Kaiser menatap pintu kamar dimana tergantung sebuah papan kecil dengan tulisan (name). Sudah pukul jam delapan pagi, sang pemilik ruangan tidak keluar juga.
Hal itu lantas membuat Kaiser khawatir, apakah (name) membencinya karena tahu ia sempat berhubungan dengan wanita selain ibunya?
"Tidak papa kan kalau aku mengintip sedikit?" Gumam kaiser.
Ia mendekati pintu itu perlahan tanpa menghasilkan suara apapun. Tangannya menggenggam knop pintu dan memutarnya pelan, ternyata tidak terkunci.
Ia berlutut dan menangkap sosok putrinya dari sela pintu yang sedikit terbuka.
Mata kaiser melebar ketika melihat (name) yang duduk menangis di depan cermin sambil memeluk boneka kesayangannya -Bell. Tidak ada suara Isak tangis yang ia keluarkan, Namun wajahnya berderai air mata.
"Hentikan.. ayo jangan nangis.."
(name) berbisik pelan dengan suaranya yang serak, namun Telinga kaiser masih bisa menangkap suara lirih tersebut.
Di sana, (Name) menatap cermin yang memantulkan bayangan dirinya.
Kacau, dibawah matanya ada lingkaran hitam yang menghiasi, rambutnya berantakan."Semua akan baik-baik saja.. Daddy sudah berjanji untuk tidak meninggalkan ku kan?"
Kaiser tak menyangka, kebiasaan menatap bayangannya di cermin, yang selalu ia jaga supaya tidak ada orang yang mengetahuinya ternyata menurun ke anaknya, (name).
Kaiser yang tidak bisa menahan diri lagi, memasuki kamar dan memeluk (name) yang tengah terduduk dilantai.
"Daddy janji tidak akan meninggalkan mu, kau tidak akan sendirian lagi."
Kaiser bisa merasakan (name) yang tersentak kaget, perlahan Suara isakan (name) mulai terdengar.
(Name) menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Tidak papa kalau mau menangis. Daddy tau, selama ini (name) sudah melalui hal yang berat.. putri Daddy ini sudah sangat hebat bisa bertahan sejauh ini."
Saat itulah tangisan (name) pecah.
Dipelukan kaiser (name) menangis, sesekali tangannya bergerak untuk mengusap kepala dan punggung guna menenangkannya."(Name) pasti capek ya? (Name) kesepian kan? Sekarang ada Daddy, (name) bisa minta tolong kalau lagi kesusahan.."
Hingga satu jam telah berlalu, Kaiser yang menyadari tangisan (name) sudah mereda. "Sudah selesai?"
(Name) mengangguk, masih menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya.
"(Name) sarapan ya?"
(Name) menggeleng pelan sebagai tanda penolakan.
"Ayolah, daddy sudah membuat sarapan, masa kau mau menolak?" Bujuk Kaiser.
"...kalau begitu sedikit saja." (Name) menjawab pasrah.
"Padahal kalau (name) makan banyak, daddy akan mengajak mu pergi jalan-jalan."
"Kan Daddy harus berangkat latihan."
"Pulangnya bisa kan?"
"Daddy pasti capek."
"Kamu pengertian banget sii.."
Kaiser mengelus punggung (name) dan mencium pucuk kepalanya. Tapi ia baru sadar, tubuh (name) terasa hangat dari biasanya, wajahnya juga pucat. Apakah karena habis menangis?
"(Name) kau merasa pusing?"
"Hum, sedikit."
"Kau demam, tidur di kasur ya? Daddy akan minta izin untuk tidak berangkat latihan hari ini dan menemanimu seharian."
Kaiser mengangkat tubuh (name) yang terjulai lemas dan membaringkannya di atas tempat tidur. Wajahnya pucat dan memerah karna habis menangis. Kedua matanya juga tampak merah dan bengkak.
"Maaf merepotkan." Gumam (name) pelan ketika melihat Kaiser yang mengeluarkan gawai dari saku celananya.
Kaiser menghela nafas, mengusap pipi (name) lembut. "Jangan berkata seperti itu, bagi daddy kalau itu untuk (name) tidak ada yang merepotkan."
"Bagaimana kalau (name) malah jadi hambatan untuk Daddy?"
Kaiser mengernyit, menatap (name) heran,"Hambatan apa maksud mu?"
.
.
.TBC
FYI (New Fanfiction Daddy series)
Hola! Semoga gak ada yang mikir kalo cerita ini udah di drop ya, aku libur dulu bentar karena lagi PSAT.
Next lagi hari Minggu, ku usahain double up deh!
Ohiya ada yang baru tapi bukan husbu eh--
Anak CEO niii - agak kasian sama papa Reo harus ngadepin (name) yang pemberontak, toxic, bar-bar dan petakilan. (Spoiler)
Untuk Kepenulisannya sedikit demi sedikit aku rapiin kok.
Janlup mampir ya! Masi segera tapi wkwkNanti ku up bareng chap selanjutnya
Jangan lupa cek akun ku ya!See you next time minna~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐭𝐫𝐨𝐯𝐚𝐢𝐥𝐥𝐞𝐬 ; 𝐊. 𝐌𝐢𝐜𝐡𝐚𝐞𝐥
RandomHujan turun deras sore itu, menyelimuti kota dengan suara gemerisik yang menenangkan. Di halte yang sepi, seorang anak perempuan, (name), berdiri di halte dengan sedikit gemetar. Rambutnya basah, meski payung kecil di tangannya mencoba melindunginya...