"Lana, oh, Lana. kenapa jutek sekali?" Zyan memulai lagu.
"Bagaimana aku tak jutek, ketekku bau bangkek!" Revan menyahut.
"Bagaimana aku tak jutek, ketekku bau bangkek!" Mayra menambahi.
"Heh, salah itu lagunya!" Ucap Renanda dengan wajah tengilnya.
"Harusnya gini!"
"Lana, oh, Lana. Kenapa kau sangat datar. Bagaimana aku tak datar kalian sungguh liar! Bagaimana aku tak datar kalian sungguh liar!"
Sontak saja lirik lagu Renanda membuat Zyan, Revan dan Mayra melotot kaget. Mereka tak terima kemudian melempari Renanda yang tengah tertawa terbahak-bahak dengan gumpalan kertas dan juga sandal jepit yang entah datang dari mana.
Bugh...
Sendal jepit itu melayang tepat mengenai sang empu yang tengah mereka gibahi sedari tadi. Sang empu bangun dengan wajah datar. Ia keluar kelas tanpa menengok membuat suasana kelas langsung hening melihat aura mengerikan yang keluar dari Lana.
Sedangkan Renanda, ia berlari mengejar Lana yang tengah berjalan menuju toilet. Ia hanya melihat Lana masuk toilet dan menunggunya di luar. Menyandarkan punggungnya pada tembok dan mengeluarkan ponsel dari saku roknya.
Ia men—scroll galeri. Melihat-lihat foto sembari tersenyum. 'Cantik bangettt!' batinnya berteriak.
Cklak...
Renanda menolehkan kepalanya. Pintu toilet terbuka dan menampilkan Lana yang tengah menatap lorong yang menuju ke arah kantin.
"Kantin?" Tanya Lana singkat.
"Ayok!" Ucap Renanda girang sembari menarik lengan Lana menuju kantin.
|★★★★★
Lana duduk dengan anteng di sebuah kursi di kantin. Ia menunggu Renanda yang tengah memesankan makanan. Sembari menunggu, ia juga mendengarkan lagu favoritnya yang berjudul 'Candy' dari salah satu grup K-Pop ternama yang berasal dari negri ginseng itu.
Ia juga terlalu malas untuk men-scroll Instagram, jadilah ia hanya mendengar musik menggunakan aerphone dan menelungkupkan kepalanya di tumpukkan tangangannya di atas meja dan memejamkan mata.
Beberapa saat kemudian...
"Lan?" Panggil Renanda sembari meletakkan nampan yang berisi 1 gelas jus alpukat, 1 gelas jus apel, dan 2 mangkok bakso yang masih panas.
"Hm?" Gumam Lana mengangkat kepalanya.
"Lo tidur tadi?" Tanya Renanda menaikkan sebelah alisnya.
"Bentar." Jawab Lana uang yang langsung mengambil jus apel dan menyesapnya.
"Bisa-bisanya Lo tidur pas rame gini? Gila!! Lo emang putri tidur!" Ucap Renanda heran.
Renanda duduk di samping Lana sembari mengambil bakso yang berada di atas nampan. Ia menyajikannya di depan Lana dan juga untuknya. Menyesap jus alpukat favoritnya dengan khidmat kemudian memasukkan sebuah bakso berukuran kecil kemulutnya.
"Hah! Hah! Panghas! Anhir! Panghas!" Ucap Renanda kepanasan.
Dengan cepat Renanda mengambil jusnya dan meminumnya bersamaan dengan mengunyah bakso di mulutnya.
"Enak?" Tanya Lana dengan wajah heran.
"Hooh! Lo harus cobain!" Ucap Renanda menyodorkan baksonya.
"Aaaa! Buka mul—
"Aaaaaaaaa... Ganteng banget!" Teriak seorang siswi.
"Eh, iya! Liat itu kak El ganteng banget!!" Pekik siswi lain.
"Aaaa!! Kak Zen juga ganteng tau!" Ucap siswi lain.
"Fiks! Kak El sama kak Zen bakal jadi idola gue!" Ucap siswi lain.
"Itu idola gue!"
Dan lain sebagainya...
Karena pekikan para siswi yang heboh itu, Lana dan Renanda mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu masuk kantin. Di sana, muncul'lah 2 orang remaja. Yang satu dengan tampilan rapi—Nio dan yang satunya lagi dengan gaya khas bad boy—Zen.
"Berisik!" Ucap Lana datar.
"Iya. Bisanya mereka heboh gitu padahal mukanya gak ganteng-ganteng amat. Bosen juga liatnya." Ucap Renanda menimpali.
"Gantengan Cha Eun Woo." Ucap Lana memakan baksonya.
Renanda masih memperhatikan Nio dan Zen yang tengah menuju tempat duduk mereka di pojok kantin dengan tajam. Ia memperhatikan mereka seolah mereka adalah mangsanya.
"Lan, Lo nggak tertarik gitu sama si El atau Zen? Mereka kan anak IPS 1, kan?" Tanya Renanda.
"Hm. Gak bakalan. Orang dia Abang gue." Ucap Lana kelewat santai.
"Hah? Siapa? Zen? Dia Abang tiri gue. Atau El? Bukannya dia anak tunggal?" Renanda mencecar dengan pertanyaan.
"Bukan. Bang Nio kembaran gue." Ucap Lana sembari memakan baksonya dengan asyik.
"Eh? Nio? Maksud Lo Melanio El Habibie itu?" Tanya Renanda heboh yang dijawab dengan anggukan.
"Kembaran? Kok, gak mirip?" Tanya Renanda lagi dengan heran.
"Kembar tak identik. Dia lebih tua 2 jam dari gue." Ucap Lana menyudahi makannya.
"Kok, bis—"
"Gue mau balik ke kelas. Bay!" Ucap Lana menaruh uang berwarna biru lalu berjalan meninggalkan Renanda yang terbengong.
"Oh, ternyata gitu?" Desis Renanda menatap tajam Lana.
Beberapa jam kemudian, bel pulang sudah berbunyi. Sekolah pun sudah sepi menyisakan Lana dan Renanda yang tengah berada di parkiran.
"Pin, gue nebeng." Ucap Lana datar pada Renanda.
"Sorry, gue nggak bisa anterin Lo, Lan! Motor gue bocor. Jadi gue mau nungguin pak Wisnu jemput. Dari pada Lo kelamaan terus dicariin orang rumah, mendingan Lo balik dulu!" Ucap Renanda.
"Oh, gue tunggu Lo." Ucap Lana lalu duduk di sebelah Renanda.
"Dasar ngeyel!"
★★★★★|
Bugh...
Sebuah pukulan mendarat di perut Nio hingga membuatnya jatuh terduduk.
"Jangan sampe Lo sakiti Lana. Gue bakal bunuh Lo kalo sampe Lana kehilangan sehelai rambutnya." Ucap sosok berhoodie hitam dengan kupluk penutup kepalanya.
Sosok itu melenggang pergi meninggalkan Nio seorang diri di sebuah gang sepi.
"Siapa dia?" Ucap Nio menatap lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
• 𝐍𝐞𝐞𝐝 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 • (end)
Teen Fiction🚨🚨: Cerita ini hanya karangan semata °PLAGIAT JAUH JAUH ❌ °HASIL PEMIKIRAN SENDRI ✔️ 𝐁𝐲:𝑳𝒊𝒍𝒊𝒏𝒅𝒊𝒂𝒘𝒂𝒏 ° "LANA TOLONG GUE! DIRUMAH GUE ADA PENJAHAT! CEPET DA-" Tut... _____________________ "Bisa-bisa gue temenan sama Lo yang gila. Mau...