Scene terberat dalam kehidupan adalah berpisah.
Tidak ada seorangpun yang mau memiliki perpisahan dengan orang terkasih.
Kenangan yang tersisa berbaur menjadi setumpuk rindu yang mungkin akan mulai pudar seiring berjalannya waktu.
Mau atau tidak mau, Suka atu tidak suka.
Perpisahan adalah konsekuensi dari sebuah pertemuan.
~IshaHan
"Tapi liat dong mereka dah jadi geng gitu. Usha juga terus-terusan nempel sama leader geng nya tuh," gosip Asih. Meskipun mereka bergerombol tetap saja suara itu terdengar dan ekspresi busuk itu terlihat."Siapa leader nya?" tanya Wulan, salah satu member di geng Asih.
"CK. Bego Lo! Ya jelas Isha lah," tegas Emi cukup keras sampai-sampai tak menyadari bahwa Isha sudah ada di belakangnya.
Sorot Isha tajam, ia paling tidak suka ada yang membicarakanya atau temannya di belakang Isha.
"Isha-isha kenapa ha?!"
Yang di tanya malah gelagapan tak jelas.
"Gapapa kok," Emi berusaha se-natural mungkin karena Asih juga menatapnya takut-takut dia yang kalah dalam pertempuran. Maka, Asih siap dengan tatapan tajam itu. Sadar diri, situasi Asih tidak memungkinkan untuknya membalas apalagi berani beradu tatap dengan tatapan Isha yang jelas lebih tajam dan sadis itu. Asih memutuskan berlalu pergi menggandeng tangan Emi dengan kasar dan menatap manik mata Usha yang malah menunjukan perlawanan balik.
"Anying!! BULAD!!!"
Sontak perhatian mata Triserangkai, Isha, Usha,Via tertuju pada si pemilik suara. Entah apa yang mereka lihat dengan serius dan rela berdesakan hanya menatap layar satu laptop.
Entah.
"Apanya yang bulad???" kata Usha saking polosnya sampai para cowok yang sedang serius menatap layar monitor mengalihkan pandang menjadi ke arahnya.
'OH TIDAK INI ANAK ATU BERULAH! TUHAANN!' batin Isha menggelegar tak percaya pada kejadian satu ini, entah harus ia apakan temannya yang satu ini. Isha hanya bisa melotot tak percaya bercampur senyum yang di paksakan.
"Eeee enggak. Enggak. Enggak. Gpp heheeee. Lanjutkan lanjutkan yekann," kedua telapak tangan Isha mengambil alih perhatian beberapa pasang mata yang bergerombol itu.
"Ini nihh yang buladdd ndukk," Isha memberitahu Usha sambil mempraktikkan jarinya. Tar dulu, Jarinya ikut melingkar di tepian bibir gelas yang kebetulan Isha pegang. Menjelaskannya dengan se-ramah mungkin karena mereka masih menatapi tiga gadis ini.
"Ohhhh ituuuhhh," cengir Usha terpampang paham.
"He he hee," tawa hambar Isha berhasil membuat Via angkat bicara setelah selang waktu dia juga ternyata cukup error.
"Hehehe dah paham kan Us?"
"Iya nih yuk duduk ah cape berdiri!"
"Apa si! Nonton-nonton aja, ga usah liat-liat!!" Sewot Via. Mereka yang masih menatap ke arah mereka hanya tersenyum jahil pada Via lalu menggelengkan kepala. Ehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA
TienerfictieBagaimana jadinya jika satu persatu dari mimpimu mulai menjadi kenyataan? Sebuah mimpi yang terus berlanjut layaknya adegan film yang terus berputar. Anehnya, dia terus bermunculan di setiap keadaanmu di dalam mimpi. Seperti tersihir! Atau memang ka...