VII - Give U Everything

564 102 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Kringg!!

Jam beker berbentuk persegi panjang itu berdering dengan keras ketika jarum pendeknya menunjukkan angka enam.

Anak perempuan yang tengah berlibur di alam mimpinya terusik oleh suara jam beker dan terpaksa bangun untuk mematikannya.

"Sudah pagi.."

(Name) berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan diri sebelum turun ke lantai bawah. Rambut pirang yang sepanjang bahu ia kuncir kuda agar tidak menggangu.

Saat turun ke lantai bawah, (name) mendapati kaiser yang tengah bersantai meminum secangkir kopi sambil membuka hp nya.

Tapi yang menjadi pusat perhatiannya adalah Tangan kanan kaiser dimana ada sebuah tato tergambar leher sampai tangannya.

"Pagi (name)? Tidur mu nyenyak?" Sapa Kaiser.

"Uhm, sangat nyenyak.." jawab (name).

Semakin dilihat-lihat,Rasa ingin tahunya memuncak. Hingga (name) memutuskan untuk bertanya.

"Daddy punya tatoo?"

"Kau baru sadar?"

"Selama di Jepang daddy kan pakai baju lengan panjang, jadi aku tidak memperhatikan."

"Gimana menurutmu? Bagus tidak?"

'sedikit menyeramkan.' batin (name). Selama ini (name) menganggap orang yang memiliki tato adalah seorang yang buruk. Ia tak memahami tato sebagai seni.

"Itu kelihatan keren, cocok untuk Daddy."

Tidak sopan jika menghina kebanggaan orang lain bukan?
Ucapannya tidak sepenuhnya bohong, gambar mawar biru dengan duri dan mahkota dari leher sampai tangannya terlihat nyentrik.

(Name) menyukai mawar biru dan mahkotanya, tidak dengan durinya.

Entah ada angin apa, Kaiser berdiri dan menggendong (name). Sebuah pikiran muncul dibenaknya, dimana (name) sudah dewasa dan tidak mau digendongnya lagi. Sementara itu (name) cuma melayangkan tatapan bingung.

'Harusnya aku menghargai keputusan mu untuk menyelamatkan (name). Jadi aku tidak perlu berpisah dengannya selama ini.' batin kaiser.

"Kenapa?" Tanya (name) ketika melihat Kaiser menatap wajahnya lekat.

"Putriku cantik sekali, seperti malaikat." Random Kaiser.

Wajah (name) agak bersemu merah. "Apa sih?"

"Cuma bicara saja kok," Kaiser menatap nya gemas. (Name) sangatlah imut dan menggemaskan

"Oh ya (name) mau Daddy sewakan Babysitter? Senin nanti Daddy harus berangkat kerja."

"Tidak usah, Aku tidak mau ada orang asing di rumah. Lagipula aku bisa merawat diriku sendiri."

"Yakin?"

"Yakin! Aku sudah berkali-kali diamanati bibi Sena untuk menjaga rumah, daddy bisa percaya padaku!"

"Baiklah, Daddy akan pikirkan nanti. Nah makan sarapan mu."

.
.
.

TingTong!!

Bel rumah berbunyi nyaring merebut perhatian (name) dan kaiser yang baru selesai menyelesaikan sarapan pagi mereka.

"Sudah datang." Gumam kaiser yang kemudian bangkit dari duduknya.

"Siapa yang datang?" Tanya (name) tanpa ada yang menjawab Karna kaiser sudah berjalan duluan.

Ternyata itu adalah sebuah paket dengan packing yang cukup besar. Ukurannya kurang lebih sama seperti kardus seukuran kulkas dua pintu.

Kaiser memandu mereka supaya paket itu diletakan di kamar (name).

"Besar sekali kardusnya?" Dalam hati (name) bertanya-tanya apa isi kardus besar tersebut.

"(Name)? Kemari!"

"Iya Dad! Isinya apa?"
Buat

Kaiser tersenyum, ia melepas selotip dan membuka kardus tersebut. Bisa dilihat banyak sekali macam-macam pakaian sampai aksesoris anak perempuan. Ada banyak dress,syal setelan trendy dan baju sehari-hari untuk empat musim yang modis. Aksesorisnya pun bermacam-macam, ada bando kain, gelang, kacamata intinya lengkap pake banget.

(Name) melihatnya agak shock. Selama ini selalu mengajarinya untuk berhemat, mengajarkan untuk hanya membeli barang yang diperlukan dan tidak perlu membeli secara berlebihan, karena bisa dibeli lain hari.

"Buat (name)?" Tanya (name) sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Menurut mu?"

"Tapi Dad! Ini banyak banget, apa tidak terlalu berlebihan? Selain itu aku juga jarang pakai aksesoris."

"yaudah si, kalau begitu pakainya kalau sedang ingin saja." Jawab Kaiser santai, toh membeli barang segini tidak akan membuatnya jatuh miskin.

"Terimakasih nya mana?" Goda Kaiser.

(Name) tersenyum, "Makasih Daddy!"

Kaiser menunjuk pipinya sendiri. "Cium dulu dong."

(Name) agak Canggung, namun ia berusaha untuk menyembunyikannya
Ia tetap tersenyum tipis dan mencium pipi kaiser yang dibalas oleh pelukan dan ciuman di dahinya oleh kaiser.

(Name) tau kalau kaiser sangat mencintai nya. Hal itu sedikit membuat rasa canggungnya berkurang.

"Daddy belum mandi ya?"

"Memangnya kau sudah mandi?" Kaiser malah balik bertanya.

"Tentu saja sudah!"

"Pantas putriku harum sekali."

.
.
.
.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐑𝐞𝐭𝐫𝐨𝐯𝐚𝐢𝐥𝐥𝐞𝐬 ; 𝐊. 𝐌𝐢𝐜𝐡𝐚𝐞𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang