12. Of Monster And Flower

148 91 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kedatangan kelima cowok yang sangat para ciwi-ciwi idamankan di lapangan membuat lapangan yang tadinya sunyi menjadi riuh. Ella, Rania dan Jennie serentak menjauh dari ketiga cowok basket yang sedang mengajari mereka karena kelima inti geng Infinixty21 mengelilingi ketiga cowok basket itu.

"Main? Lo nolak berarti lo ketua tim basket cupu!" ucap Jarrel mengambil bola basket yang ada di tangan Izar.

Izar terkekeh kecil. "Oke, sejak kapan ketua tim basket nolak ajakan main."

"Bentar, gue panggil anggota gue dulu,"

"Dua aja njir gak usah banyak-banyak!" ujar Gareen.

"El, Ran, kalian mau ikut main gak?" tanya Izar berbalik menatap Ella dan Rania.

Ella dan Rania serentak menunjuk diri mereka sendiri dengan tidak percaya. Naik sepeda aja Ella belum lancar, dan Rania juga yang masih belajar bermain gitar juga belum lancar, apalagi ini di suruh bermain basket yang menurut keduanya sangat susah.

"Nggak Zar, canda lo lucu deh yang ada tim lo bakal kalah." ujar Rania memelankan suaranya, walaupun dia sendiri juga tidak yakin karena Jarrel dkk jarang bermain basket dan lebih sering latihan pencak silat.

"Nggak apa-apa, kan cuman tanding biasa aja nggak nasional juga,"

"Nggak usah lo ajak teman lo aja. Soalnya kita berdua belum terlalu lancar mainnya." kata Ella sambil tertawa pelan.

"Ck lama cepetan gausah caper sama cewek orang!" sindir Jarrel dengan netra tajamnya melihat ke arah lain.

Izar pun segera memanggil kedua temannya dan pertandingan sengit pun di mulai dengan bola yang di pegang oleh tim Izar. Ella mengigit bibirnya tidak tenang melihat pertandingan yang tidak sehat antara Jarrel dan Izar, juga Raksa dan Nando. Sudah lebih dari sepuluh menit mereka bermain namun belum ada yang mencetak skor sama sekali.

Rania berteriak kaget karena Raksa dengan sengaja mendorong bahu Nando membuat sang empu terjatuh.

"Ini maksudnya apa sih El? Gue takut Nando kenapa-kenapa!"

"Kenapa lo tanya gue, gue juga nggak tau!!" kesal Ella yang juga ikut panik karena Jarrel tidak mau mengalah.

"Omaygat Basta ganteng banget kalau lagi keringatan gitu." gumam Jennie menatap Basta kagum. Ella dan Rania menatap Jennie sinis karena tidak tau situasi.

"Lo sebenarnya suka Zaga atau Basta?" tanya Rania.

"Dua-duanya, soalnya Zaga anak tunggal kaya raya dan Basta punya roti sobek yang menarik!"

"Kalau Gareen!" tanya Ella juga.

"Nggak, dia kere, pecicilan dan gak punya malu!"

"Gue ikut doain moga lo bisa dapetin di antara keduanya." ujar Rania menepuk pundak Jennie dengan prihatin. Karena Rania dan Ella itu tau betul dengan sifat Zaga dan Basta yang anti pacaran.

"Ngalah atau gimana Rel? Kita main berjam-jam pun nggak bakal ada yang menang di antara kita!" ucap Izar yang kini sudah mengambil alih bola itu.

Jarrel dengan lihainya menginjak kaki Izar yang membuat Izar meringis ngilu hingga bola itu kini kembali berpindah kepada Jarrel. Jarrel membuang bola itu dan Izar segera berlari mengambilnya namun tidak sempat karena Jarrel membuatnya terjatuh.

"AKHH STOP JARREL!!" sentak Ella berlari menghampiri cowok itu dan menahannya yang akan menghajar Izar.

Karena Jarrel yang sudah di kuasai emosinya langsung mendorong Ella hingga terjatuh. Zaga dan yang lainnya segera memisahkan Jarrel dari Izar, namun beberapa detik kemudian semua murd semakin berteriak heboh karena Raksa juga ikut memukul wajah Nando. Rania tentu kaget karena baru kali ini dia melihat Raksa semarah itu.

"JAUHIN CEWEK GUE ANJING!!"

"ELLA PACAR GUE!!"

"GUE MUAK SAMA KATA-KATA LO YANG SELALU BILANG SANTAI!!"

"GUE GAK BISA SANTAI KALAU SOAL CEWEK GUE!!"

Ella meringis sakit di lututnya yang terkena goresan luka lamanya saat Jarrel mengajarkannya bermain sepeda dan terjatuh itu kembali mengeluarkan darah segar.

Gadis itu sekuat tenaga memisahkan Jarrel dari Izar dengan memeluk cowok itu dengan tenaganya yang tidak seberapa. Jujur saja, fisiknya sekarang sangat lemah di tambah teriknya matahari.

Jarrel berhenti memukul Izar yang sudah babak belur sedangkan dia hanya mendapatkan satu pukulan saja di pipinya. Jarrel menutup matanya sekejap karena matanya tiba-tiba seperti menggelap.

Berbalik badan dan memeluk Ella dengan sangat erat. Zaga membiarkan Ella yang mengurus Jarrel lalu dia dan yang lainnya segera membawa Izar ke ruang UKS dengan Nando. Rania, Gareen dan Basta juga membawa Raksa ke rooftop.

"Kenapa lo jadi kek monster gini sih? Gue nggak suka!!" kesal Ella melepas pelukannya.

Jarrel diam tidak menjawab dia membawa Ella ke taman belakang sekolah. Jarrel duduk di rerumputan dengan Ella yang duduk di kursi tepat di depan Jarrel.

"Maaf,"

"Maaf El, gara-gara gue lo jadi luka lagi," ucapnya sambil meniup luka di lutut Ella. Ella mengelus rambut Jarrel dengan senyum paksanya. "Minta maaf sama Izar, jangan sama gue!"

Jarrel terkekeh sinis. "Gue pacar lo atau Izar sih? Perasaan lo belain Izar mulu,"

"Bukan gitu Rel, gue cuman nggak suka aja lo selalu main hakim sendiri!!" Jarrel dengan sengaja menekan luka di lutut gadis itu hingga membuatnya kembali meringis kesakitan

"Sakit Jarrel! Lo ngerti bahasa nggak sih!" ucap Ella dengan marah. Jarrel melirik Ella yang sedang marah, padahal seharusnya dia yang marah karena gadis itu lebih memilih membela Izar dibandingkan dengannya.

"El, harusnya gue yang marah, kok lo jadi marah sama gue." ujar Jarrel menggoyangkan lengan Ella untuk menarik perhatiannya.

"Maafin gue deh." lanjutnya dengan menghela napasnya kesal karena Jarrel tahu Ella selalu benar dan enggan mengucapkan kalimat 'maaf.'

"Gak ah, lo rese!" Ella mengikis jaraknya sedikit dari Jarrel membuka cowok itu kembali mendekatinya.

"Nggak usah bahas Izar mulu. Gue nggak suka!" kesal Jarrel duduk di samping Ella dengan menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu.

"Pokoknya lo harus minta maaf sama Izar,"

"Nanti--"

"Kenapa nanti, ayo sekarang!" sentaknya ingin berdiri tapi Jarrel menahannya dan memeluknya dari samping.

"Lo milih gue apa Izar?" Ella menghela napasnya kasar, sifat Jarrel yang kekanak-kanakan kini kembali.

"Tentunya lo--"

"Pembohong!! Tadi aja lo belain dia!"

"Nggak--"

"Udahlah kita putus aja!!"

"Udahlah kita putus aja!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Beloved Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang