Chapter 3

1.9K 181 11
                                    

Hari pertama di bulan yang baru, Azizi saat itu baru saja menyelesaikan operasi yang dia jalankan sejak pagi. Bukan hal yang mengejutkan bagi Azizi karena dirinya sudah terbiasa sejak menjadi seorang dokter. Bahkan hari libur pun harus datang ke rumah sakit jika ada sebuah panggilan darurat. Namun dirinya tidak sendirian hari itu. Adel saat itu juga sedang menjalani sebuah operasi di hari yang sama dengan Azizi. Namun ruangan operasi mereka berbeda tapi bersebelahan dan saat itu mereka berdua menyelesaikan operasinya bersamaan. Azizi dan Adel kemudian mengamati jadwal operasi mereka yang terpampang dekat ruang operasi. Jadwal mereka cukup serasi hingga siang hari.

"Padet", ucap mereka berdua secara bersamaan.

"Operasi transplantasi liver lagi kah Zi?", tanya Adel.

"Iya, tapi aku cukup menjadi asisten saja kali ini. Untuk siang nanti sepertinya cukup mudah", jawab Azizi.

"Gitu ya... oh iya Azizi, Kalo udah selese nanti mau makan siang bareng gak?", Azizi menengok ke arah Adel dengan tatapan bingung. "Tumben? Ada apa?"

"Gapapa, sekalian aku yang traktir. Udah pernah coba makan di kantin?", tanya Adel.

Azizi menggelengkan kepala. "Belom"

"Serius? Belom pernah? Aku rasa ada benarnya mengajakmu makan siang bareng kali ini. Menu hari ini steak"

"Bagaimana kau tau kalo hari ini steak?", tanya Azizi dengan nada heran.

"Rahasia~", ucap Adel segera memasuki ruang operasi sambil menepuk pundak gadis itu. Azizi hanya menggeleng heran dan menyusul ke dalam karena pasiennya sudah datang.

Waktu terus berlalu, Azizi sudah menyelesaikan operasi terakhirnya. Operasi tersebut cukup mudah namun tetap saja sulit jika kita berbicara mengenai sebuah pembedahan pada pasien.

"Kerja bagus semuanya, sisanya tinggal dijahit saja. Dokter Jessi, tolong bantu ya", ucap Azizi.

"Siap dok" 

 Azizi mengatur nafasnya karena cukup melelahkan menjalani jadwal yang berentet seperti tadi. Saat keluar dari ruangan, dirinya melihat Adel yang sudah menunggunya di luar. Adel tersenyum kepada Azizi seolah menyambutnya.

"Udah? Yuk", ucap Adel segera menuju ke kantin. Adel sudah seperti hantu di mata gadis itu untuk sekarang. Mau tidak mau dirinya mengikuti Adel dari belakang. 

Siang itu di sebuah taman belakang rumah sakit, Indah sedang duduk sambil menikmati pemandangan di sana. Taman tersebut sangat bagus dan rapi. Bahkan bunga-bunga di sana cukup terawat. Setiap musimnya bunga-bunga di sana suka diganti. Dan terkadang tergantung permintaan pribadi dari Shani. Wanita tersebut juga memperkerjakan tukang kebun yang sangat profesional. Tujuannya selain menambah daya keindahan untuk dilihat, juga pasien dapat berkeliling di sana jika sedang suntuk di kamar mereka.

Indah tersenyum karena baginya tempat tersebut cukup untuk menyegarkan pikirannya disaat kelelahan dalam bekerja. Hal sederhana yang cukup memuaskan hati. Tak lama seseorang menghampirinya sambil membawa segelas kopi panas dan 2 roti. Indah tersenyum ke arahnya. "Oniel."

Oniel tersenyum lalu mengelus pelan kepala Indah. Oniel sudah tau kebiasaan kekasihnya yaitu segelas kopi panas dan 2 roti jika sedang istirahat makan siang. Karena jadwal Indah hari ini cukup padat. Maklum Indah adalah dokter spesialis bedah anak. Gadis itu sangat dekat dengan beberapa pasien yang dia tangani. Apalagi pasien tersebut adalah anak-anak. Itulah kenapa julukan Indah adalah "Mommy" dikalangan dokter, perawat, maupun pasiennya.

"Gimana kamu hari ini?"

"Baik, tapi agak capek aja sih soalnya kerjaanku banyak banget", jawab Indah.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang