"Sial." Lana mengumpat pelan.
Kilatan amarah nampak di matanya. Ia mengepalkan tangannya erat saat mendengar tawa yang menggelegar dari para pria yang nampak seperti preman di ujung gang. Bau alkohol sangat menyengat di sekitarnya. Lana meneguk ludahnya kasar saat melihat salah satu preman melihat dirinya.
Para preman itu menyadari keberadaannya hingga mereka memutuskan untuk mengejarnya. Lana berlari dengan cepat menghindari preman-preman itu. Jika kalian bertanya kenapa Lana tidak melawan preman itu seperti sebelumnya? Karena ia kalah jumlah. Bayangkan saja, sekitar 10 pria berbadan besar dan ia sendirian? Pasti kalah kalau di lawan!
Lana berusaha keras berlari menjauhi preman-preman itu yang nampak semakin mendekat. Ia menemukan sebuah gang dan masuk untuk bersembunyi. Disana gangnya sangat sepi. Suasananya juga menyeramkan. Atau hanya perasaanya saja?
Tiba-tiba saja, ada seseorang yang menyentuh bahunya. Ia menengok dan mendapati seorang lelaki berbadan jangkung seperti kakaknya.
"Lana?" Panggil orang itu.
"Hm. Ngapain Lo di sini, Zen?" Tanya Lana heran.
"Menurut Lo?" Tanya Zen menyeringai.
"Lo yang jebak gue?" Tanya Lana tetap santai.
"Bukan. Tapi akan gue lakuin!" Ucap Zen dengan seringai melebar.
"HEI!! CEWEK YABG LO CARI ADA DI SINI!!" Teriak Zen pada sekelompok preman-prenam tadi yang mengejar Lana.
Lana menatap tajam Zen. Kemudian ia keluar dari persembunyiannya dan memilih menghadapi preman-preman itu sendirian.
"Eh, neng geulis. Main sama A'a, yuk!" Ajak salah seorang preman bertubuh gempal.
"Main apa?" Tanya Lana dengan raut polos. Tentunya hanya tipuan.
"Kuda-kudaan." Ucap yang lain.
Zen mengepalkan tangannya erat melihat Lana yang masih tenang. 'Gue gak akan biarin Lo tenang Lana. Gara-gara Lo dia jadi jauhin gue!' batin Zen penuh kebencian.
"Kalo mainnya pake apa?" Tanya Lana lagi sok polos.
"Pake kaki sama tangan, geulis!"
"Yuk, main sekarang. Nanti kamu keenakan, kok!" Ucap yang lain mengedipkan matanya genit.
"Ngimpi!" Ucap Lana mengejek kemudian menendang perut salah seorang preman di sana.
Lana kemudian dengan sekuat tenaga melawan para preman yang mulai mengeroyoknya. Para preman itu tak berhenti padahal sudah tumbang berkali-kali. Di sana pula Zen nampak tertawa keras seperti seorang psikopat.
"Hahahaha!!!! Hahahaha!!! Mati Lo Lana! Mati! Biar gue bisa hidup bahagia!!! Hahahaha!!" Ucap Zen tertawa keras.
Lana masih berusaha melawan saat wajahnya sudah penuh lebam. Ia terkena pukulan lagi di perutnya hingga membuatnya terjatuh dan menubruk tembok. Ia terbatuk darah. Ia masih menatap tajam para preman yang mulai mendekatinya sembari tersenyum manis yang nampak menjijikkan.
"Banci." Ucap Lana memaki.
Para preman itu naik pitam hingga salah satunya memukul keras kepala Lana dan menjambak rambutnya hingga Lana mendongakkan kepalanya.
"Kita bisa buktiin kalo kita nggak banci. Ayo, bawa ke basecamp!" Ucap preman itu memerintah yang lain.
Lana memberontak saat para preman itu mencekal tangannya dan kakinya lalu menggotongnya menuju tempat yang dikatakan salah seorang preman tadi. Lana masih mengamati sekitarnya dan menemukan Zen yang mengikutinya.
"Heh! Bajingan!" Maki Lana lirih.
Sesampainya di tempat yang disebut basecamp tadi, Lana di lempar tubuhnya hingga terjatuh dengan keras di lantai yang dingin itu. Lana berusaha bangkit untuk duduk. Namun, tiba-tiba seorang preman menginjak keras punggungnya hingga berbunyi 'Krak' dengan keras. Sepertinya tulang rusuknya ada yang patah. Lana hanya meringis tertahan.
"Setelah ini, kau tidak akan bisa mengejek kami, gadis jalang!" Ucap preman itu lalu meludah di rambut Lana.
Lana lalu diangkat lagi menuju meja dan dibaringkan dengan kaki dan tangan dirikan di tiang-tiang yang berada di ujung-ujung meja.
Salah seorang preman bertubuh gempal yang diduga adalah ketuanya itu menatap Lana mengejek. Ia lalu menyuruh para anak buahnya untuk merobek pakaian kan tanpa sisa. Benar saja, Lana seketika tanpa sehelai benang pun di tubuhnya merasa terhina.
"Bajingan." Ucap Lana sebelum akhirnya mulutnya disumpali kaus kaki.
"Mulutmu terlalu berisik!" Bentak pria bertubuh gempal.
Saat pria bertubuh gempal itu mulai melepaskan pakaiannya, tiba-tiba saja datang seorang pemuda jangkung.
"Kasih gue keperawanan dia. Gue kasih kalian duit 10 juta. Abis gue main, kalian bebas mau mainin dia." Ucap Zen melemparkan amplop coklat berisi uang tunai 10 juta.
"Oke. Abis itu kita bisa main biarin anak muda ini dulu. Nanti kita setelahnya." Ucap pria bertubuh gempal menangkap uang itu menyeringai.
Zen tersenyum remeh pada Lana yang masih menatapnya tajam. Ia kemudian mendekati Lana lalu mencengkeram kuat pipi Lana.
"Abis ini, gue yakin Lo nggak akan bisa hidup lagi." Bisik Zen tepat di telinga Lana.
"El, gue izin ambil keperawanan adik jalang Lo ini. Sayang, loh! Udah cantik, badannya bagus, eh, nggak dinikmatin!" Ucap Zen seolah meminta izin.
Zen mulai membuka bajunya di hadapan preman-preman itu dan Lana. Saat sudah benar-benar terlepas semua, ia kemudian menaiki tubuh Lana dan langsung melakukan hal itu.
'Bang Nio, tolong gue!' batin Lana memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
• 𝐍𝐞𝐞𝐝 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 • (end)
Teen Fiction🚨🚨: Cerita ini hanya karangan semata °PLAGIAT JAUH JAUH ❌ °HASIL PEMIKIRAN SENDRI ✔️ 𝐁𝐲:𝑳𝒊𝒍𝒊𝒏𝒅𝒊𝒂𝒘𝒂𝒏 ° "LANA TOLONG GUE! DIRUMAH GUE ADA PENJAHAT! CEPET DA-" Tut... _____________________ "Bisa-bisa gue temenan sama Lo yang gila. Mau...