XVIII - ...?

98 17 2
                                    


"Dasar bajingan."

Lelah, ia hanya ingin pulang dan berbaring di kasur. kenapa dirinya juga harus menghadapi masalah seperti ini?

(Name) sempat memberontak ketika orang misterius itu menutupi mulut dan hidungnya dengan kain yang sudah di olesi obat hingga berakhir membuatnya tak sadarkan diri.


---

(Name) terbangun dengan posisi duduk di bangku, mulutnya dibekap menggunakan kain, dan tangan serta kakinya terikat. Ia melihat keadaan sekitar, hanya sebuah ruangan kosong dengan pencahayaan yang redup. Di dinding sempit itu, matanya menangkap banyak foto dirinya terpaku di sana, seakan menonton setiap gerak-geriknya.

"Apa yang harus kulakukan?" pikirnya, keringat dingin mengalir di pelipis (name). Tidak ada jalan keluar. Satu-satunya akses keluar masuk hanyalah dari pintu yang tertutup. Lagipula, ia tidak bisa melepas seluruh ikatan kencang ini.

“Oh? Tuan putri sudah bangun?”

(Name) menatap lurus, pintu itu terbuka memperlihatkan seorang pria jangkung dengan penampilan mencolok. Wajahnya tampak familiar, tapi samar.

"Sudah dua tahun berlalu, kau masih terlihat sangat cantik," pria itu melanjutkan, suara khas yang menyentuh bagian dalam ingatan (name).

"Tega sekali kau tidak mengingatku?"

(Name) menatap datar, dari wajahnya saja sudah terlihat jelas suram dan mengintimidasi. Ia tidak pernah ingat membantu orang seperti itu.

“Aku Tora, anak laki-laki yang kau bantu saat SMP itu loh... Aku benar-benar sangat mencintaimu. Aku... pokoknya, kau harus menemaniku ya... Kau tahu? Sangat sulit untuk menemukan keberadaanmu.”

Suara keras terdengar dari pintu, dan seiring itu, pintu itu dijebol oleh sesosok anak laki-laki bersurai coklat—Heli.Pupil mata (name) melebar, bagaimana bisa dia tahu bahwa dirinya ada di sini?

Tanpa mengatakan apapun, Heli langsung menyerang pria asing yang mengaku sebagai Tora. (Name) hanya mengamati dengan rasa panik. Jantung (name) berdegup kencang ketika Tora mengeluarkan sebuah cutter sebagai senjata.

“Hentikan! Amankan korban dan pelaku!”

Sekelompok polisi memasuki ruangan, segera mengamankan keadaan. Rupanya, Heli sudah menghubungi polisi sebelum masuk ke sini.

Melihat para polisi yang datang, Tora menggeram, “Kalian takkan bisa menangkapku! Dia milikku!”

“Bebaskan dia!” teriak Heli, berusaha menahan Tora, tetapi pria itu berusaha melawan.

Satu polisi bergerak cepat, menendang cutter dari tangan Tora, dan mengamankan pria itu. Tora terjatuh, tak berdaya. Polisi lainnya langsung membebaskan (name) dari ikatan yang menyakitkan.

Saat akhirnya mulutnya dibebaskan dari kain, (name) terengah-engah, “Heli! Kenapa kau datang?”

“Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di sini. Aku khawatir!” Heli menjawab, tampak lega melihatnya selamat.

Polisi mengamankan Tora dan membawa pria itu keluar dari ruangan. Suara sirene mobil patroli yang mendekat memberi rasa aman, tetapi hati (name) masih berdebar.

“Terima kasih, Heli,” ucap (name) pelan, menatap Heli dengan lega. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak datang.”

Heli tersenyum, meski masih tampak cemas. "Jangan khawatir (name), harusnya kau cerita kepada seseorang. ini sangat bahaya kau tau?"

Ketika situasi mereda, (name) merasa lega. Dia berdiri, meskipun masih sedikit gemetar, dan merangkul Heli erat.

Dari kejauhan, suara polisi berbicara dengan Tora, tetapi (name) tidak lagi memedulikannya. Yang terpenting baginya saat ini adalah keamanannya sudah terjamin kembali.

Setelah sekian lama, (name) bisa bernafas dengan tenang.
Sekarang yang perlu ia pikirkan adalah, ...bagaimana cara ia menceritakan ini pada Daddy nya?

.
.
.

TBC

𝐑𝐞𝐭𝐫𝐨𝐯𝐚𝐢𝐥𝐥𝐞𝐬 ; 𝐊. 𝐌𝐢𝐜𝐡𝐚𝐞𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang