"Mau apa?" ulang Alga dengan mata intens pada tubuhnya. "Gue akan buat lo nggak bisa ninggalin gue seperti rencana lo. You can't leave me! You're mine!"
Asya menggeleng tegas. Ia belum pernah melihat ekspresi mengerikan itu di wajah Alga. Laki-laki itu bersungguh-sungguh. Tatapannya terlihat begitu serius.
Pertama, Alga menyerang pipinya. Mencium dan hampir menggigitnya sebelum akhirnya pindah ke bibirnya. Tanpa melepaskan tautannya, Alga merobek pakaian atas gadis itu yang membuat Asya menggeleng menolak. Tubuhnya terkunci, kedua kaki laki-laki itu berada di antara pinggangnya. Asya tidak bisa bergerak dengan keadaan tangan yang terikat.
Alga menjauh dengan nafas terengah, ia menatap bibir Asya yang bengkak dengan wajahnya yang penuh air mata. Melihat tatapan itu, Asya semakin menggigil saat Alga menarik selimut.
Asya menangis keras bahkan sebelum Alga melakukan apapun. Gadis itu menumpahkan semua air mata dan rasa sakitnya seraya menggeleng kuat-kuat dan memohon ampun. Asya memejamkan matanya rapat bersiap menerima apapun itu, namun ia malah mendengar suara pintu terbuka. Saat Asya membuka matanya, Alga sudah tidak ada di hadapannya. Bahkan selimut yang awalnya Asya kira untuk menutup tubuh mereka, kini malah membalut dan menutup tubuh atasnya yang terbuka.
Beberapa saat kemudian laki-laki itu kembali dengan sebuah botol kaca di tangannya. Ia menutup kembali pintu itu.
Alga duduk di pinggir ranjang dan meletakan botol itu di nakas.
Dari posisinya, Asya hanya bisa melihat punggung telanjang Alga tanpa mengetahui ekspresi apa yang kini di pasangnya.
Ekspresi apa yang Alga gunakan, dan emosi apa yang dialaminya. Asya tidak tau. Namun saat berbicara, suara Alga terdengar datar dan pelan.
"Kenapa lo mau racunin gue?"
Asya menjawab tanpa ragu dengan emosinya. "Karena Kak Alga pantes dapetin itu! Bahkan racun aja nggak cukup untuk bales Kak Alga!"
Asya melihat Alga membuka tutup botol itu. Namun yang membuat Asya terkejut adalah sesuatu di tangan Alga yang lain, itu adalah racun yang ia berikan pada penanggung jawab bar. Alga menuangkannya pada botol minuman itu sampai habis tak bersisa.
"Kalau gue nggak tau rencana lo dan minum ini, apa yang akan lo lakuin?" tanya Alga, lagi-lagi tanpa menatap wajahnya.
"Aku akan pergi. Dan Kak Alga nggak akan bisa nemuin aku karena nggak sadarkan diri."
"Kalau gitu, pergi," ucapannya membuat Asya terkejut. "Gue nggak akan kejar atau cari lo kalau emang itu yang lo mau."
Laki-laki itu meliriknya, tatapannya tampak sendu, ada air tertahan di pelupuk matanya. "Gue adalah orang yang rela mati demi lo kalau lo mau. Racun? Lo nggak perlu kasih diam-diam. Gue akan minum tanpa ragu kalau itu permintaan lo, Asya," suaranya melembut. "Gue nggak pernah nolak apapun permintaan lo, Sya."
Pupil mata Asya melebar saat Alga benar-benar menelan isi botol itu, meneguknya seperti kehausan.
Tidak!Alga memasukan semua isi dalam botol kecil tadi. Padahal Asya hanya meminta orang bar memasukannya beberapa tetes saja.
Asya bangkit tapi ia tidak bisa menahan Alga karena tangannya masih terikat.
"Berhenti! Aku bilang berhenti!" panik gadis itu.Alga menunduk setelah menghabiskan seluruh minuman dalam botol itu. "Gue harus berkorban kaya apa lagi supaya lo percaya gue cinta lo, Sya?" lirihnya putus asa. "Gue harus lakuin apa lagi biar lo percaya dan berhenti ragu? Gue harus apa agar lo percaya gue?"
Bunyi benda jatuh terdengar, botol itu meleset dari tangan Alga. Racunnya berkerja jauh lebih cepat karena Alga menelannya sekaligus. Saat berbicara, bibir laki-laki itu bahkan gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGASYA ; STEP BROTHER
Teen Fiction(TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA) Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan sebelum tidur, Asya tidak bisa sendirian. Berkebalikan dengan...