20. 49 Hari

1.7K 268 41
                                    

Lirik lagunya duhhh.. :""( kaya povnya roh jaemin tiap jeno dateng ke makamnya sambil nangis.

Tinggal satu chp lagi untuk past life, setelah itu kembali ke Lee Jeno masa sekarang. Artinya book ini udah mau selesai^^

Jika kalian suka cerita ini, jangan lupa tinggalkan komen dan like~!^^

Selamat membaca!♥


[•••••• OUR PAST LIFE ••••••]
Story of Nomin
-CheonsAegi-


♫ Play: Lim Hyungjoo - A Thousand Wind♫

Keesokannya Jeno pergi kembali dan kini memutuskan untuk ke Gunung Jiri sambil membawa bibit pohon pinus dan bunga lily putih.

Jeno memilih bunga lily untuk menggambarkan ketulusan hatinya, kesucian cintanya dan melambangkan persahabatan yang murni. Ia juga berniat menanamkan bibit pohon pinus di atas makam Jaemin agar Jeno lebih mudah menemukannya.

Jika Jeno mati nanti, ia harap pohon itu tetap berdiri kokoh sebagai bukti keabadian cintanya pada Jaemin. Cinta yang belum pernah terjamah dan terlontarkan hingga maut memisahkan.

"Sudah satu minggu berlalu dan aku baru kembali menemuimu."

"Maaf, aku harus mengurus beberapa hal dulu di Seoul, merapikan barang-barangmu dan menemui keluargamu seperti yang kau minta." ucap Jeno pada makam Jaemin.

Jeno menghirup udara untuk mengisi paru-parunya, kemudian membuangnya perlahan. "..hahh.. menyedihkan..."

"Seharusnya kita datang berdua untuk bertemu keluargamu saat Chuseok nanti. Menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama. Tapi apa ini? Aku harus pergi seorang diri dan menyampaikan berita duka dengan kebohongan yang kau minta."

Jeno mendengus sambil menggelengkan kepala. "Kau memang tidak pernah berubah, Jaemin. Selalu menyuruhku." ia kembali terdiam, membiarkan cicitan burung mengisi kesunyian.

"Tapi, apa kau senang?" tanya Jeno lalu ia mendengus.

"Pertanyaan bodoh. Sudah pasti kau jauh lebih sengsara daripada aku ketika melihat keluargamu menangisi kepergianmu."

"Kau pasti ada di sana, 'kan? Kau melihatnya? Pasti kau melihat bagaimana sahabatmu yang buruk ini bicara dengan penuh kebohongan." Jeno tersenyum pahit menertawakan dirinya yang menyedihkan serta nasib sahabatnya yang malang.

"Aku minta maaf, Jaemin. Aku melakukan itu atas dasar keinginanmu dan aku harap kau sedikit lebih tenang sekarang."

"Maaf karena telah merebut kehidupanmu yang sempurna. Maaf Jaemin.. maafkan aku." mata Jeno berkaca-kaca namun ia berusaha untuk menahan tangisnya. Ia hanya ingin bercerita, tidak ingin menangis di depan makam Jaemin.

"Ah.. uhm.. aku ingin tau kabarmu, Jaemin. Aku merindukanmu." ucap Jeno dengan suara yang goyah.

"Kau sedang apa? Apa yang kau lakukan? Apa di sana sangat gelap?" tanya Jeno lagi dengan senyum getir. Lagi-lagi hanya keheningan dan semilir angin yang menjawab.

"Hari ini aku datang bawa bibit pohon pinus dan sudah aku tanamkan di atas makammu. Aku juga bawa bunga lily, kau tau artinya, 'kan? Ah ya, sudah lama kita tidak berdiskusi."

"Apa kau tau berapa lama usia pohon pinus?" tanya Jeno lagi walau dia tahu semua itu sia-sia. Pemuda ini hanya ingin menghibur dirinya sendiri.

"Kurasa kau tidak tahu, baiklah akan kuberi tahu. Pohon pinus hidup sekitar 100 - 1000 tahun, itu artinya saat kita hidup kembali, pohon ini masih berdiri kokoh." Jeno memaksa untuk tersenyum walau hatinya berteriak sakit.

OUR PAST LIFE √NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang