Chapter 1.

5.5K 264 6
                                    

Menjadi dokter bukanlah hal yang mudah. Menghadapi pasien, panggilan darurat secara tiba-tiba, mempelajari bermacam penyakit pasien serta penanganannya merupakan makanan sehari-hari bagi para dokter. Garda terdepan di dunia kesehatan memang harus menjadi tameng yang kuat . Itulah yang dihadapi oleh Azizi. Seorang gadis muda yang menjadi dokter spesialis bedah terbaik di rumah sakit dia bekerja sekarang.

Perjalanannya pun tidaklah mudah dalam mencapai sebuah title dokter spesialis bedah terbaik. Dirinya harus berjuang mati-matian. Mempelajari semua ilmu bedah serta jam terbang yang banyak. Mengorbankan waktu miliknya.

Terutama hubungan asmara.

Dirinya sangat sibuk dan hampir tidak mempunyai waktu senggang. Jika ada waktu senggang Azizi memanfaatkannya untuk membaca, berolahraga, atau memperbaiki jam tidurnya. Itulah salah satu faktor dimana Azizi belum tertarik dengan dunia percintaan.

"Zee, kalo kamu kebanyakan kerja begini ntar gimana hubungan percintaan kamu", ucap Sisca. Zee merupakan panggilan akrab dari Sisca. Sisca adalah pemilik rumah sakit dimana Azizi bekerja sekaligus mentor Azizi saat dia pertama kali bekerja di sana. Sisca sangat mengagumi kemampuan gadis itu. Dan Azizi merupakan anak dari sahabatnya yaitu Shani dan Gracia.

"Gapapa dok, aku masih harus fokus dengan karirku sekarang. Jadi menurutku untuk hubungan asmara bisa di kesampingkan", ucap Azizi.

"Memangnya belom ada yang tertarik di mata kamu?", pertanyaan Sisca hanya dijawab dengan gelengan kepala Azizi sambil memasang senyumnya. Lagi pula menurutnya berinteraksi dengan orang yang tidak satu frekuensi juga berujung kandas. Itulah mengapa Azizi lebih memilih untuk tidak membuka soal asmara.

"Oh iya Zee, aku liat kamu lebih sering pulang ke apartemenmu ketimbang rumah. Ada apa?"

"Gapapa dok"

"Bukan bermaksud untuk mengatur kamu atau pun menanyakan hal privasi, tapi apakah kamu gak rindu dengan suasana rumah? Bersama Shani dan Gracia?"

Azizi hanya memasang senyum. Terkadang ada rasa timbul rindu dengan suasana rumah. Terutama dia lebih merindukan Gracia ketimbang Shani. Namun Azizi mengesampingkan hal itu semua karena menurutnya dapat mengganggu fokusnya dalam bekerja.

"Pernah kepikiran untuk pindah ke rumah sakit mama kamu gak kira-kira?", tanya Sisca secara tiba-tiba. Pertanyaan tersebut membuat Azizi sedikit terkejut.

Mama Azizi yaitu Shani juga mempunyai rumah sakit. Rumah sakitnya sangat terkenal dan berisikan dokter serta perawat yang sangat hebat dalam kemampuannya. Rumah sakit tersebut sering dikunjungi oleh beberapa kalangan pejabat, artis, dan orang penting. Walau begitu, rumah sakit Shani juga masih dikunjungi oleh orang-orang kalangan biasa. Wanita tersebut tidak menyukai yang namanya perbedaan. Baginya masalah kesehatan adalah nomor 1 untuk semua orang.

"Aku masih nyaman di sini, lingkungannya enak dan tidak ada paksaan"

"Paksaan?"

"Ah gak, biasa aku ngelantur saja. Hehe", Entah mengapa kalimat tersebut terlontar dari mulutnya. Ini adalah masalah pribadi yang seharusnya orang lain tidak tau. Azizi lebih memilih untuk memendam. "Kalau begitu aku duluan ya dok, mau keliling sekaligus cek beberapa pasienku."

"Silahkan, terima kasih sudah menyempatkan makan siang di sini ya Zee"

"Sama-sama dok, lain kali aku yang traktir"

"Hahaha, gausah repot-repot. Kamu adalah salah satu dokter yang saya kagumi", ucap Sisca. Azizi hanya membalas senyuman.

Malam pun tiba, Azizi saat itu sedang berada memakirkan mobilnya di parkiran apartemennya. Pulang tengah malam sudah hal biasa baginya karena dirinya baru saja menyelesaikan dokumen. Belum beranjak seseorang menelpon dirinya. Netranya berfokus pada layar smartphone dan memasang wajah dingin.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang