Hujan turun deras sore itu, menyelimuti kota dengan suara gemerisik yang menenangkan. Di halte yang sepi, seorang anak perempuan, (name), berdiri di halte dengan sedikit gemetar. Rambutnya basah, meski payung kecil di tangannya mencoba melindunginya...
Sore hari, Kaiser dan (name) pulang ke rumah. Mereka dikejutkan oleh seorang wanita yang sedang duduk di Sofa dengan santainya sambil menonton televisi.
"Selamat datang Michael!"
(Name) terdiam, memperhatikan situasi. Situasi yang pernah ia rasakan di masa lalu, dimana dirinya akan kehilangan sesuatu.
"Siapa itu Daddy?"
Kaiser tidak menjawab, ia tersenyum tipis dan mengusap surai pirang (name). "(Name).. kau ke kamar duluan ya?"
"... -mau."
"Hah?"
"Tidak mau! Memang dia siapa sih?"
Kaiser kembali ingat, walau putrinya berusia tujuh tahun pemahamannya sudah seperti gadis remaja. Hal yang jarang bagi Kaiser melihat (name) kesal.
(Name) menghela nafas panjang. Ia mulai berbicara dengan bahasa Inggris karena tidak ingin diejek pelafalannya dalam bahasa Jerman kurang sempurna.
"Daddy tampak tidak akrab dengan mu, kenapa kau masuk rumah kami seenaknya? Kemana bibi Seth?"
Wanita itu nampak sedikit terkejut. "Ah maaf.. Tapi aku memang dekat dengan ayah mu ..(name) kan? Hal seperti ini sudah biasa kok."
Walau dibalas ramah, wajah (name) tetap mengeras menandakan ia tidak menyukai kedatangannya.
"Nyonya ini tidak tau sopan santun bertamu ya? Dimana-mana tuan rumah itu harus mengetahui kedatangan tamu. Apa orang tua mu tidak mengajarkan ini?" (name) bertanya dengan nada sinis.
"Apa?!" nada lembut itu kini meninggi. "Lagipula ayah mu yang memberikan kunci rumah nya padaku!"
"Tetap saja." (name) bersidekap. Menatap dengan mata yang merendahkan lawan bicaranya.
"Bisa kau bayangkan ketika kau menitipkan kunci rumah mu pada teman mu, lalu teman mu masuk seenaknya tanpa pengetahuan mu. Apa kau tidak marah?"
Suasana menjadi hening seketika. Kaiser bungkam. kalau saja (name) memiliki umur yang sama dengan pemikirannya, kaiser akan menceritakan hal ini sejelas-jelasnya.
Masalahnya, (name) baru menginjak usia tujuh tahun. Apa yang harus ia katakan?
Di tengah suasana canggung, (name) melirik ke arah ruang tamu. TV yang menyala dan berberapa cemilan juga minuman soda yang tersanding di meja. (Name) kembali bicara.
"Lihat, apa lagi kalau dia menggunakan properti mu tanpa izin dan memakan cemilan mu di kulkas. Tidakkah kau berpikir kalau dia sangat kurang ngajar?"
"Hentikan! Baik! Aku pergi sekarang!" Wanita itu meraih tas merahnya dan berjalan pergi keluar rumah meninggalkan kaiser dan (name) yang memiliki suasana aneh.
"(Name).. tadi itu-"
"-aku mau istirahat, aku juga akan melewatkan makan malam." Ucap (name) cepat dan berjalan cepat menuju kamarnya, kini kaiser sendirian.
"Apa dia marah?"
Kaiser berjalan menuju kamar untuk mandi. Ia merasa segar setelah berendam selama setengah jam di dalam bath up yang berisi air hangat.
Menggunakan baju tidur, Kaiser duduk di pinggir ranjang ukuran king size. Memasang pose berfikir, mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Menyebalkan. Clarissa itu, sudah kubilang dia hanya sebuah hiburan saja, dia tetap datang ke rumahku dan mengacaukan semuanya."
Sisi gelap kaiser.
"Haruskah ku ganti pintunya sekalian? Kebetulan aku sudah bosan dengan tampilan nya."
. . .
TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.