Suasana kelas XII MIPA 5 nampak ricuh dengan suara decitan meja dan kursi yang digeser ke sana kemari dengan komando dari seorang guru wanita.
"Zyan! Kamu geserin meja ke pojok. Itu, di samping Quinn." Ucap sang guru—Bu Fira, guru ekonomi sembari menggerakkan tangannya.
"Kamu juga Mayra. Kalian satu kelompok jangan jauh-jauh duduknya!" Perintahnya dengan mata melotot tajam.
"Ya elah, Bu. Santai napa!" Ucap Mayra dengan ogah-ogahan mendorong mejanya.
"Ngelaw—
Teeeetttttttt......
Bunyi bel istirahat membuat Bu Fira—sang guru killer menghentikan ucapannya. Para murid tanpa peduli tatapan tajam sang guru killer langsung berlari keluar kelas menuju kantin menyisakan seorang siswi yang merengek pada siswi lain.
"Lana, Nanda! Kalian beresin kelas. Abis itu kamu, Renanda. Ikut ibu ke kantor sebentar." Ucap Bu Fira yang di angguki malas oleh Lana.
"Kok, gitu, Bu? Kapan saya istirahatnya?" Renanda mendesah malas.
"Nanti. Cuma sebentar. Ayok, cepet!" Ucap Bu Fira lalu berjalan diikuti Renanda di belakangnya.
Renanda menatap Lana yang tengah memejamkan mata dengan kepala menyender pada kusen jendela.
"Nanti bareng ke kantinnya, Lana!!" Teriak Renanda dan di angguki pelan oleh Lana.
Lana tak bergerak melaksanakan tugas dari sang guru killer itu. Ia malas, benar-benar malas melakukan apapun karena energinya sudah sekarat.
Hmm...
Dia sedang lapar. Dan sialnya ia tak bisa makan karena Renanda yang memintanya untuk menunggu. Jika ia duluan, sudah dipastikan Renanda akan mengamuk.
|★★★★★
BRAKKK...
"LANAAAA!!!! BANGUN, WOY! KEBO AMAT LO!" Pekik Renanda masuk sembari mendobrak pintu kamar Lana.
Lana yang mendengar teriakan cempreng dari Renanda langsung menaikkan selimut hingga menutup matanya dan menutup telinganya rapat-rapat menggunakan bantal.
Brukkk...
Renanda menjatuhkan tubuhnya ke kasur Lana dan mengguncangkannya.
"WOYY!!!! BANGUN!! Anak gadis perawan kok tidur terus! Nggak dapet jodoh seganteng Eun Woo nanti!" Ucap Renanda memelankan suaranya di telinga Lana di akhir kalimat.
"Ganggu!" Ucap Lana lalu menendang Renanda hingga terjatuh dari kasur.
"Anj—Dogg!!" Umpat Renanda mengelus pantatnya yang terasa nyeri.
"Kapok." Ucap Lana datar lalu melenggang menuju kamar mandi.
"Emang nggak ada akhlak temen gue ini." Ucap Renanda geleng-geleng kepala.
Setelah beberapa saat menunggu, Lana akhirnya keluar dengan menggunakan rok abu-abu diatas lutut yang dipadukan dengan sweater hijau bertuliskan 'Lovely' dengan bahu terbuka.
"Lo cantik banget! Gilaa!!" Renanda memekik kagum lalu bangkit dan memeluk Renanda yang tengah berjongkok mengikat sepatu.
Renanda dan Lana terjungkal bersama dengan Lana yang meringis kesakitan dan Renanda yang tertawa terbahak-bahak.
"Udah, ah. Ayok berangkat!" Ucap Renanda bangkit mengulurkan tangannya membantu Lana.
Lana berdiri dan melanjutkan mengikat sepatu sneakernya. Ia lalu berdiri mengambil ponsel dan tas punggung biru miliknya. Lana lalu keluar rumah bersama Renanda setelah izin kepada Bi Way. Renanda menaiki motor sport hitam miliknya diikuti Lana di belakangnya.
Motor Renanda melaju dengan kecepatan rata-rata di jalanan kota membelah keramaian dari hiruk-pikuk mobilitas manusia. Setelah beberapa saat, ia sampai di sebuah rumah bercat biru yang nampak asri dengan taman di depannya.
Renanda dan Lana turun setelah memarkirkan motornya di samping mobil Lamborghini Aventador di garasi rumah itu.
"Hallo, Guys!! Renanda yang cantik ini sudah datang!" Teriak Renanda memasuki rumah itu.
Para manusia di dalamnya yang tengah duduk di karpet berbulu itu memutar bola matanya malas mendengar teriakan cempreng dari Renanda. Sedangkan Lana, ia langsung duduk di sofa tepat di samping tuan rumah—Revan.
"Lama amat Lo, Lan!" Ucap Revan sembari menuliskan sesuatu di bukunya.
"Tidur."
"Eh, eh, eh... Ngapain 'kok malah duduk dempet-dempetan. Geser-geser!" Ucap Renanda yang berusaha duduk di antara Lana dan Revan.
Lana menggeser tubuhnya hingga ke ujung karpet. Sedangkan Revan, ia berdiri hendak mengambil minuman untuk mereka semua.
"Gue ambil minum dulu. Mau minum rasa apa?" Tanya Revan sebelum pergi.
"Gue mau jus apel aja." Ucap Lana yang tengah sibuk memainkan gadgetnya.
"Samain aja. Ya, kan?" Tanya Wira yang di angguki oleh yang lain.
"Oke." Ucap Revan lalu berjalan ke dapur.
★★★★★|
"Kok, gue?" Tanya Lana dengan raut wajah tak santai.
"Kan Lo yang paling bisa buat bikin kejutan. Kek di kontes balet itu." Ucap Revan yang berusaha membujuk Lana.
"Pengoyoan." Ucap Lana lalu merebahkan tubuhnya di karpet dengan kepala di paha Renanda.
"Ayolah, Lan!! Kita semua 'kan udah ngerjain tugas nulisnya, sekarang tinggal Lo aja yang dari tadi glesar-glesor* doang." Ucap Wira ikut membujuk Lana.
Glesar-glesor=bangun terus tidur lagi.
"Heleh." Ucap Lana memutar bola matanya malas.
"Please, Lana. Nanti kita traktir Lo apa aja 'deh di kantin!" Ucap Revan lagi-lagi membujuk Lana.
"Van, Ra! Sini!" Panggil Renanda yang membuat Revan dan Wira mendekat.
"Apa?" Tanya Revan.
"Lo kalo mau bujuk nih bocah mending beliin dia _____"
"Okeh." Ucap Revan dan Wira mengacungkan jempolnya.
"Lana!" Panggil Wira menarik lengan Lana yang tertidur.
"Hm?" Lana yang sudah setengah sadar.
"_____" Wira berbisik pada Lana dan langsung di setujui oleh sang empu.
Mereka melakukan video presentasi tugas ekonomi yang sudah mereka kerjakan dengan pembagian tugas:
—Lana sebagai orang yang melakukan Presentasi.
—Wira sebagai kameraman.
—Renanda dan Revan sebagai pencahaya.Setelah selesai membuat video presentasi, mereka semua pulang dengan Lana yang menampakkan wajah kesal di belakang Renanda.
Renanda terkekeh melihat wajah Lana dari spion. Lana yang mendengar kekehan Renanda memukul helm Renanda hingga Renanda meringis kesakitan.
"Bener-bener tugas sialan!" Ucap Lana dongkol.
KAMU SEDANG MEMBACA
• 𝐍𝐞𝐞𝐝 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 • (end)
Teen Fiction🚨🚨: Cerita ini hanya karangan semata °PLAGIAT JAUH JAUH ❌ °HASIL PEMIKIRAN SENDRI ✔️ 𝐁𝐲:𝑳𝒊𝒍𝒊𝒏𝒅𝒊𝒂𝒘𝒂𝒏 ° "LANA TOLONG GUE! DIRUMAH GUE ADA PENJAHAT! CEPET DA-" Tut... _____________________ "Bisa-bisa gue temenan sama Lo yang gila. Mau...