Chapter 12.

1.3K 144 35
                                    

Sejak Azizi mengambil cuti karena dirinya sedang menjalani penyembuhannya, jadwal praktek dan operasinya menjadi berantakan. Awalnya jadwal akan di mundurkan setelah Azizi sudah kembali dari cutinya, namun ternyata Azizi memikirkan kondisi pasien yang harus segera di operasi. Oleh karena itu, Azizi dari kejauhan secara diam-diam membantu Jessi dan rekan-rekannya untuk menggantikan dirinya. Azizi mempercayai kemampuan Jessi sebagai dokter bedah umum. Selama menjadi asistennya, Azizi sudah beberapa kali melihat hebat dan pintarnya Jessi dalam ruang OP. Itulah kenapa Jessi langsung dipercaya oleh Azizi.


"Dok, aku takut"

"Jes, yang kamu lakukan di operasi pertama apa? Nari hagavi? Gak kan? Buktinya kamu bisa selesein operasi kamu tadi. Yakin kamu bisa selesein untuk yang kedua"

"Doakan aku ya dok..."

"Iya, hilangkan rasa takut kamu dan fokus dalam mengoperasi. Pikirkan nyawa pasien, pikirkan kondisi keluarganya yang sedang menunggu kabar dia di luar sana. Buang semua pikiran negatif. Itu saja"

"Baik dok, terima kasih dokter Azizi"

"Kabari aku jika sudah selesai"

"Baik dok"


Azizi memutus telponnya. Jessi yang masih di lorong ruang OP mengatur nafasnya agar lebih tenang. Sesuai dengan arahan Azizi tadi, Jessi mencoba membuang semua yang menganggu pikirannya. Setelah tenang, gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang OP. Semua dokter dan perawat menyambutnya. Jessi yang sudah memakai baju bedah langsung menuju ke pasien yang terbaring di sana. Jessi mulai menatapnya dengan tatapan serius.

"Mari kita mulai, pisau bedah"


Setelah Azizi membantu meyakinkan Jessi , Azizi meletakkan smartphonenya di atas nakas dan terdiam menatap langit-langit kamarnya. Gadis itu benar-benar tidak tenang karena memikirkan kondisi di ruang OP saat ini. Tapi mengingat Jessi bisa berhasil menyelesaikan operasi yang pertama, dirinya percaya kalo Jessi pasti bisa menyelesaikan yang kedua. Lagipula kasusnya juga sama. Tapi Azizi tetap berharap semoga tidak ada kabar buruk di sana.

Tak berlangsung lama, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Azizi beranjak dari tempatnya lalu membuka pintu kamarnya. Azizi tersenyum ketika melihat orang yang berada dihadapannya.

"Kenapa Toy?"

"Gapapa, aku bosen aja", jawab Christy yang mulai masuk ke dalam kamar Azizi dan duduk di pinggir tempat tidurnya.

Azizi yang melihat Christy sudah masuk ke dalam kamarnya lalu segera menutup pintu kamarnya dan duduk di kursi meja kerjanya sambil menatap Christy.

"Sama aku juga bosen, enaknya kemana ya Toy?", tanya Azizi.

"Pergi kali ya, ke cafe atau taman gitu Zoy. Kak Chika aku hubungin katanya lagi sibuk dia"

"Jangan keseringan hubungin Chika, takutnya keganggu", tegur Azizi.

"Iya, maaf. Nanti siang yuk keluar, gimana?"

"Siang ini? Bisa sih. Tapi aku gatau diizinin apa gak", jawab Azizi.

"Biar aku yang bujuk. Tapi kamu gausah nyetir, biar aku aja"

"Hm, idemu bagus juga. Boleh deh kalo gitu"

Mendengar hal itu, Christy mengangguk senang dan segera keluar dari kamar Azizi menuju lantai bawah. Tapi sebelum gadis itu keluar, Azizi memanggilnya terlebih dahulu.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang