Chapter 17.

1.2K 114 3
                                    

"Marsha! Azizi udah sampai nak", teriak Jinan yang memanggil Marsha yang masih berada di dalam kamarnya.

Mendengar teriakan dari sang mama, Marsha langsung terburu-buru ke bawah untuk menghampiri Azizi. Azizi saat itu yang sedang asik minum teh buatan Jinan terkejut melihat Marsha yang seperti berlari ke arahnya.

"H-hai... Aku kecepetan ya?", tanya Azizi.

"G-gak kok, aku-"

"Kamu ga kecepetan, memang Marshanya aja yang lelet", potong Jinan.

"I-ih! Apa sih ma! Ayo Zee, kita berangkat", ucap Marsha langsung berjalan keluar rumah.

"T-Tunggu Marsha! Tante aku duluan ya, makasih atas jamuan tehnya", ucap Azizi dengan sopan.

"Iya-iya, yaudah sana nyusul Marsha, anak itu pasti udah nungguin"

Azizi tersenyum lalu mengangguk. Gadis itu kembali berpamitan dan segera menyusul Marsha yang sudah berada di dalam mobil milik Azizi. Azizi hanya bisa menggeleng heran melihat tingkah sang pacar.

Selama di perjalanan, mereka berdua saling terdiam tanpa mengucap satu kata pun. Azizi sibuk fokus menyetir kendaraannya, sementara Marsha memperhatikan pemandangan dari dalam jendela mobil.

Marsha sesekali melirik ke arah Azizi yang sedang fokus menyetir. Dirinya berpikir sudah lama mereka tidak berkencan karena kesibukan mereka di rumah sakit akhir-akhir ini. Oh iya, Marsha sekarang sudah menjadi rekan dokter Azizi. Karena hal itulah, kesibukan Azizi juga menjadi kesibukan Marsha. Marsha memasang senyum kecil karena hari ini dirinya bisa pergi berdua saja dengan Azizi.

"Jadinya kita mau kemana nih?"

Marsha terkejut karena pertanyaan Azizi di saat dirinya sedang asik melamun sambil melirik sang kekasih.

"M-mana aja boleh kok Zee", jawab Marsha.

"Hm... Mau ke cafe dulu gak? Kebetulan di salah satu mall aku pernah nemu cafe yang bagus banget. Udah lama juga aku ga ke sana", ucap Azizi.

"Cafe?"

"Iya, gimana?"

"Boleh deh"

Azizi tersenyum lalu melajukan kendaraannya menuju tempat yang direkomendasi olehnya. Marsha sendiri ikut menjadi tidak sabar.

Sesampainya, setelah Azizi selesai parkir, mereka berdua langsung menuju cafe yang dimaksud oleh Azizi. Cafe tersebut cukup bagus dan bernuansa seperti kembali ke tahun 80-90-an. Musik jazz yang mengisi seisi ruangan bisa terdengar dari indra pendengaran mereka.

"Ahh udah lama ga ke sini", ucap Azizi.

"Terakhir ke sini kapan memang?", tanya Marsha.

"Hm... Mungkin 2-3 tahun yang lalu. Semoga pelayannya masih inget aku"

Marsha mengangguk lalu mengekori Azizi dari belakang. Sesampainya, Azizi menyapa pelayan tersebut dan ternyata benar, pelayan tersebut masih mengingat sosok Azizi walau sudah lama tidak datang.

"Zi! Apa kabar?", ucapnya dengan girang melihat Azizi.

"Baik, udah lama ga ke sini. Ga berubah ya? "

"Hahaha iya, ya... Gini-gini aja. Ngomong-ngomong tumben?"

"Tumben?", tanya Azizi heran.

Pelayan tersebut memberi kode melalui matanya sambil menatap ke arah Marsha yang berada tepat di samping Azizi. Azizi kemudian menoleh ke arah Marsha yang terlihat malu-malu.

"O-oh, ini. Kenalin namanya Marsha. Hm... Calon istri"

Marsha tersentak mendengar hal itu dan wajahnya memerah. Marsha dengan cepat mencengkram lengan Azizi dan menyembunyikan wajah merahnya di balik lengan tersebut. Sang pelayan yang mendengar hal itu langsung tertawa bahagia.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang