Hiiii, kangen '(
Kita masuk konflik, siap?
****
Sesampainya di rumah sakit, Asya melihat ruangan Noah sudah ramai. Gisella, Darren, Adila, serta teman-teman lainnya dan juga orang tua pemuda itu. Asya berdiri di pintu masuk dan menatap senyuman manis Noah yang sudah lama tidak ia lihat.
Noah masih tampak lemah, tapi di wajah tampannya masih terlihat senyuman yang menawan. Laki-laki itu seperti bunga yang mekar dengan indah. Orang-orang menyukainya dan selalu mengelilinginya seperti ini. Dua tahun lebih terbaring koma pun teman-temannya setia menunggu Noah.
Sekarang, mereka semua tampak bahagia melihat Noah sudah kembali membuka matanya.Di antara semua orang ada satu yang terus menatap Asya. Pria itu adalah Ethan, ia lalu bangkit dan mendekati Asya yang sepertinya tidak berani melangkah ke dalam.
"Kak Ethan," Asya menatapnya. Sudah lama sekali sejak ia melihat Ethan dan Aji. Mereka itu sudah seperti sepasang. Di mana ada Aji di situ ada Ethan, begitupun sebaliknya. Tapi sekarang Aji tidak terlihat. Setahu Asya, Alga juga tidak bertemu dengan mereka setelah kelulusan. Mereka bertiga seperti sudah tidak sedekat dulu.
"Kenapa Kak Ethan ada di sini?" tanya Asya. Cara Ethan memandangnya seperti berbeda. Ia menatapnya lekat dengan mata elangnya.
"Noah temen gue."Asya mengangguk mengerti meskipun Asya tidak pernah melihat mereka berbincang. Noah memang punya banyak sekali teman. Asya tidak mungkin tahu semuanya. Tidak seperti Alga, Asya sangat hapal hanya Aji dan Ethan teman laki-laki itu sejauh ini.
"Ikut gue," tiba-tiba Ethan menarik tangannya dan menyeret gadis itu pergi dari ruangan Noah.
"Sakit, Kak," ringis Asya menarik-narik tangannya. Tapi tenaga mereka tidak sebanding. Ethan baru melepaskannya saat mereka berada di lorong yang sepi.
"Gue nggak mau basa-basi," ucap Ethan menatapnya datar. "Ngeliat penampilan lo kaya gini, artinya lo masih sama Alga."
Tunggu dulu. Bagaimana Ethan tau tentang dirinya dan Alga? Selama di sekolah dulu, Asya menyembunyikan hubungannya dengan baik. Hanya Renata yang benar-benar tau ada apa antara dirinya dan Alga.
"Gue udah tau dari lama. Bahkan sebelum lo mutusin berhenti sekolah," Ethan seperti membaca pikirannya. "Lo penasaran kenapa gue dan Aji menjauh dari Alga?"
"Menjauh?" tanya Asya bingung. "Kalian menjauh? Kenapa? Aku kira Kak Alga terlalu sibuk sampai nggak pernah kelihatan ketemu kalian lagi."
Ethan seketika tertawa. "Lo bener-bener sebodoh ini?" kata laki-laki itu tidak percaya. "Ah, sial. Gue jadi yakin kalau lo bener-bener nggak tau apapun soal kakak tiri lo itu."
Asya mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Gue, Aji, dan Noah tau semuanya. Seandainya gue dan Aji nggak pernah jadi temennya. Keadaan gue dan Aji pasti nggak jauh berbeda dari Noah sekarang. Atau bisa jadi lebih parah."
Ethan tersenyum miris. "Alga ... dia nggak ragu bunuh orang tuanya sendiri demi dapetin sesuatu yang dia mau. Apalagi cuma bunuh 'mantan' temannya?"
"Ah, gue bahkan nggak yakin dia anggap gue. Di matanya gue pasti nggak terlihat, mata dia udah terbutakan oleh harta dan hal-hal besar yang dia genggam sekarang."
Asya terlalu banyak menuduh Alga dengan percaya pada perkataan siapapun yang menjelekkannya. Tapi kali ini Asya tidak akan melakukannya lagi.
"Kak Alga nggak mungkin lakuin itu," bela Asya. "Kak Ethan tau? Bukan Kak Ethan aja yang pernah ngomong gini ke aku. Aku sampai muak dengarnya. Kenapa kalian sebenci itu ke Kak Alga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGASYA ; STEP BROTHER
Jugendliteratur(TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA) Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan sebelum tidur, Asya tidak bisa sendirian. Berkebalikan dengan...