12. Melepas Kelinci Hitam

1.5K 255 26
                                    

Ga bisa berkata-kata jadi langsung aja 😢😢

Jika kalian suka cerita ini, jangan lupa tinggalkan komen dan like~!^^

Selamat membaca!♥


[•••••• OUR PAST LIFE ••••••]
Story of Nomin
-CheonsAegi-


♫ Play: Davichi - at This Moment

Satu minggu setelah kejadian 3 Juni, Jeno dan Jaemin mulai kembali menjalankan hidup seperti biasa walau mereka belum mulai kuliah karena diliburkan selama satu semester hingga situasi membaik. Jaemin ingin pulang ke desanya namun merasa tidak tega harus kembali meninggalkan Jeno sendirian, sebab itu ia tetap menetap di Seoul.

Sedangkan Jeno kini merasa dilema, apakah ia harus jujur pada Jaemin tentang status dirinya yang seorang intel dari militer atau tetap bungkam? Sejak kemarin pemuda itu terus memikirkannya karena takut Jaemin salah paham jika tahu dari orang lain. Dibenci oleh Jaemin adalah hal yang paling Jeno takuti.

"Hong-ssi? Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Jaemin yang saat ini duduk di samping Jeno. Keduanya sedang ada di taman kampus. Sekarang masih pukul 7 malam, mereka baru saja selesai makan malam bersama di kedai.

"Aku perhatikan hari ini kau lebih banyak diam dan nafsu makanmu menurun. Ada apa?" tanya Jaemin lagi.

Jeno menghela nafas berat lalu mata sipitnya menatap Jaemin sebentar sebelum kembali menatap depan.

"Jika aku bohong padamu, apakah kau mau memaafkanku?"

"Berbohong? Bohong tentang apa?"

"..uhmm.. tentang... hahhh~" Jeno menghela nafas berat karena merasa sulit untuk mengatakannya.

"Aku akan dengarkan dengan baik. Jangan takut, aku lebih suka kejujuran walau pahit."

"Aku takut kau akan membenciku setelah ini."

Jaemin menggelengkan kepala, "Aku tidak akan pernah melakukan itu padamu. Jika sekalipun kau berbohong dan berbuat kesalahan, aku yakin hati kecilmu sangat tidak ingin melakukannya. Aku tau Hong Jeno, kau teman terbaikku, aku percaya kau tidak pernah ingin mengecewakanku dan menyakitiku. Jujurlah, aku akan mendengarkannya dengan baik."

Jeno masih belum sanggup bicara, ia menghela nafas lalu menundukkan kepala sambil menarik rambutnya frustasi.

"Boleh aku tebak? Apakah ini tentang pembicaraan kita beberapa waktu lalu? Tentang... mata-mata rahasia yang kita bicarakan saat itu?"

Jeno terdiam lalu menoleh untuk menatap Jaemin dengan tatapan yang entah apa artinya.

"Apa kau... bagian dari mereka?" sambung Jaemin lagi sambil memberi jeda. Melihat tatapan itu membuat Jaemin semakin yakin.

"Jadi benar ya?" bibir Jaemin tertarik membuat senyum getir.

"Pantas saja, saat itu masih sulit bagiku untuk percaya dengan ucapanmu. Walau pada akhirnya aku tetap berusaha percaya karena memang itu yang ingin aku percaya." balas Jaemin dengan suara lembut, tampak berusaha tenang dan menerimanya

"Kau sudah tahu sejak awal?" tanya Jeno.

Jaemin menggeleng. "Aku hanya menduga. Mengandalkan firasat seorang teman baik. Dan, ternyata benar."

"Aku minta maaf." ucap Jeno.

Jaemin kembali menggeleng, kini dengan senyum tipis dan tatapan yang lebih lembut. "Aku tidak terkejut ataupun marah. Hal seperti ini sangat mungkin terjadi mengingat posisi keluargamu. Bagaimanapun itu, aku mencoba paham dilema hatimu, Jen. Pasti kau tidak mau, 'kan? Tapi kau harus, karena ini bagian dari tugasmu." Jeno mengangguk.

OUR PAST LIFE √NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang