Chapter 16.

1.1K 117 3
                                    

"Aku ingin menikahimu, Marsha"

Sebuah kalimat yang membuat Marsha tidak bisa tidur malam itu. Gadis itu sedang berada di kamar tidur piket bersama dengan salah satu teman dekatnya yaitu Kathrina. Marsha mengintip sedikit ke kasur bawah dimana Kathrina terlihat sudah terlelap dalam tidurnya. Gadis itu terlihat kelelahan karena seharian sibuk bersama dengan Gita.

Jika ditanya hubungan Gita dan Kathrina sekarang, layaknya pasangan kekasih yang berantem. Walaupun mereka berdua tidak berpacaran. Mereka berdua saling berdiam satu sama lain dan hanya menyapa sedikit demi menjaga profesional dalam bekerja. Tapi hal itu ternyata menjadi bumerang pada batin Kathrina yang sangat tidak nyaman.

Kembali ke Marsha. Gadis itu kembali merebahkan dirinya setelah mengintip Kathrina. Marsha menatap langit-langit ruang kamar tersebut. Karena tidak bisa tidur, Marsha turun dari ranjangnya lalu pergi keluar dari kamarnya untuk mencari udara segar.

Suasana lorong rumah sakit sangat hening dan sepi. Walau ada beberapa perawat yang berjaga malam itu. Karena dirinya bingung, marsha berniat untuk pergi ke ruangan dokter bedah biasa berkumpul. Dirinya berpikir, mungkin mencari kesibukan di sana bisa membuatnya sedikit mengantuk. Dan jika sudah mengantuk, gadis itu segera kembali ke kamar.

Sesampainya, Marsha dikejutkan oleh Adel yang masih berada di ruangan tersebut. Dokter tersebut terlihat sedang sibuk sambil membawa beberapa berkas yang tergeletak dihadapannya.

"Dok? Masih di sini?", tanya Marsha.

"Eh Sha? Aku harus lembur karena dokumen pasien ini", jawabnya.

Marsha tersenyum lalu masuk ke dalam dan duduk di salah satu kursi kosong berseberangan dengan Adel. Marsha terlihat memasang wajah bingung. Gadis itu menopang dagunya dan menghela nafas. Adel yang mendengar melirik sedikit dihadapan Marsha.

"Kali ini ada apa lagi?", tanya Adel.

"A-ah gak dok, gapapa..."

"Gaperlu ditutupi begitu. Aku tau pasti ulah Azizi"

"Dokter Adel selain jago dalam dunia neurologi, tapi ternyata bisa baca pikiran orang juga", ucap Marsha sambil sedikit tersenyum.

Adel menutup berkas tersebut lalu melihat ke arah jam dinding. Setelahnya gadis itu kembali menatap Marsha yang berada dihadapannya.

"Waktumu 5 menit untuk bercerita, setelah itu kau bisa bercerita lagi jika sedang  senggang. Waktu dimulai dari... Sekarang"

"E-eh?"

"Udah berjalan 10 detik, waktu terus berjalan Marsha"

Marsha yang kebingungan akhirnya menghela nafas kasar. Lalu menatap ke arah Adel yang menunggu salah satu cerita dari mulut gadis di seberangnya. Marsha mengangguk pasrah lalu mulai bercerita kepada Adel.

Pagi pun tiba, Kathrina saat itu terbangun dari tidurnya dan terlihat rambutnya menjadi seperti singa. Gadis itu mengusap kedua matanya. Kamar piket tersebut sangat gelap dan dirinya hanya ditemani dengan lampu tidur yang tidak terlalu terang. Kathrina berjalan pelan menuju saklar untuk menyalakan lampu kamar tersebut.

Saat dinyalakan, terlihat Marsha masih tertidur di ranjang paling atas. Kathrina menggeleng heran lalu segera keluar dari kamar tersebut. Saat membuka kamar tersebut gadis itu terkejut karena Gita tiba-tiba berada dihadapannya seolah-olah ingin membuka juga kamar tersebut.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang