15. Teman?

149 86 36
                                    

Seperti biasa kegiatan yang di lakukan kelima inti gang Infinixty21 ketika pulang sekolah yaitu sekedar menghabiskan waktu gabut mereka di gazebo depan rumah Raksa. Namun sang pemilik rumah sedang tidak ada di rumah entah kemana cowok itu tiba-tiba meninggalkan mereka di rumah yang sangat terbilang mewah ini.

Jika yang lainnya sedang asyik mengobrol maka beda lagi Rania yang misuh-misuh tidak jelas dengan terus mengigit-gigit pipet yang sudah tidak berbentuk lagi akibat terus di gigit-gigit. Basta berdecak kesal karena Rania yang mondar-mandir di depannya membuatnya susah untuk leluasa berbaring.

"Ck Nia sayang, tenang aja Sasa gak bakal selingkuhin lo kok, udah tenang aja gausah panik gitu!"

"Ta, lo gak tau--"

"Gue tau Raksa! Udah duduk diem stres gue liat lo bolak-balik di depan gue!" Basta menarik tangan Rania untuk kembali duduk di sampingnya.

Orang yang Rania tunggu-tunggu kini telah datang bersama dengan seorang gadis di sampingnya. Gareen terperangah melihat gadis yang berada di samping Raksa.

"Gila angjay Sa, dia siapa?" Gareen berdiri dari tempat duduknya lalu menghampiri gadis itu. Rania memutar bola matanya malas melihat kelakuan Gareen yang gila perempuan, sekali lihat langsung terpesona.

"Hai cewek," Gareen mendekati gadis itu dengan perlahan. Gadis itu juga hanya bisa tersenyum membala sapaan dari Gareen.

"Kata pepatah, tak kenal maka tak sayang jadi agar kita saling sayang-sayangan maka marilah kita berkenalan,"

"Kenalin gue Gareendra Federer anak kedua dari bapak Hans Federer pemilik pengusaha terkenal, juga anak dari bunda Aneska Federer ketua yayasan di sekolah."

"Ohiya kakak gue juga--"

"Alah bacot, bapak gue penjual bakso ter enak di kantin sekolah lo mau apa?!" ucap Rania menatap sinis wajah Gareen.

Gareen refleks tertawa mendengar perkataan Rania yang terus terang dan tidak malu mengakui pekerjaan ayahnya.

"Iya deh nyonya Rania yang terhormat." ucap Gareen sembari menundukkan kepalanya.

"Dia siapa Sa?" tanya Rania yang sudah tidak bisa membendungi rasa kekepoannya. Raksa tidak menjawab, dia menatap Ella sedetik lalu kembali menatap gadis di sampingnya.

"Kenalin gue Lila, teman Jarrel." ucap gadis bernama Lila itu dengan tersenyum memperkenalkan dirinya.

Ella yang mendengar nama Jarrel di sebut refleks menatap gadis itu kaget. Masalahnya selama mereka berpacaran Jarrel tidak pernah sekalipun berbicara tentang seorang gadis kepadanya.

"Jarrel? Teman lo?" Ella mendekati Lila dengan perlahan.

Suasana di siang hari itu semakin memanas melihat aura wajah Ella yang tidak bersahabat. Sedangkan Raksa, cowok itu memijit kepalanya pusing tidak tahu harus berbicara apa, karena Jarrel juga tidak memberitahunya apa-apa tentang siapa gadis yang ia jemput ini.

"El, jangan salah paham dulu, gue tau apa yang lagi lo pikirin El gue--" perkataan Rania terpotong karena Ella mengangkat tangannya menyuruh Rania untuk diam.

"Iya, gue temennya Jarrel, hmm kayaknya kita temenan udah agak lama sih. Serius gue gak tau kalau Jarrel ternyata punya banyak teman yah." ujar Lila dengan senyumnya yang tidak pernah pudar.

"Bombastis side eye." batin Gareen tertawa pelan melihat mata Rania dan Basta yang sedang menatap sinis Lila.

Rania berdehem pelan. "Emang boleh se pick me itu kak?"

"Ah kenalin gue Rania, dan ini Ella pacarnya Jarrel. Oh iya kalau lo mau tau, mereka udah pacaran dua tahun." ucap Rania dengan sengaja menekan kata pacar.

"Udah Ran, lo buat dia risih lama-lama!" tegur Zaga lalu menyuruh Rania untuk duduk kembali.

Lila tersenyum kaku melihat Ella yang juga sedang menatapnya. Raksa menuntun Lila untuk duduk di samping Basta yang sedang asik memakan permennya.

"Sejak kapan lo bisa jadi temannya Jarrel?" tanya Ella duduk di samping gadis itu.

"Awalnya itu, gue--"

"El." panggil Jarrel menghampiri Ella dan mencium kening gadis itu dengan singkat lalu ikut duduk di antara mereka dengan posisi mereka yang membentuk lingkaran.

"Maaf yah, gue gak antar lo pulang soalnya tadi itu bunda nelpon gue buat jemput dia,"

"Tau gak El?" tanya Jarrel dengan semangat dan heboh sendiri.

Jarrel memegang kedua tangan Ella dan menatap gadis itu dengan wajah berseri. "Gue tadi ketemu bokap lo di parkiran mall pas lagi nungguin bunda,"

"Senang banget!" serunya. Sedangkan Ella hanya memasang muka datarnya membuat mereka mengerti namun tidak dengan Jarrel yang belum sadar juga.

"Tapi gue gak senang," ucap Ella menatap balik Jarrel.

"Kenapa?" tanyanya dengan nada suaranya yang memelan.

"Lo gak suka gue ketemu sama bokap lo? Bukannya itu yang lo mau, El?"

"Gue gak suka, liat teman cewek lo selain Rania, Selina,  sama Jennie." ucapnya dengan suaranya yang rendah tidak lupa juga Ella melirik sekilas Lila.

Jarrel terdiam sesaat memikirkan apa maksud dari perkataan Ella barusan. "Maksud lo apa El, gue gak ngerti?"

Ella berdecak kesal dengan kelemotan otak Jarrel. Refleks Zaga menjitak kening cowok itu dengan keras.

"Mati aja Rel, otak lo udah gak bisa di ajak berfungsi!"

Our Beloved Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang