"Tuh, bocah kemana? Kok, belum dateng?" Tanya Renanda pada Revan.
"Gue nggak tau!" Ucap Revan mengedihkan bahunya.
"Yeee... Gitu amat!" Ucap Renanda menatap sinis pada Revan.
"Eh, kemaren si Zyan jadi kagak beliin tuh album buat Lana? Bisa ngamuk kalo kagak dibeliin!" Ucap Renanda lagi.
"Apaan panggil-panggil gue?" Ucap Zyan yang tiba-tiba muncul.
"Mana albumnya?" Tanya Renanda.
"Di rumah!" Ucap Zyan dengan santuynya.
"Yaelah, nih bocah! Gimana mau kasih tuh album ke Lana kalo albumnya di rumah?"
"Iye-iye! Nanti gue ambil, dah!"
"Oh, Lana ke—
"Tes... Tes..."(tebal)
Tiba-tiba saja suara seseorang dari speaker di pojok kelas membuat para siswa menghentikan aktivitasnya.
"Pengumuman untuk seluruh siswa SMA Harum Bangsa. Hari ini kita berduka cita atas meninggalnya teman kalian dari kelas MIPA 5." Ucap seseorang di mic terjeda.(tebal)
"Kelas kita? Siapa?" Tanya Zyan yang nampak heran dan bingung sekaligus.
"Meilana Tsel Habibie telah berpulang. Untuk seluruh anggota OSIS, dimohon untuk berkumpul di ruang OSIS. Dan kepada seluruh siswa, kalian di harapkan tenang. Jika ingin berziarah, bisa setelah pulang sekolah. Dimohon untuk tenang." (Tebal)
Semua siswa kelas MIPA 5 mematung tak bergerak. Mereka benar-benar terkejut dan tak percaya. Orang yang selama ini suka mereka jahili saat tidur kini telah meninggal? Tidak! Ini mimpi, bukan?
"A--apa? Lana me--meninggal?" Ucap Zyan terbata-bata dengan air mata yang mulai meleleh dari matanya.
Bugh...
Sebuah pukulan dari Renanda mendarat di pipi Zyan. Zyan jatuh terduduk sembari memegangi pipinya dengan tatapan kosong dan air mata yang mengalir.
Revan dan beberapa anak lainnya mencegah Renanda yang hendak menghajar Zyan lagi.
"DIEM, LO!! LANA GAK MUNGKIN MATI! LANA MASIB HIDUP! LANA NGGAK MATI!" Teriak Renanda histeris.
Renanda terus memberontak dalam cekalan beberapa siswa laki-laki itu. Ia terus memberontak hingga akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri dan langsung diangkat ke UKS oleh Revan. Sedangkan Zyan, ia masih ditenangkan oleh beberapa siswa lain. Zyan nampak sangat terguncang mendengar kabar kematian sosok yang pernah ia cintai itu.
Beberapa saat kemudian, Renanda tersadar. Ia lalu bengkit dan berlari menuju parkiran diikuti Revan yang juga berlari mengejarnya.
"Ren!!!! Tunggu! Lo mau kemana?" Tanya Revan yang berhasil menghadang Renanda.
"Gue mau ke rumah Lana. Dia minta jemput gue tadi pagi." Ucap Renanda dengan nada parau yang jelas dan tatapan mata kosong.
Revan seakan tahu jiwa Renanda benar-benar terguncang 'pun menawarkan diri untuk menghantarkan Renanda menjemput Lana. Karena jujur saja ia takut temannya ini bisa hilang kendali saat di jalan dan akan membahayakan nyawanya juga pengendara lain. Renanda mengangguk dan mereka pergi bersama ke rumah Lana.
KAMU SEDANG MEMBACA
• 𝐍𝐞𝐞𝐝 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 • (end)
Teen Fiction🚨🚨: Cerita ini hanya karangan semata °PLAGIAT JAUH JAUH ❌ °HASIL PEMIKIRAN SENDRI ✔️ 𝐁𝐲:𝑳𝒊𝒍𝒊𝒏𝒅𝒊𝒂𝒘𝒂𝒏 ° "LANA TOLONG GUE! DIRUMAH GUE ADA PENJAHAT! CEPET DA-" Tut... _____________________ "Bisa-bisa gue temenan sama Lo yang gila. Mau...