⚠️Warning! Disarankan tidak baca 2x karena bisa menyebabkan kesedihan traumatis⚠️
❤️HAPPY ENDING❤️
Sinopsis:
Beberapa bulan terakhir Lee Jeno selalu dihantui perasaan gundah setiap berjauhan dengan kekasihnya, Na Jaemin. Berbagai hal sudah dilakukan...
Bisa tonton video di media yaa, kurang lebih situasinya begitu. Itu konflik Gwangju 1980, masuk pemerintahannya Chun Dohwan. Sama-sama otoriter kaya Park Chunghee. Kalo cerita ini ambil tahun 1964 pas Park Chunghee menjabat, tapi sama aja militer segalanya pas masa itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika kalian suka cerita ini, jangan lupa tinggalkan komen dan like~!^^
Selamat membaca!♥
[•••••• OUR PAST LIFE ••••••] Story of Nomin -CheonsAegi-
♫ Play: SPEED - 슬픈약속 That's My Fault (Inst.)♫
Sudah hampir 3 tahun Korea Selatan dipimpin oleh Presiden Park Chunghee, presiden ke-3 yang merupakan seorang mantan Jenderal Tentara ROKA (Angkatan Darat Republik Korea) dan terkenal dengan keotoriterannya dalam memimpin negara. Beliau juga pernah masuk di Akademik Militer Angkatan Darat milik Jepang dan menjadi lulusan terbaik pada 1942. Sebagai warga Korea yang saat itu tengah diduduki Jepang, Park Chunghee justru mengagumi negara tersebut dan memandang Jepang sebagai negera yang unggul. Tidak heran beliau memilih untuk masuk ke dalam sekolah militer Jepang dan mengadopsi nama Jepang yakni Takagi Masao.
Setelah Perang Dunia II berakhir dan Jepang dinyatakan kalah, Park Chunghee kembali ke Korea dan masuk ke dalam Akademik Militer Korea hingga lulus di tahun 1946. Mulai saat itulah beliau melanjutkan karir kemiliterannya dan berakhir masuk ke dalam kancah politik setelah berhasil mengudeta Presiden Yun Boseon pada 16 Mei 1961.
Di awal kepemimpinan, Park Chunghee cukup banyak mendapat dukungan dari rakyat. Namun, tidak lama kemudian sifat keras dan kediktaktorannya muncul hingga tidak segan membungkam kelompok yang tidak satu visi misi dengannya. Latar belakang beliau yang seorang Jendral, tidak heran dalam menjalankan tugas menggunakan kekuatan militer untuk menekan rakyat yang tidak setuju dengan keputusannya.
