N.E~008

30 6 0
                                    

Pagi di hari Senin merupakan saat yang mengerikan bagi Lana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi di hari Senin merupakan saat yang mengerikan bagi Lana. Bagaana tidak? Berdiri lama hingga hampir setengah jam untuk upacara dan mendengar ocehan guru hingga kaki pegal-pegal. Apa ada yang lebih buruk dari itu? Tentu ada! Jam pelajaran olahraga! Dimana itu membuatnya harus mengeluarkan energi yang sangat berharga baginya. Sungguh menyebalkan, bukan?

Setelah merasa tampilannya sudah cukup rapi, Lana keluar dari kamar sembari menyambar tas sekolahnya yang berwarna baby blue itu. Ia kemudian menyantap sepotong roti tawar dengan selai kacang favoritnya. Setelah itu ia kemudian meminum susu hangat yang sudah di siapkan bi Way. Ia juga memasukkan kotak bekal berwarna hitam dan susu kotak rasa vanila kesukaannya.

Saat ia hendak berdiri, ia tiba-tiba saja dikagetkan dengan suara Nio yang memanggilnya.

"Lana!" Panggil Nio dari tangga.

Lana membalikkan badannya menghadap Nio dengan alis terangkat sebelah.

"Rumah Aruna?" Tanya Nio.

"Perapatan tugu jagung depan komplek. 200 meter kalo dari sini." Jawab Lana.

"Hm." Gumam Nio kemudian berjalan menuju meja makan.

Sedangkan Lana, ia sudah keluar dan berangkat lebih dulu dari pada Nio karena Renanda sudah menunggunya di gerbang.

|★★★★★

Motor sport hitam berhenti di parkiran SMA Harum Bangsa. Sosok remaja melepas helmnya dengan gerakan slow motion yang membuat vibes gantengnya jadi terlihat menguar membuat siapapun yang berada di dekatnya langsung terpesona.

Seketika pekikan-pekikan kagum dari para gadis penghuni SMA Harum Bangsa langsung memenuhi gandang telinga. Bahkan diantaranya ada yang mimisan hingga pingsan.

Ya, sekuat itu pesona seorang Melanio El Habibie atau kerap di sapa El jika di sekolah. Bahkan ada yang pernah terang-terangan menembaknya di depan umum dan berakhir malu karena di tolak oleh Nio secara langsung.

"Kebiasaan. Suka banget Lo tebar pesona." Celetuk sosok bername tag 'Arzen Fazer A'  kerap di sapa Zen.

"Bac*t." Ucap Nio datar dan langsung melenggang pergi di ikuti Zen di belakangnya.

"Tumben banget muka Lo gak kusut. Abis siraman rohani?" Tanya Zen dengan heran karena pagi ini wajah Nio nampak cerah.

"Hm."

"Buset! Dingin amat!" Ucap Zen yang dihiraukan Nio dan langsung berjalan hendak memasuki kelasnya.

'Gak beres.' batin Nio begitu melihat papan Mading yang berada tepat di samping pintu masuk kelasnya.

★★★★★|

Kegiatan belajar mengajar berjalan lancar tanpa hambatan di hari Senin yang cerah ini. Saat bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba, para manusia penghuni SMA Harum Bangsa itu berhamburan menuju kantin guna menenangkan cacing-cacing yang tengah berdemo di perut mereka. Tetapi, berbeda dengan pemuda ini—Nio yang berada di perpustakaan dan juga Zen yang mengikutinya dengan wajah sebal.

"Ngapain kita ke sini, sih? Bukannya makan di kantin, malah mojok sama buku. Gue laper, kampret!" Ucap Zen dengan wajah ditekuk.

"Berisik!" Nio datar.

"CK, makan dulu napa. Gue kelaparan ini. Nanti kalo gue moked gimana? Kalo Lo gak punya temen kek gue lagi gimana? Kalo Lo kangen gue gimana? Hah? Gimana?" Zen dengan wajah dramanya.

Bugh...

Sapu terbang nenek sihir berhidung bengkok melayang tepat di punggung Zen hingga sang empu meringis kesakitan. Namun, saat ia menoleh ke belakang, ia disuguhkan dengan sosok wanita penyihir yang menyeramkan sesungguhnya.

"BERISIK! INI PERPUSTAKAAN, BUKAN PASAR!" ucap si nenek sihir.

Zen merinding ketakutan. Sedangkan Nio, ia tetap fokus pada buku yang dibacanya. "Itu nenek sihir serem banget!! Kabur, yuk, El!" Ajak Zen dengan menarik-narik tangan Nio.

"KELUAR KAMU DARI SINI!" bentak wanita itu dan langsung membuat Zen lari tunggang langgang dari perpustakaan.

"Sorry, temen-temen. Gue udah selesai usir hama. Silahkan lanjutkan." Ucap nenek sihir yang diduga adalah siswi yang mendapat jadwal piket di perpustakaan hari ini.

'Ampun, deh. Punya temen gila amat kek Zenorak.' batin Nio meringis.

Nio melanjutkan bacaannya pada buku bersampul putih ditangannya itu. Buku Novel berjudul 'Baby Fall In Love' yang menceritakan tentang sosok bayi lelaki yang membuat gadis remaja jatuh cinta.

Cerita itu di dominasi oleh genre keluarga yang lebih menceritakan tentang keluarga bayi lelaki itu yang sangat hancur dan membuat si bayi tak terurus hingga dewasa tanpa kasih sayang sebelum akhirnya bertemu sosok wanita yang dulu jatuh cinta padanya hingga membuat hidupnya berubah. Cerita ini diakhiri dengan lelaki dan wanita itu menikah lalu hidup bahagia.

Tetapi, Nio merasa ada yang janggal pada beberapa bab yang menceritakan kalau si tokoh wanita memiliki seorang saudara lelaki namun tak menyayangi dirinya. Itu membuatnya teringat pada sang adik—Lana. Ia teringat bagaimana perlakuannya pada Lana yang sepertinya sudah kelewatan.

'Enggak! Lana udah seharusnya gue gituin. Gue nggak bakal hancurin hidup dia. Biarin dia hidup asal gue nggak usah deket-deket dia supaya nggak keinget kejadian itu lagi. Iya, gue jangan deket-deket dia!' batin Nio bermonolog.

 Iya, gue jangan deket-deket dia!' batin Nio bermonolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• 𝐍𝐞𝐞𝐝 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 • (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang