3. Spicy Sayings

214 94 30
                                    






Jarrel menarik tangan Ella untuk mendekat padanya lalu melepas tas gadis itu yang bertengger di bahunya. Ella tersipu dengan perlakuan manis Jarrel apalagi saat ini banyak murid yang melihat mereka.

"Lo pulang duluan bareng Raksa, kebetulan dia juga ada urusan penting makanya gak ikut latihan hari ini"

Ella memanyunkan bibirnya kesal, padahal Jarrel sendiri yang bilang bahwa dia akan mengantarnya pulang tapi kini dia malah menitipkannya pada Raksa.

"Lo pulangnya jam berapa?"

Jarrel menggeleng tidak tahu. "Dah sana pulang, titip salam sayang sama camer." ucapnya sambil memberikan tas gadis itu ketika mereka sudah sampai di parkiran.

"Makasih Sa." Raksa berdehem singkat.

"TERUS GUE PULANGNYA GIMANA?!" tanya Rania mengeraskan suaranya.

Raksa menunjuk ke arah Izar, cowok bad attitude di sekolah dengan bandana hitam yang selalu bertengger di kepalanya. Rania dan Ella bergidik ngeri.

"Gak mau ih!!"

"Pesan taxi,"

"Gue gamau Sa, gue lagi hemat duit!!'

"Makanya jangan kere!" kata Raksa membuat Rania terdiam. Emang mulut Raksa kalau ngomong tuh gasuka di filter dulu

"Raksasa!" tegur Ella tidak enak dengan keterdiaman Rania. "Gausah dengerin ucapan Raksasa, dia cuman bencanda Ran,"

"Bencanda nya nyakitin hati orang." batin Rania dengan tersenyum paksa. Dia memang bukan berasal dari keluarga kaya raya seperti mereka, tapi bisakah Raksa menghargainya sedikit.

Jarrel menepuk pundak Raksa pelan, Raksa menghela napasnya berat.

"Kalau gitu kita bonti aja." kata Ella dengan tampang polosnya. Jarrel terkekeh geli mendengar ucapan polos dari kekasihnya ini.

"Ayo!" seru Rania. Raksa menggeleng kepalanya tidak mau.

"El lo pulang bareng Izar aja, pasti dia mau terlebih Izar itu orangnya lembut sama lo." ucap Rania dengan suaranya yang di lembut kan.

Jarrel melototkan matanya tidak terima, dia tidak akan membiarkan Ella pulang bersama cowok berandalan seperti Izar.

"Ngomong yang bener lo!!"

"Ntar kalo ayang gue di apa-apain sama Izar gimana?"

"Dan lo pikir Izar itu cowok baik-baik?" kesal Jarrel dengan menyerbu beberapa pertanyaan pada Rania.

"Makanya jangan jadi beban mulu." katanya lagi. Ella berdecak kesal lalu memukul bibir Jarrel dengan keras.

"Ucapan lo di jaga!"

"Aish, gak sengaja keluar yang." ucap Jarrel lalu meminta maaf pada Rania.

Rania dengan kesal mencubit pinggang Jarrel lumayan keras. "Kenapa lo gak anterin El sih!!"

"Gue mau latihan,"

"Bacot, bilang aja lo ada urusan lain makanya nyuruh Ella pulang duluan!" ketusnya membuat suasana menjadi hening. Apalagi perubahan raut wajah Ella.

"Naik El, gue ada urusan penting!" tegas Raksa. Ella pun segera naik ke atas motor Raksa di bantu oleh Jarrel.

"Gue gimana Sa? Lo tega ninggalin gue? Kalau gue di culik om-om gimana?"

Raksa mengedihkan bahunya acuh tidak peduli, yang penting keselamatan Ella itu nomor dua setelah ibunya, karena Raksa sudah menganggap Ella itu sepertinya adeknya sendiri, keduanya lalu meninggalkan area parkiran dengan Raksa yang mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

"Naik sama Izar tuh." usul Jarrel tertawa membuat Rania kesal.

"Zar, tungguin gue!!" Rania berlari menuju ke arah Izar yang akan keluar gerbang sekolah.

"Kenapa?"

"Nebeng dong."

"Ongkosnya dua puluh ribu," kata Izar mematikan mesin motornya.

"Anjing lo kira gue orkay?! Uang lima ribu aja gue gak punya!"

"Mustahil!"

"Gue serius,"

"Gue gamau serius sama cewek yang udah punya pawang." Rania menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Pawang apa bawang? Lo typo?"

Izar berdecak kesal ketika menerima pesan dari Raksa yang mengancamnya, dan semakin kesal juga karena Rania berkata sepolos itu seperti Ella. "Cepetan naik, mumpung suasana hati gue lagi bagus, kalau gak gue tinggal!"

Rania tersenyum senang lalu naik ke atas motor Izar dengan susah payah. "Gak peka banget sih!" dengusnya sebal. Kadang Rania selalu berpikir kenapa hidupnya sangat di penuhi dengan orang-orang yang bermuka datar dan tidak peduli.

"Raksa lo galak Ran, gue gak berani."




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Beloved Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang