IX - Bastard Murchen

535 99 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.

"Itu dia tempat latihan Daddy mu."

"Bastard Munchen? Bukankah Bastard itu kata kasar? Apa artinya? Bajingan kan?"

"Begitulah."

"Bajingan itu apa paman?"

"...entah apa ya?" Rin cari aman dengan pura-pura tidak tau.

Rin tau cara belajar bahasa (name) adalah dengan membaca kamus. Tidak heran ia mengetahui arti kata tersebut tapi tidak mengetahui apa maksud kata nya.

Rin melangkah masuk kedalam gedung. Ia menemui seseorang wanita dan bertanya dalam bahasa Inggris.

"Permisi, bisa aku bertemu dengan Michael Kaiser?"

"Ada urusan apa ya?"

"Ini, aku membawa putrinya, (name)."

"Hah? Memangnya sir kaiser punya anak?" Petugas itu menatap Rin dengan tatapan menyelidik.

"Dia belum lama tinggal disini, lihat saja wajahnya, mirip kan?"

"Ah baik, tolong ikut saya.."

(Name) terlihat tenang di gendongan Rin. Matanya memperhatikan setiap tempat yang ia lalui.

"Nah (name), itu Daddy mu kan?" Tanya Rin saat melihat Kaiser yang berlari mendekatinya.

"Iya.."

Kaiser menatap Rin dan (name) dengan heran sekaligus khawatir. Kenapa putrinya kini berada di gendongan rivalnya. Sudah begitu anteng lagi.

Kaiser mengulurkan tangannya seolah meminta (name) untuk berpindah gendong ke dirinya.

(Name) menurut, tangannya ikut terangkat menerima uluran daddynya.

"Apa yang terjadi? Kok (name) bisa sampai padamu?"

"Daddy!" (Name) memeluk Kaiser. "Tadi aku kesasar setelah ke supermarket.. kebetulan tadi aku bertemu dengan paman Rin dan diantarkan kemari." Jelasnya singkat.

"Dengar kan? Minimal kasih tau (name) dimana alamat rumahnya dan juga nomer telfon mu untuk keadaan darurat." Ujar Rin datar.

Kaiser mengakui kesalahannya, "Hah.. ini salah ku, terima kasih sudah membantu putriku. Itoshi Rin."

"Hm, kalau begitu aku pergi dulu."

"-paman! Paman tidak mau mampir ke rumah?" Seru (name).

"Lain kali saja ya, aku ada urusan."

"Baik! Terimakasih banyak paman Rin!"

Sepeninggal Rin, (name) menunduk, wajahnya mendadak suram. Kaiser tau putrinya merasa sedih, ia mencoba untuk menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatiannya.

"Kok kau ke supermarket sendirian?"

"Tadi aku habis diajari materi bahasa Jerman tentang cara memesan dan mata uangnya, jadi aku ingin praktek langsung."

Kaiser mengacak rambut (name) memeluknya dan mencium pipi (name). "Kau ini bikin Daddy khawatir, lain kali minta daddy atau tutor untuk mendampingi ya?"

"Iya.."

"Karna kau sudah disini, mau bertemu dengan teman Daddy?"

"Teman Daddy?"

"Halo (name)! Sini! Sini!" Ness tersenyum melambaikan tangannya.

"Paman Ness?"

"Lama tak bertemu gimana kabar mu?"

"Baik."

Kedatangan (name) disambut dengan baik oleh para anggota. Mereka banyak membicarakan banyak hal terutama tentang sepak bola. Sesekali (Name) yang tidak paham hanya menyimak.

Jam menunjukkan pukul lima sore, waktunya semua orang di tempat latihan untuk pulang. (Name) menaiki mobil pribadi kaiser.

"Jadi atlet enak ya dad? Setiap hari cuma bermain?"

"Yah.. begitulah, nanti kau juga tau, memang Kau mau jadi atlet?"

"Tidak, aku tidak suka lari-lari."

"Oh ya? Apa lalu apa yang kau suka?"

"Sesuatu yang membuat ku tidak merasa lelah?"

Namun ketika pulang kerumah, (name) dan kaiser dikejutkan oleh seorang wanita tak dikenal yang sedang bersantai di ruang tamu.

"welcome Michael, how was your training?"

.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝐑𝐞𝐭𝐫𝐨𝐯𝐚𝐢𝐥𝐥𝐞𝐬 ; 𝐊. 𝐌𝐢𝐜𝐡𝐚𝐞𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang