Sesuatu yang selalu ada akan menjadi sebuah kebiasaan. Lalu membuat tempat dalam sebuah relung kosong dalam jiwa dan menempatinya. Selalu di sana seperti kepingan puzzle yang terus melengkapi sebuah kisah.
~Han
Pulang sekolah.Mereka duduk di pinggiran sungai yang sudah cukup sepi. Hanya mereka berdua yang berada di sana. Duduk dengan santainya seakan tak ada yang menunggu mereka untuk pulang terlebih dahulu.
“Sha..” panggil Ayu.
“Hm?”
“Jangan berantem terus ya, lu cewek nanti cowok-cowok pada ngeri sama elu gimana? ga ada yang suka ma elu!” ujar Ayu menerawang ke depan.
“Bahasa lu kek dah gede aja. Lagian gua gak butuh cinta-cintaan gua ga ngerti kayaknya sih ribet banget. Tuh liat di temen sekelas uh ngeliat aja geli! Gua aja bingung sama diri gua sendiri. Aneh banget hhh.” Jawabnya tanpa menengok ke arah Ayu yang sedang serius menatapnya.
Zaman sekarang ini sudah banyak anak kecil yang mengenal jauh dari hanya kata pacaran.
“Tapi Sha-“
Tiba-tiba Isha menoleh dan menatap dalam manik mata Ayu hingga ucapannya terhenti.
“Makasih ya Sha udah nglindungin gue. Kalau kamu gak bales dia tadi, dia pasti gangguin aku terus-terusan,” Ayu tersenyum manis untuk Isha.
Bibir Isha tertarik ke atas membentuk lengkungan senyum yang manis yang tidak sembarang orang dapat melihatnya.
“Gue-gue aku-aku! haha bahasamu itu lho Ay.”
“Hih gak mirror yak!”mereka cenderung menggunakan bahasa yang dicampur atau tidak sama sekali tergantung keinginan mereka dan kondisi mereka.
AAA!
“Sakit gak sih?” Ayu bertanya sambil menekan sudut bibir Isha dengan sengaja.
“Wah geela ni anak. Mana ini gigi mau lagi sakit lag- Argh! Sakit lah bangkey!”
Isha sedikit meringis sedangkan Ayu cekikikan.“Ku beliin obat ya?”
“Gak usah! tar juga sembuh.” tolak Isha.
“Iya tapi kan biar cepet Isha...”
“Obat merah?” tebak Isha.
“Iya.”
“Ga.”
“Kenapa?”
“Per.. ya ga suka! Ga ga ga!!”
“Hahaha jago berantem kok takut ma obat merah hahaha.” Ayu tertawa lepas.
“Asem!” Isha cemberut dan itu semakin membuatnya tertawa.
🌺🌺🌺
Gadis mungil itu terdiam tak bisa berkutik sedikit pun saat keadaan lingkungannya begitu mencekam.
Banyak mayat dengan luka sayatan bahkan bukan hanya sayatan tapi juga tebasan di sekelilingnya.
Menakutkan! Tapi Dia tidak bisa lari seakan kakinya menempel pada bumi yang Ia pijak. Ia ingin berteriak namun bibirnya sama sekali tidak bergeming, berusaha sekuat tenaga untuk menutup mata namun tidak bisa.Saat matanya sudah tertutup ia masih melihat banyak nyawa melayang di hadapannya. Tebasan, sayatan hingga tidak berbentuk manusia lagi, dia menyaksikan itu di hadapannya. Gadis itu hanya bisa pasrah dan menatap adegan sadis yang tidak seharusnya dilihat oleh anak seumuran nya.
Keringat dingin telah membasahi tubuh itu, badannya bergetar hebat, nafasnya memburu tak lagi beraturan juga pada nada detak jantungnya.
Ia ketakutan, sangat ketakutan! Seseorang dengan baju berlumuran darah segar yang terus menetes di ujung pedangnya mendekat ke arahnya. Semakin terasa pekat bau anyir dari lautan darah dalam daratan itu. Ia mengacungkan pedangnya lalu
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA
Roman pour AdolescentsBagaimana jadinya jika satu persatu dari mimpimu mulai menjadi kenyataan? Sebuah mimpi yang terus berlanjut layaknya adegan film yang terus berputar. Anehnya, dia terus bermunculan di setiap keadaanmu di dalam mimpi. Seperti tersihir! Atau memang ka...