16. Stay The Night

126 64 6
                                    

Ella membulatkan matanya terkejut melihat keadaan Jennie yang tampak berantakan sedang duduk di teras rumahnya sambil menatap kosong pepohonan di depannya. Setelah Jarrel mengantarnya pulang, Ella lupa mengambil pesanan kue mamanya di tempat langganannya, jadi Ella keluar untuk mengambil kue itu.

Rumah Ella dan Jennie memang bersebelahan dan hanya di batasi oleh pagar yang panjang, namun keduanya tidak terlalu akrab karena Jennie yang tidak terlalu senang berteman dengan orang yang menurutnya biasa-biasa saja.

"Jen, kenapa?" Ella mendekati gadis itu dan duduk di samping Jennie.

Dilihat dari pakaiannya seperti memang gadis itu tengah mengalami masalah, apalagi rambut Jennie yang berantakan dengan bekas tamparan di pipinya.

"Gue kira hidup lo bahagia Jen," gumam Ella sambil merapikan rambut Jennie.

Jennie menatap Ella dengan tatapan matanya yang sayu. "El, please gue butuh sandaran,"

"Samping lo ada tembok ngapain butuh gue buat bersandar?"

"Tai kucing, anj!" geram Jennie tertahan.

Ella terkekeh geli melihat ekspresi wajah Jennie yang menahan kesal. "Ya udah masuk gih, lo bau!"

"Gue gak punya rumah!"

"Lah, terus ini rumah siapa?"

"Kerumah lo!" Jennie menarik tangan Ella menuju rumah gadis itu.

Ella bingung dan hanya bisa menurut membawa Jennie ke kamarnya karena ini baru pertama kalinya Jennie memasuki rumah Ella. Setelah gadis itu selesai berpakaian dengan menggunakan baju tidur Ella yang tampak sederhana menurutnya, Jennie menatap seisi kamar Ella dengan seksama.

"Maaf yah, baju gue gak sebagus yang lo mau dan gak bermerek juga. Tapi harusnya lo bersyukur sih karena gue pinjamin lo baju." kata Ella yang baru saja memasuki kamar dengan sepiring kue di tangannya.

"Bermerek? Harusnya dari dulu gue gak kenal barang-barang bermerek, yang ngebuat hidup gue hampah!"

"Ck harusnya lo bersyukur lah bisa punya barang bermerek, gue--"

"Lo salah, justru gue nyesel punya banyak barang mahal. Semua orang nggak ada yang serius temenan sama gue, semuanya cuman manfaatin uang gue aja!"

"Lah ko marah?" gumam Ella.

Jennie tiba-tiba menangis dengan kencang membuat Ella menutup telinganya, untungnya kedua orangtua Ella tidak ada dirumah.

"Mau gak? Ini pesanan mama gue, tapi kebetulan mama gue lagi keluar jadi kuenya buat gue aja,"

"Mau?" tawarnya.

Jennie mengambil kue itu dengan terpaksa lalu memakannya dengan rakus, Ella yang melihatnya pun bergidik ngeri. Tidak lama kemudian bunyi bel dari luar rumah gadis itu, Ella buru-buru keluar untuk membukakan pintu untuk Rania dan Selina yang katanya akan datang menginap malam ini dirumahnya.

"Hola Ella sayang, izinkan kita berdua untuk menginap di rumah mu malam ini." kebiasaan Rania jika menginap di rumah Ella, gadis itu langsung masuk menuju kamar Ella tidak lupa menyalim tangan Ella.

"El, lo gak keberatan kan kita nginap di sini? Mama gue masih di luar kota, sama papa Rania juga lagi gak di rumah, lo tau kan,"

"Nggak lah, santai aja kebetulan gue juga sendiri di rumah." setelah mengunci perangkat pintu Ella dan Selina langsung menuju kamar.

Saat membuka kamar, keduanya terkejut melihat keadaan kamar itu sudah tidak terbentuk lagi dan berantakan layaknya kapal pecah.

"EL LO KENAPA NAMPUNG KUMAN DI RUMAH LO!!" sentak Rania berteriak tepat di samping Jennie.

"LO YANG KUMAN, BABI!!"

"Weh! Sadar diri kak, udah numpang di rumah orang, sok keren lagi!"

Jennie tertawa ngakak lalu menyenggol Rania untuk bercermin. "Ngaca mba!"

"Oh iya, ternyata gue juga cuman numpang tidur,"

"Makan juga sih, soalnya gue bukan holang kaya." kata Rania terdiam sesaat lalu naik ke atas kasur.

Ella dan Selina saling pandang lalu menggeleng-geleng kepala melihat tingkah laku keduanya yang tidak pernah akur.

"Tumben Jen, lo nginap di rumah orang?" heran Selina duduk di karpet bersama Ella sedangkan Jennie duduk di jendela sambil menatap rumahnya dari bawah, karena kamar Ella berada di lantai dua.

"Gue di usir, gue gak punya keluarga, gue gak punya teman dan gak punya uang."

"Iyalah jelas lo gak punya teman, lo nya aja mandang duit. Kita mau temenan sama lo tapi lo pemilih!" sarkas Rania dengan polosnya berkata tanpa memikirkan perasaan Jennie seperti apa.

"Emang gue peduli sama perasaan lo? Nggak lah, makanya jadi orang baik!"

"Gue baik, Ra, cuman ketutup aja sama sifat gue yang sombong."

Our Beloved Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang