Melangkah masuk kedalam gedung sekolah, (name) tak henti-hentinya merasakan tatapan tajam yang mengarah padanya.
(Name) membatin, 'Apa aku melakukan kesalahan?'
Ia tidak berani bertanya kepada kakak kelas ataupun anak selain teman sekelasnya. (Name) memilih mengabaikan dan berlari menuju kelas.
Sampai dikelas ketika ingin duduk di bangku, Runa salah seorang teman dekatnya mendekatinya dengan wajah yang panik, "(Name)! Berita itu pasti ga bener kan?!"
Dahi (name) berkerut, "Gosip apa?"
Runa mengeluarkan handphonenya, menunjukkan sebuah foto dimana ia dan kaiser tengah makan bersama, foto kedua adalah kaiser yang mencium pipi (name).
"Dari malem semua orang pada ributin masalah ini tau!" Ujar Runa.
"Emang kenapa? Daddy gue itu."
Runa menampakan raut wajah tak percaya, menatap wajah pria difoto itu lekat-lekat. "Anjir serius?! Gila, Lo di foto ini keliatan kayak orang pacaran! Ko lu ga geli diperlakukan kek gini?"
(Name) terdiam sejenak, "Ya Gimana ya, love language nya dia physical touch kali." Balasnya asal.
"Verifikasi sana!"
"Gimana heh!"
Satu hari disekolah dilewati (name) dengan perasaan yang tidak nyaman.
Ia pulang dalam perasaan dongkol, melepaskan sepatunya asal dan langsung duduk di sofa ruang tamu tanpa berganti pakaian terlebih dahulu.Kaiser menatap putrinya dengan senyum, menyambut dengan hangat kepulangannya,
"(Name)? Kau kenapa? Pulang-pulang merenggut begitu? Ada Masalah di sekolah?"
(Name) menatap gelas berisi wine yang digenggam di tangan kiri Kaiser beserta botolnya di meja. Ia menatap Kaiser sekilas dan berganti fokus ke layar handphonenya.
Tangan kanan kaiser yang kosong mendorong pundak (name) supaya duduk lebih dekat dengannya.
"Katakan, ada masalah apa?"
Melihat Kaiser yang sudah memojokkannnya, (name) tidak bisa menahannya lagi, ia meletakan ponselnya diatas meja.
"Daddy tau? kemarin kita pergi liburan ke taman hiburan ada yang motret."
"Lalu?"
"Ada gosip tentang ku yang membuat satu sekolah membicarakanku."
"Oh? Maaf ya pasti itu fans Daddy yang memang kadang bikin ulah."
"Bukan, katanya aku, (namelastname) jadi simpenan duda."
"Pft-uhuk--
Kaiser yang tadinya tengah menenggak minumannya tidak bisa menahan tawa mendengar ucapan (name), hal itu menyebabkan sedikit cairan wine itu mengguyur bajunya.
(Name) semakin menekuk wajahnya melihat Kaiser yang tertawa lepas selama beberapa menit.
Sudah di pastikan itu tawanya paling keras Hari ini, sepertinya terjadi sesuatu di tempat latihan sampai Kaiser harus menghilangkan rasa lelahnya dengan meminum alkohol.
"Udah ketawanya?"
"Sudah.." kaiser mengusap sudut kelopak matanya, "Siapa si yang bikin gosipnya? Kreatif banget."
(Name) kembali mengeluh, "Dad..! Gara-gara itu semua orang jadi ngeliatin aku disekolah."
"Kok ga yang berani bilang? Daddy kan pernah ketemu wali kelas mu?"
"Guru Frana gak berangkat tadi, dia cuti ke luar kota."
Kaiser ber-ohria dan mengangguk paham. "Nanti daddy hubungi wali kelas mu deh. Kebetulan bentar lagi kan terima rapot, Daddy juga Dateng kan."
"Bentar apanya? Ujian aja belum. Terus Kalau Daddy ada trip lagi gimana?"
"Enggak, tahun pertama mu di SMA masa Daddy ga Dateng? Pasti Dateng kok. Pertandingan lawan Argentina dimajuin jadi hari rabu soalnya."
"Dadakan banget?"
"Hm? Biasalah."
(Name) ingat, di hari penerimaan rapot sekolah menengah pertama Kaiser tidak bisa hadir lantaran memiliki jadwal pertandingan keluar negeri. Akhirnya mau tak mau Kaiser meminta asisten rumah tangganya sebagai perwakilan.
Hal itu terjadi duq sampai tiga kali di semester yang berbeda. (Name) juga tidak bisa marah ketika ia ditinggal. Sudah menjadi resiko memiliki seorang orang tua tunggal yang bekerja sebagai atlet profesional.
(Name) mengerucutkan bibirnya, ia mengambil remot televisi dan mengganti channel menjadi film kartun, "Iyaa.. jangan lupa bawa oleh-oleh yang banyak ya dad."
"Kamu ga pengen ikut? Sekalian liburan gitu loh~" tawar kaiser.
"Gak bisa aku ada ulangan."
"Kan bisa ikut susulan.."
Agak lain memang, biasanya orang tua selalu menyuruh anaknya belajar dengan keras supaya nilainya bagus.
Tapi tidak dengan Kaiser, nampaknya piala-piala dan sertifikat juara olimpiade yang (name) dapatkan membuat kaiser khawatir kalau (name) tidak bisa menikmati masa remajanya.
"(Name) kalau daddy pergi, jangan pernah berduaan sama cowo di rumah, paham?"
"Iya.. Sejak sekolah dasar daddy juga Selalu bilang begitu."
(Name) menghela nafas lelah, disaat ia mulai menyender ke sofa dan merilekskan tubuhnya. Kaiser tiba-tiba menutup hidungnya, menjauh dari (name).
"Mandi sana! Udah tau baru balik sekolah bau kecut,malah males-malesan," titah kaiser.
(Name) berdecak, dengan malas ia berdiri dan mengambil tas yang tergeletak di lantai. Melangkah menuju kamar di lantai afas.
Sesampainya dikamar, tiba-tiba ponselnya menyala menandakan sebuah pesan masuk. (Name) reflek lansung membuka pesan dari nomor tak dikenal itu.
Kau tampak cantik dan seksi mengenakan dalaman warna ungu itu (name). Aku sangat menyukainya.
Oh iya aku juga punya hadiah untuk mu, aku meletakannya di dalam tas mu.Jantungnya berdebar, pesan itu mengimitidasi dirinya. (Name) melempar ponselnya secara asal ke ranjang, membuka tas ransel dengan terburu dan menumpahkan seluruh isinya.
Disana ia temukan selembar foto anak-anak perempuannya sedang berganti di kelas, namun foto itu nampak diatur supaya dirinyalah yang menjadi objek menonjol di foto tersebut.
"What the hell?!-"
.
.
.
.
TBC
Gimana nih ges mbak nem di teror, mana Daddy kaiser mau pergi lagiBtw sorry telat up, lagi miskin kuota sekalinya ada kuota lupa kalau punya wattpad:)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐭𝐫𝐨𝐯𝐚𝐢𝐥𝐥𝐞𝐬 ; 𝐊. 𝐌𝐢𝐜𝐡𝐚𝐞𝐥
RandomHujan turun deras sore itu, menyelimuti kota dengan suara gemerisik yang menenangkan. Di halte yang sepi, seorang anak perempuan, (name), berdiri di halte dengan sedikit gemetar. Rambutnya basah, meski payung kecil di tangannya mencoba melindunginya...