"Lo nggak capek tidur aja, Dek?" Tanya Nio pada sang adik yang masih setia memejamkan matanya.
"Lo nggak kasihan sama gue?" Tanyanya lagi.
"Gue tau gue salah. Tapi kenapa Lo nggak telpon gue? Kalo Lo telpon gue pasti jemput Lo." Ucap Nio dengan nada yang semakin parau.
Suaranya rasanya hilang hingga ia tak dapat berbicara apapun. Lidahnya kelu, bibirnya juga tersa kaku. Air mata merembes keluar dari matanya tanpa di minta. Menciptakan sensasi basah di pipinya. Ia tak dapat membendung tangisnya. Tangis tanpa isakan yang membuat dadanya semakin sesak.
"Ma--maaf, Bun, Yah! Kakak udah gagal jagain adek!" Lirih Nio dengan air mata berderai.
Tangis Nio terus berlanjut tanpa isakan. Ia terus-menerus menyalahkan dirinya entah sejak kapan. Ia bahkan tak menghubungi siapapun sejak menemukan Lana. Bi Way? Entahlah, mungkin wanita tua itu hanya dapat berdoa dengan kekhawatiran yang menggebu.
Cklak...
"Tuan, pasien ada jadwal pemeriksaan sekarang." Ucap Dokter Rafly yang datang menepuk pundak Nio.
Nio berdiri dan sedikit menjauh dari ranjang Lana itu. Ia membiarkan Dokter Rafly dan dua perawat yang datang bersama dokter Rafly memeriksa sang adik.
Ia menatap sendu tubuh sang adik. Ia semakin tak kuasa menahan tangis saat menyadari banyaknya luka yang didapat Lana. Kepala dan lehernya di perban, hidung dan mulutnya tersumpal dengan selang oksigen dan juga tubuhnya yang di tempeli selang-selang yang entah untuk apa itu. Yang Nio tau, segala peralatan yang ada di tubuh sang adik adalah alat penunjang kehidupan untuk sang adik.
"Tuan?" Panggil Dokter Rafly.
"Hm?" Gumam Nio menjawab dengan pandangan masih sama.
"Kondisi pasien semakin memburuk. Dia hanya bisa hidup dengan alat bantu tapi juga tak akan lama seperti yang saya bilang kemarin. Saya harap anda bisa mengikhlaskan kepergiannya. Dia sepertinya tersiksa dan sulit untuk pergi. Mungkin anda tau penyebabnya." Ucap Dokter Rafly lalu menepuk pundak Nio sebelum melangkah pergi diikuti kedua perawat di belakangnya.
Nio masih mematung. Ia dilema. Ia sungguh tak sanggup jika harus melepaskan Lana. Disisi lain ia juga tak bisa melihat Lana tersiksa dan pergi dengan tidak tenang. Ia harus apa? Haruskah ia relakan adiknya ini? Mungkin dengan ini Lana mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya bersama orangtuanya, kan?
Nio berjalan dan duduk di kursi dekat brangkar Lana. Ia menggenggam tangan Lana lagi dan mengecupnya berkali-kali hingga air matanya menetes lagi. Ia hanya mengucapkan maaf, maaf, maaf dan maaf.
Setelah dirasa puas menangis, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Lana dan berbisik.
"Abang selalu sayang sama kamu. Maafin sikap dingin Abang selama ini, ya? Abang sayang kamu."
Mungkin ini saatnya ia merelakan Lana pergi mengejar kebahagiaannya sendiri. Tanpanya.
★★★★★
Selang-selang yang ada pada tubuh Lana sudah tercabut sepenuhnya. Lana sudah di nyatakan meninggal pada pukul 14.07 pada hari Kamis, 30 Maret 2023.
Tubuh yang terbaring kaku di atas ranjang rumah sakit dengan kain putih yang menutup tubuh itu. Tubuh dengan memar-memar membiru juga luka yang nampak mengerikan di setiap jengkal tubuh gadis malang itu. Matanya terpejam erat, bibirnya pucat pasi dengan tubuh yang amat dingin.
Nio tadi sudah menghubungi bi Way dan Bian selaku asisten pribadi ayahnya yang kini menjadi asisten pribadinya. Ia juga menghubungi Rezvan yang sudah membantunya menemukan Lana. Kalian pasti tahu reaksi seperti apa yang di alami orang-orang itu.
Nio sekali lagi menangis. Tidak! Tangis ini bukan terakhir! Ia tak akan bisa hidup tanpa Lana. Bagaimanapun hanya air matanya yang akan menemani dirinya hingga ia bisa melupakan rasa sesalnya yang entah kapan itu terjadi.
"Mas, dicium dulu adeknya. Tapi jangan sampai netes, ya air matanya." Ucap salah seorang Perawat yang bertugas memandikan jenazah.
Nio mendekat ke arah Lana yang sudah selesai dimandikan dan di kafani. Ia mengusap air matanya dengan kasar menggunakan tangannya hingga hilang dari pipinya. Isakannya masih ada. Ia mendekat ke wajah Lana kemudian berbisik tepat di telinga Lana.
"Kamu hati Abang. Kamu adalah jiwa Abang. Kamu adalah satu-satunya orang yang membuat Abang bangkit dari keterpurukan. Kamu akan selalu ada di hati, jiwa dan pikiran Abang. Kamu ingat? Kamu pernah ngomong gini, 'Kalo misalnya kita udah nikah, aku mau namain anak aku pake nama depan Abang. Dan Abang harus namain nama anak Abang pake nama depan aku.' dan sekarang kamu mau pergi duluan? Tapi nggak apa-apa, kok. Abang yakin kamu pasti bahagia, kan? Bisa kumpul sama ayah bunda lagi. Abang akan selalu sayang kamu, Lana. Kalo kamu mau pergi, pergi aja nggak papa. Sekarang Abang rela 'kok kamu pergi. Jangan pikirin Abang lagi."
Cup...
Cup...
Cup...
Cup...
Cup...
Kecupan-kecupan itu mendarat di kedua pipi juga mata Lana yang terpejam. Terakhir, kecupan lama ia daratkan di kening Lana.
"Abang sayang kamu."
"Selamat tidur, adik kesayangan Abang."
KAMU SEDANG MEMBACA
• 𝐍𝐞𝐞𝐝 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 • (end)
Teen Fiction🚨🚨: Cerita ini hanya karangan semata °PLAGIAT JAUH JAUH ❌ °HASIL PEMIKIRAN SENDRI ✔️ 𝐁𝐲:𝑳𝒊𝒍𝒊𝒏𝒅𝒊𝒂𝒘𝒂𝒏 ° "LANA TOLONG GUE! DIRUMAH GUE ADA PENJAHAT! CEPET DA-" Tut... _____________________ "Bisa-bisa gue temenan sama Lo yang gila. Mau...