga tapi Isha tetap tidak mau. Sekali Ia tidak mau ya akan seperti itu.

Dibilang introvert ya mungkin, Isha baru memiliki banyak teman yang asli bukan palsu dan baik-baik saja. Saat itu di SMP ketika dia duduk di kelas 8 SMP.

Persahabatan mereka bertiga memang berawal dari kelas 7. Namun mereka beda kelas, ada banyak problem yang sungguh mengguncang batin Isha.
Satu tahun dia tinggal di sebuah Kos an milik teman Papa nya, sendirian. Teman dan kenalan Isha di situ rata-rata seumuran anak SMA.

Dan dalam kesendirian itu, dia berani. Pertama kali jelas Isha pernah menangis karena berada jauh dari keluarga. Iya sih Isha besar bersama Kakek dan Nenek sedangkan Mamahnya kerja dan Papanya entah saat itu Isha tidak mengerti. Tapi seiring berjalannya waktu dia kemudian mengerti.

Isha sangat tertutup dan cuek bahkan pada kedua orang tuanya. Dia hanya bercerita pada Ayu dan Awan serta saat mengadu pada yang di Atas hehe.

Isha diganggu. Bukan oleh manusia tapi oleh beberapa hantu yang usil padanya dan terkadang menampakkan diri.
Ketika SD Isha juga sudah mulai bisa melihat. Terkadang bahkan pernah sekali saat seluruh desa diselimuti oleh kegelapan malam. Mati listrik beberapa desa.

Ceklek

Citt

Pamannya membuka pintu ruang tamu. Matanya jauh memandang ke luar rumah lalu menemukan sesuatu yang mencolok.

“Sha. Sinih-sinih. Tuhh apaan tuuh,” panggil Sang Paman pada Isha, kemudian menunjuk sosok putih berambut panjang dengan dagunya.

RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang