N.E~001

141 10 1
                                    

"Mas, anak kita 'kan kembar, nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas, anak kita 'kan kembar, nih. Aku udah punya nama buat yang cowok. Kalo yang cewek kamu aja yang cari, ya!" Ucap sosok wanita yang baru saja melahirkan—Melly Eriansy.

"Oke. Mas juga udah punya nama buat yang cewek." Ucap sang suami—Habibie Denandra.

"Kita sebutin bareng-bareng, ya!"

"Oke!"

"Melanio."

"Meilana."

"Waah! Bagus namanya!" Ucap Melly berbinar.

"Iya. Itu juga bagus, sayang!"

Melanio El Habibie dan Meilana Tsel Habibie. Bayi kembar beda 2 jam itu lahir pada tanggal 27 Maret bertepatan dengan hari ulang tahun ke—2 pernikahan orang tuanya—Melly dan Habibie. Kelahiran mereka membawa kebahagiaan besar bagi kedua orang tuanya. Mereka yang lahir dari buah cinta sang bunda dan ayahandanya.

|★★★★★

4 tahun kemudian...

Kehidupan Melly dan Habibie berada pada puncak kebahagiaan. Berkat hadirnya dua malaikat kecil yang kini tengah bermain bersama di sebuah taman di bawah pengawasan mereka.

Selain itu, usaha bengkel Melly 'G'Deasy' kini tengah meroket di tambah dengan Habibie yang semakin lama usahanya semakin maju dan memiliki banyak anak perusahaan yang bergerak di bidang Otomotif, IT, juga bidang industri otomotif.

Di saat sepasang suami istri itu tengah berbincang ria, tanpa di sadari Meilana atau Lana tengah berjalan menuju sebuah pohon di belakang mereka. Lana mengikuti sosok kucing berbulu Oren yang nampak lucu di matanya hingga ia gemas dan ingin memilikinya. Namun, saat ia sudah hampir menangkap kucing itu, sosok pria tinggi bermasker mengarahkan pistol dari jarak 10 meter di belakang Lana. Saat itu sang ibu melihat anaknya dalam bahaya langsung berlari tanpa memikirkan hal lain dan sang suami mendekap putra kecilnya.

Melly mendekap erat tubuh mungil Lana dan tak lama suara tembakan terdengar nyaring di seluruh penjuru taman.

Dor

Dor

Dor

Dor

Sebuah peluru itu menembus punggung Melly hingga ke jantunya. Sedangkan peluru lain di tembakkan sosok lain tepat di kepala Habibie. 2 Peluru lainnya mendarat tepat di kepala kedua pelaku yang ditembakkan oleh 2 bodyguard yang Habibie bawa. Mereka telat bertindak dan sialnya tidak menyadari bahaya yang mengancam majikannya itu dan langsung membuat majikan mereka mati di tempat.

Suasana taman yang tadinya ricuh akibat para pengunjung yang berlarian ketakutan kini hening dan menyisakan suara isakan sepasang saudara yang berada di pelukan orang tuanya yang telah tiada berlumuran darah.

★★★★★|

Pemakaman telah selesai di laksanakan, namun tak ada sanak saudara yang datang satu pun. Kini hanya tersisa beberapa tetangga terdekat mereka yang sibuk mengajak 2 balita kembar itu untuk segera beranjak dikarenakan hujan akan tiba.

"Lana sama Nio, pulang tempat Bude Wan aja, yuk! Nanti main sama Wira dan mbak Wisna." Ajak Bude Wan (Raywanti) tetangga mereka.

"Telus nanti bunda sama ayah gimana?" Tanya Lana yang masih setia memeluk boneka rajut berbentuk kepala kucing.

"Bunda sama ayah mau bobok dulu. Nanti kalo udah bangun baru kita ke sini lagi, ya?" Bujuk Bude Wan.

"Bude, kalo orang ada di dalam tanah kata temen aku mereka udah meninggal. Emang bener, ya?" Tanya Nio dengan menatap polos Bude Wan.

"Nanti bude jelasin di rumah. Kalian ikut bude pulang dulu." Bujuk Bude Wan mengalihkan perhatian sembari menahan tangisnya.

"Nggak, Bude. Aku sama dedek Lana pulang aja. Nanti kalo ayah sama bunda udah bangun biar nggak bingung nyarinya. Nanti kalo khawatir gimana?" Ucap Nio dengan polos.

"Tapi di rumah kamu nggak ada orang." Ucap Bude Wan.

"Ada, tok! Banyak malahan. Ada om-om baju item sama Bu Way, mbak-mbak cantik di lumah." Ucap Lana dengan yakin.

"Ya udah. Nanti kalo kalian mau main minta anterin Bi Way aja, ya? Sekarang Bude anterin sampe rumah dulu." Ucap Bude Wan.

Nio dan Lana mengangguk lucu. Mereka berjalan dengan di gandeng Bude Wan pulang.

"Dada ayah, bunda! Dedek nanti kesini lagi sama Abang, kok! Bunda sama ayah ceper bangun, ya? Dada!" Ucap Lana melambaikan tangannya pada gundukan tanah.

Sedangkan Nio juga ikut melambaikan tangannya tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir mungilnya.

Sesampainya di rumah, mereka langsung masuk dan di mandikan oleh beberapa maid. Jujur, para maid itu tak menyangka bahwa majikan mereka yang baik dan murah hati itu tiba-tiba meninggal dengan mengenaskan. Bagaimana nasib bocah kembar ini? Mereka masih terlalu dini untuk kehilangan kedua orang tuanya.

Setelah mereka selesai membersihkan tubuh sang majikan kecil mereka, mereka bergegas memakaikannya pakaian.

Tiba-tiba, Lana bertanya, "Bi Way kenapa tadi ndak ikut Lana sama bang Nio?".

"Di sini sibuk, Nona. Jadi kami tidak bisa ikut mendampingi kalian." Ucap bi Way sendu.

"Ooo" mulut Lana membulat membentuk O.

Mereka terkekeh gemas melihat nona mudanya ini. Di sisi lain, mereka juga sedih dan prihatin padanya karena kehilangan sosok orang tua di usia semuda ini.

"Bi, kata temen Nio kalo orang ada di dalam tanah kata temen aku mereka udah meninggal. Emang iya, Bi?" Tanya Nio polos.

Pertanyaan Nio itu justru membuat hati mereka mencelos seketika. Bayangkan bagaimana kehidupan mereka yang masih belia dan polos tanpa orang tua? Sangat menyedihkan bukan?

"Iya. Tapi tuan muda dan nona muda jangan khawatir. Kami semua di sini akan menemani kalian sampai kami tak mampu lagi bergerak. Kami akan terus mendukung kian hingga sukses!" Ucap bi Way menyemangati.

"Tapi meninggal itu apa?" Tanya Lana.

Dan jawaban dari pertanyaan itu membuat Nio terkejut. Tanpa mereka sadari, ini adalah awal dari kisah mereka.

 Tanpa mereka sadari, ini adalah awal dari kisah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• 𝐍𝐞𝐞𝐝 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 • (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang