"Bukankah membuka kesempatan dokter-dokter intership untuk memulai di rumah sakit ini juga termasuk penting bu? Banyak dokter-dokter muda ingin bisa bekerja di rumah sakit ini", ucap salah satu dokter senior bernama Feni.
"Ga perlu formal gini Fen, lagi pula kita sekarang sedang fokus kepada dokter-dokter muda yang bersedia mendampingi beberapa dokter spesialis di rumah sakit ini. Terutama seperti dokter Gita, Adel, Freya, dan para dokter spesialis lainnya", ucap Shani.
"Maaf Bu Shani, tapi Freya sudah ada Fiony mendampingi dia. Dan untuk spesialis anak kurasa tidak perlu banyak dokter pendamping. Malah lebih membutuhkan banyak perawat. Kurasa Ashel sebagai kepala perawat di sana juga pasti membutuhkan banyak tenaga", ucap salah satu dokter bernama Oniel.
"Aku setuju dengan Oniel, untuk spesialis anak lebih banyak diperlukan perawat ketimbang dokter", ucap Indah sambil menengok ke arah Oniel. Oniel tersenyum lalu memberi wink kepada Indah.
"Hm... Kalau begitu aku tampung dulu. Untuk bagian yang lain ada masukan atau bagaimana sebelum ditutup rapat hari ini?"
"Mengenai Azizi bagaimana? Dirinya belum ada dokter pendamping untuk membantunya?"
Shani menghela nafas. Mengenai Azizi dirinya juga bingung harus menanggapi apa soal ini. Dia teringat akan syarat perjanjian yang diajukan Azizi mengenai soal dokter pendamping. Jika syarat ini dilanggar maka gadis itu berhak memutuskan kontrak kepada rumah sakit milik Shani dan Shani tidak ingin hal itu terjadi. "Dia pengecualian."
"Pengecualian? Maksudnya?"
"Ada satu syarat yang ia ajukan sebelum dia bekerja di sini. Dan kurasa itu tidak terlalu mengganggu kinerjanya. Azizi adalah salah satu aset terpenting di rumah sakit ini. Kita membutuhkan seorang spesialis bedah yang sangat ahli", ucap Shani.
"Dia... Mau tetap fokus di spesialis bedah umum kah?", tanya Indah.
"Kurasa iya. Dia ingin fokus ke bedah umum"
"Begitu ya..."
"Kalau begitu kita sudahi. Mengenai dokter pendamping yang baru akan aku urus beserta perawat untuk bagian spesialis anak. Sekian terima kasih"
Setelah selesainya rapat bersama para dokter-dokter senior, Shani memutuskan kembali ke ruangannya. Suasana rumah sakit saat itu seperti biasa sangatlah sibuk. Siapa yang tidak tau bahwa rumah sakit tersebut memang selalu memberikan terbaik kepada para pasien-pasien yang datang untuk berobat. Ditambah dengan kabar bergabungnya Azizi pendapatan rumah sakit Shani seketika melonjak naik drastis.
Setelah sampai depan ruangannya, Shani melihat seseorang yang sudah berada di dalam ruangan tersebut. Shani mengenal hanya dari tampak belakang. Dirinya tersenyum lalu segera masuk untuk menyambutnya.
"Azizi... Tumben sayang kamu ke sini", ucap Shani menyambutnya.
"Gapapa, sekalian ada yang ingin aku omongin"
"Apa itu? Kalo gitu kita makan siang bareng ya. Kebetulan mama lagi pengen makanan korea. Kamu mau?", Azizi hanya mengangguk. Dengan segera Shani memesankannya agar tidak terlalu lama.
Setelah makanan itu datang, mereka berdua berbincang banyak hal walau seperti kita tau tanggapan Azizi hanyalah datar. Namun Shani merasa momen tersebut merupakan momen terbaik karena bisa berdua dengan putri kesayangannya.
"Ma"
"Hm? Kenapa?"
"Chika"
"Hm? kenapa sama Chika?"
"Kemaren sore dia dateng ke sini"
"Oh... Mama udah tau"
"Tau? Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
FanfictionMenceritakan seorang dokter muda spesialis yang berbakat bernama Azizi dimana dirinya harus berhadapan dengan sifat mamanya yang suka mengatur terutama perjodohan. Azizi memang sedang tidak ingin fokus dengan hubungan asmara dan tidak menyukai perjo...