Chapter 9.

1.2K 159 4
                                    


"Aku jatuh cinta padamu Zi"


POV Chika

Jika kata itu terucap dalam mulutku, situasinya akan berbeda. Sejujurnya aku tidak menyangka akan mencium gadis yang berada dihadapanku ini. Tapi aku sangat menikmatinya. Bibir lembut Azizi sangat manis. Rasanya aku ingin mengulangi lagi ciuman tersebut. Azizi saat ini masih menatapku seolah tidak menyangka. Aku pun hanya bisa terdiam menatapnya juga. Ingin sekali memeluknya. Ingin sekali tidak melepaskannya. Perasaan diriku sekarang adalah tidak ingin menyerahkan Azizi kepada seorang pun. Karena Azizi adalah milikku seorang.

Zi, izinkan aku memilikimu sekarang juga.

Aku mohon, terimalah perasaanku sekarang

POV End


"C-Chik?"

"M-maaf aku-"

"Chika! Azizi! Kalian dimana?"

Suara teriakan Gracia memanggil nama mereka berdua membuat Azizi dan Chika menjadi panik. Mereka berdua mencoba mengendalikan situasi seolah tidak terjadi apa-apa. Walaupun mereka berdua masih memikirkan ciuman tersebut.

"Oh di sini kalian berdua", ucap Gracia.

"E-eh iya tante, aku sama Azizi lagi ngobrol di sini", balas Chika.

"A-ada apa bun?", tanya Azizi.

"Chika, kamu ga pulang? Nanti malem kan ada pesta perayaan kan?"

"Oh iya aku lupa, nanti aku telpon supirku buat jemput aku", ucap Chika.

"Oh gitu yau-"

"Chik, biar aku aja yang anter kamu pulang", ucap Azizi memotong pembicaraan.

"Gausah repot-repot Zi, kamu istirahat aja. Apalagi baru pulang subuh tadi", balas Chika dengan nada sedikit khawatir.

"Aku gapapa Chik, lagi pula aku mau nyari udara segar di luar. Gapapa kan bun?"

Gracia menatap mereka berdua kemudian mengangguk. 

"Gapapa, tapi jangan kesorean ya Zi", ucapnya.

Azizi mengangguk dan tersenyum. Merasa sudah terjawab, Gracia kemudian melangkahkan kakinya ke arah ruang tengah untuk menghampiri anak bontotnya yang sedang asik menonton drama korea di sana. Azizi dan Chika saling terdiam. Sesekali Chika melirik ke arah Azizi yang wajahnya masih memerah.

Waktu terus berlalu, Azizi saat ini sedang mengantar Chika pulang ke rumahnya. Mereka berdua masih terdiam di dalam kendaraan roda empat milik Azizi. Baik Azizi maupun Chika sama-sama tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Azizi tidak bisa melupakan kejadian yang menimpanya tadi siang. Setiap teringat akan hal itu, dirinya selalu menghela nafas. Hingga helaan tersebut terdengar oleh Chika.

"Kamu kenapa?", tanya Chika sedikit khawatir karena helaan tersebut.

"E-eh? Gapapa kok Chik", jawabnya.

"Bener? Kamu tuh hela nafas terus daritadi. Kenceng pula"

"M-maaf ya kalo ganggu"

"Ga ganggu Zi, aku cuma khawatir. Kalo kamu kecapean, aku turun sini aja nanti aku telpon supir aku buat-"

"Gak Chika, aku beneran gapapa. Kamu gausah khawatirin aku ya. Bener aku gapapa"

Tak sadar, Azizi menggenggam punggung tangan milik Chika. Merasakan hal itu, Chika menjadi diam seribu bahasa. Kenapa Azizi tiba-tiba menyentuh menggenggam tangannya? Apakah dia mencoba menenangkan dirinya? Wajahnya seketika memerah. Azizi kemudian baru tersadar setelah gadis itu menggenggam tangan milik Chika. Dirinya langsung melepas genggaman tersebut.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang