7. Late

192 114 115
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ella menghela napasnya sabar, ini sudah setengah delapan yang artinya tersisa berapa menit lagi pintu gerbang sekolah pasti akan tertutup. Sudah dua jam lebih gadis itu menunggu Jarrel di depan rumah tapi cowok itu tidak muncul-muncul juga.

"El kenapa belum berangkat? Ini udah jam setengah depan loh. Nanti kamu terlambat." Alaric menghampiri Ella yang sedang mondar-mandir di depan pintu gerbang dengan matanya yang selalu melihat ke arah jalanan.

"Teman aku belum datang ayah,"

"Yaudah biar ayah yang antar kamu--"

"Nggak ayah, gak usah!" sela Ella. Alaric menggeleng tidak mendengarkan perkataan anaknya, dia segera kembali ke rumah dan mengambil kunci mobilnya.

Ella berdecak kesal segera ia menelepon Jarrel tapi cowok itu tidak mengangkatnya dan tidak membalas chat nya juga.

"Ayo El, nanti kamu terlambat!" ucap sang ayah yang sudah berada di dalam mobil. Ella segera naik dan duduk di samping ayahnya.

Alaric melirik Ella yang terlihat seperti sedang panikan. "Kenapa sayang?"

"Ella takut di hukum ayah." ucapnya berbohong, yang ia cemaskan sekarang itu Jarrel. Entah kemana cowok itu hingga nomornya tidak bisa di hubungi. "Kamu tenang aja, ayah telepon guru BK kamu dulu."

Alaric pun menelpon guru BK Ella di sekolah, karena ayah Ella juga merupakan salah satu orang yang mendonasikan uang ke sekolah itu dan otomatis Alaric mengenal semua guru-guru di sekolah SMA Wirmafati.

Sampainya mereka di depan gerbang sekolah Ella buru-buru keluar dari mobil ayahnya. Melihat ke arah lapangan banyak sekali murid-murid yang sedang di hukum. Ella mengepalkan tangannya kuat melihat Jarrel yang juga ikut di hukum terlebih cowok itu berbaris di samping Dina, mantan crush nya dulu.

Pak Rustam menghampiri Ella dan menyuruh gadis itu untuk segera masuk ke dalam kelasnya karena jam pelajaran baru saja di mulai beberapa menit yang lalu. Banyak murid yang di hukum tidak terima karena Ella tidak di hukum padahal dia juga terlambat.

Ella menatap Jarrel yang juga sedang menatapnya dengan tatapannya yang bersalah. Ella membuang mukanya ke arah lain lalu kembali berjalan menuju kelasnya.

"Raniaaa...."

"Lo tumben telat?" Rania menatap Ella bingung karena tiba-tiba mendapatkan pelukan. Tidak biasanya gadis ini murung. Namun saat melihat ke arah lapangan dari lantai dua membuat Rania mengerti kenapa gadis itu murung.

"Kenapa lo gak ikut di hukum juga?"

"Bokap gue nelepon pak Rustam." Rania membulatkan mulutnya pertanda mengerti. "Udahlah El mereka itu cuman di hukum, gak usah overthinking deh. Jarrel itu bucin pakek banget sama lo!"

"Tapi kenapa harus bersampingan sih!?"

"Ya karena itu.......Ya dihukum." ucap Rania tidak tau harus berkata apa. Ella menatap Rania kesal lalu masuk ke dalam kelas dengan perasaan yang campur aduk antara sedih + marah karena Jarrel tidak memberitahu nya bahwa dia sudah duluan ke sekolah dan cemburu karena Jarrel di hukum bersampingan dengan Dina.

Rania menghampiri Ella dan duduk di samping gadis itu. Gareen, Basta dan Zaga juga ikut menghampiri Ella. Mereka memang sekelas XII IPA 2 sedangkan Jarrel dan Raksa di kelas XII IPA 1.

"Kita juga gak tau El, kenapa Jarrel tiba-tiba gak bisa di hubungi. Padahal kita udah nungguin loh di basecamp tapi lo berdua gak muncul-muncul juga makanya kita duluan aja,"

"Kalau telah ntar kuping gue panas lagi di marahin sama lo." kata Gareen. Sebelum Jarrel dan Ella berpacaran mereka itu sangat gemar terlambat dan bolos namun saat Jarrel dan Ella sudah berpacaran kini mereka tidak pernah lagi terlambat dan membolos. Itu semua karena Ella yang mendisiplin mereka.

"El jangan marah, marahnya sama Jarrel aja jangan sama kita." celetuk Basta.

"Tau tuh Jarrel tumben banget gak bisa di hubungi. Biasanya juga aktif 24 jam." ucap Rania juga, sedangkan Zaga hanya diam memikirkan kenapa cowok itu tiba-tiba tidak bisa di hubungi tadi pagi.

"Gue yakin seyakin-yakinnya kalau Jarrel itu udah gak suka lagi sama Dina,"

"Tau apa lo tentang perasaan? Lo aja jomblo." ketus Rania melirik sekilas Gareen.

"Tapi gue juga pernah rasain kek apa yang Jarrel rasain!"

"Tapi lo gak bakal pernah tau perasaan Jarrel sekarang itu gimana," sela Rania tidak ingin mengalah.

"Lo juga jomblo otomatis lo belum pernah rasain di cintai itu kek gimana!" ucap Gareen yang pembahasannya semakin ngelantur.

"Eh Gareena free-fire kalau ngomong yang jelas, ini yang di bahas tentang perasaan!" Basta menutup mulut Gareen dengan gemas yang akan kembali berbicara.

"Mencintai atau di cintai? Udah bakso aja bakso!"

"Mencintai atau di cintai? Udah bakso aja bakso!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Beloved Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang