Maaf baru sempat update, demiii aku kemarin ngga ada waktu pegang wattpad. Satu bulan aku ngurus penerbitan novel keduaku. Jangan lupa ikut PO ya😋Nah sekarang otak aku sangat lancar, kalian mau minta update tiap hari apa? Aku jabanin😋
****
"Lah, mana si tuyul?" Darren heran menatap kursi milik Asya yang kosong. Biasanya gadis itu selalu datang lebih pagi darinya.
Mengedikan bahunya, Darren memilih duduk di tempat seraya memainkan ponselnya. Akhir-akhir ini ia suka bermain game untuk mencari kesibukan. Lebih tepatnya untuk mengalihkan fikiran dari ....
"DARREN! JADI KAPAN NIH?" suara Gisella terdengar sangat besar dari pintu masuk. Gadis itu mengekeh. "Kiss nya. Kapan?"
Meskipun tampilan Darren seperti preman, tapi sebenarnya dia adalah lelaki alim dan shaleh. Jangankan ciuman, Darren bahkan belum pernah bergenggaman tangan dengan perempuan. Mentalnya jadi agak terguncang semenjak Gisella dengan ugal-ugalan mengejarnya.
Niatnya waktu itu hanya ingin menggoda Gisella dengan bilang akan membalas ciuman kurang ajar Gisella. Tapi bukannya takut gadis itu malah seperti mendapat lotre dan berujung menjadi perempuan sinting seperti ini.
Andai saja Bundanya tidak mengamuk karena ia membolos sekolah beberapa hari, Darren sudah pasti memilih tetap di rumah untuk menghindari Gisella.
"Stop bahas itu, Sel. Lama-lama gue tebas tuh bibir," balas Darren.
"Ah, elah. Lemah amat jadi cowok," ejek Gisella setelah meletakan tasnya. "Kalah lo sama Brandon. Kemaren aja dia rangkul dua cewek gue liat. Masa cuma gue doang lo nggak mau."
"Weh anjing, nuduh aje lo!" tiba-tiba sebuah gumpalan kertas terbang mengenai dahinya. Gisella mengaduh seraya menatap Bondan yang menampilkan mimik tidak terima. "Ntu adek-adek gue, ya! Gini-gini gue setia sama satu cewek."
"Halah, omongan laki-laki itu kaya iklan sekali lewat. Bentar lagi juga berubah," ucap Gisella. Lalu menatap Darren. "Kecuali Darren, dia selalu konsisten sama kata-katanya. Yoi gak, Ren?"
Gisella cengar-cengir menatap Darren yang duduk di belakangnya. Mustahil mundur, dia udah mempertahankan harga diri dan segalanya. Minimal dapat satu ciuman sebagai bayaran.
"Dan gue konsisten bilang NGGAK!" Darren berteriak di depan wajah Gisella. "Ada gila-gilanya lo semenjak kenal bocil itu."
Darren beranjak berdiri.
Gisella seketika teringat. "Asya bilang dia berhenti sekolah."
"Mau jadi apa putus sekolah tengah jalan? Belum juga satu semester udah kena mental. Dasar bocil," ejek Darren.
"Nggak, bukan itu! Semalem Asya chat katanya bakal balik homeschooling."
"Kenapa?" bukan Darren, semua murid di sana bertanya serentak. Bagi mereka, Asya adalah bagian dari kelas ini. Jujur saja mereka menyukai gadis itu. Kelakuannya di luar nalar, ucapannya apalagi, ia juga sangat menyebalkan di satu sisi. Tapi mereka terlanjur menyayangi Asya. Gadis itu seperti gambaran anak kecil yang polos, hadirnya Asya di kelas ini adalah hiburan tersendiri bagi mereka.
"Nggak tau, dia nggak bales lagi chat gue. Nomornya bahkan nggak aktif, WA nya ceklist satu. Gue kira dia bercanda, tapi hari ini beneran nggak masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGASYA ; STEP BROTHER
Teen Fiction(TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA) Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan sebelum tidur, Asya tidak bisa sendirian. Berkebalikan dengan...