Kejadian itu telah berlalu sejak seminggu yang lalu. Namun Kaiser masih dibuat khawatir. Bagaimana tidak? Sepanjang hari (name) duduk termenung, wajahnya muram.
Pernah ketika tengah malam,dimana Kaiser baru pulang jam 12 malam setelah bermain di rumah salah satu rekan timnya, Kaiser masih mendapati (name) menonton televisi sendirian.
"Ada yang tidak beres." Gumam Kaiser.
Kaiser menghela nafas panjang, ia mendekati (name) yang tengah duduk melamun didepan rumah.
"(Name) sedang apa?" Sapa Kaiser.
Wajahnya tampak sayu, bibirnya sedikit melengkung membentuk senyum tipis. "Tidak ada, hanya menghafal kosakata bahasa Jerman."
'Bohong, tidak ada kertas atau kamus yang biasa kau gunakan untuk hafalan.' batin Kaiser.
Semakin hari Kaiser bisa merasakan perubahan (name) yang tadinya periang kini lebih banyak diam.
"(Name) tidak mau pergi jalan-jalan?" Tawar kaiser.
"Tidak perlu, aku setelah ini harus membereskan kamarku."
'Padahal bibi Seth juga bisa melakukannya.'
Kaiser sangat merasakan jarak mereka berdua yang kian merenggang. Ia berniat untuk mencari tahu, apa yang membuat (name) menjadi pendiam.
Mungkinkah karena kepergian Rin?
Atau masalah Clarissa?"(Name), setelah bersih-bersih kamar segera ganti baju ya?"
"...untuk apa?"
"Kita akan pergi ke suatu tempat."
(Name) tidak punya alasan lagi untuk menolak, ia mengikuti permintaan Kaiser untuk pergi entah kemana.
(Name) mengenakan sweater merah muda dan rok selutut yang dipilih oleh kaiser.Mobil mewah bewarna biru meluncur kejalanan, Kaiser memutar musik menghilangkan rasa canggung.
(Name) sedikit terheran, ketika menyadari Kaiser memarkirkan mobilnya di bangunan bertuliskan rumah sakit jiwa.
"Kita mau ngapain?" (Name) membuka suara.
"Turun saja dulu, nanti kau juga tau." Jawab Kaiser singkat.
Walupun banyak hal yang tidak bisa ia pahami. (Name) memilih untuk menurut. Kaiser menggandeng tangan (name) untuk masuk ke dalam sana.
"Daddy sakit?" Tanya (name) polos.
Kaiser menggeleng, "Tidak, kita disini cuma sebentar kok."
Keduanya melangkah masuk kedalam bangunan tersebut. Suasananya cukup ramai, puluhan orang mengantri di loket pendaftaran. Untungnya kaiser sudah membuat janji, jadi tidak memakan waktu lama.
"(Name)?"
"Ya dad?"
"Ada dokter yang ingin bertemu dengan mu. Mau ya temui dia sebentar saja?"
Psikiater anak. melihat papan diatas pintu Kaiser menghela nafas. Ia mengantar (name) masuk kedalam ruangan, kemudian duduk di kursi menunggu hasil pemeriksaan.
-
"Fear of abandoned, sepertinya anak anda pernah mengalami ditinggalkan oleh seseorang hingga mengalami kecemasan yang berlebihan." Jelas dokter dengan ber-nametag Teruko Gin.
Kaiser terdiam, rasa bersalah muncul dari benaknya. Apa ini gara-gara dirinya yang meninggalkannya karena kematian sang istri?
"Lalu apa yang harus kulakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐭𝐫𝐨𝐯𝐚𝐢𝐥𝐥𝐞𝐬 ; 𝐊. 𝐌𝐢𝐜𝐡𝐚𝐞𝐥
RandomHujan turun deras sore itu, menyelimuti kota dengan suara gemerisik yang menenangkan. Di halte yang sepi, seorang anak perempuan, (name), berdiri di halte dengan sedikit gemetar. Rambutnya basah, meski payung kecil di tangannya mencoba melindunginya...