14. Tanpa Daya

1.6K 249 20
                                    

Sebelumnya aku mau minta maaf untuk chap selanjutnya mungkin akan terlalu sedih *menurutku* jadi kalau ga kuat aku ga memaksa untuk lanjut baca yaa. Boleh stop baca :)

Jika kalian suka cerita ini, jangan lupa tinggalkan komen dan like~!^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kalian suka cerita ini, jangan lupa tinggalkan komen dan like~!^^

Selamat membaca!♥


[•••••• OUR PAST LIFE ••••••]
Story of Nomin
-CheonsAegi-


♫ Play: Lim Hyungjoo - A Day Like A Thousand Years♫

Beberapa hari berlalu setelah Jaemin pergi. Seperti sebelumnya, Jeno berusaha mencari kegiatan lain dan beraktivitas seperti biasa tanpa Jaemin. Ia pikir dirinya akan baik-baik saja, namun ternyata tidak.

Pikirannya tidak lepas dari Jaemin, Jaemin dan Jaemin. Di mana dia tinggal? Apa yang dia lakukan? Apa yang dia makan? Apa dia makan dengan baik? Apa dia tidur dengan nyaman? Apa dia kedinginan saat malam? Semua hal Jeno pikirkan tentang Jaemin yang tidak ia ketahui keberadaannya.

'Bulan tidak hilang dikala pagi dan matahari tidak tenggelam dikala malam. Apa yang ada di dalam hati tidak akan pernah hilang meski dipandangan sudah tidak ada.' batin Jeno begitu saja saat perasaannya semakin tidak nyaman dan rasa khawatir terus menghantui.

Hari ini Jeno sengaja tidak keluar kamar, hatinya merasa tidak terlalu baik untuk bertemu banyak orang. Ia hanya ingin di kamar seorang diri.

Jam menunjukkan pukul 4 sore, pintu kamar diketuk oleh seseorang dan Jeno segera bangkit untuk membuka pintu tersebut. Ia berharap itu Jaemin, namun ternyata bukan.

"Ada surat dari Gyeongsangnam-do." ucap pengurus asrama yang bertugas mengirimkan surat atau paket dari keluarga.

*Gyeongsangnam-do atau Provinsi Gyeongsang Selatan terletak di bagian selatan atau bagian bawah Korea.

Jeno mengambil surat tersebut yang artinya surat dari keluarga Jaemin di desa. Ia kembali masuk dengan perasaan yang gundah. Haruskah dia buka? Pikirnya ragu.

Namun, karena Jaemin tidak ada, Jeno tetap membuka surat itu dengan meminta maaf dalam hati pada Jaemin karena sudah lancang.


"Putra Ibu tersayang,
Kami sangat senang saat menerima surat darimu. Walau kau berkata baik-baik saja, tapi hati Ibu sangat tidak nyaman. Ibu tahu sahabatmu pasti akan menjaga dan menemanimu, tapi Ibu juga tidak mau terjadi apa-apa pada kalian berdua. Jadi, bisakah putra Ibu ini pulang ke rumah? Ayah, Ibu dan adik-adikmu akan sangat senang jika putra kesayangan kami kembali pulang."

OUR PAST LIFE √NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang