Chapter 11.

1.1K 138 28
                                    

Kreeekkk!

Suara pintu mengarah ke sebuah balkon terbuka. Dinginnya angin malam mulai memasuki ke kamarnya. Gadis itu berjalan sambil menggunakan selimut yang ia genggam dan mulai menutupi badannya agar tidak merasa kedinginan. Dirinya bisa melihat cahaya bulan yang menyinari sebagian kamarnya yang gelap. Gadis itu tersenyum karena entah kenapa dirinya bisa merasa tenang walau hanya menatap langit malam.

Tak lama pandangannya teralihkan ketika mendengar sebuah suara notifikasi dari smartphonenya. Gadis itu kembali ke dalam lalu mengambil smartphonenya yang berada di atas nakas. Setelahnya dia jalan menuju kembali ke balkon kamarnya dan mulai membuka siapa yang memberi pesan kepadanya di tengah malam.

Senyuman gadis itu kembali terlihat dan melebar. Dirinya tak sadar kalau air matanya menitik sedikit saking bahagianya. Dirinya segera membalas pesan tersebut dengan cepat. Sangat lelah menunggu balasan sebuah pesan dari seseorang yang kita harapkan. Tak lama, suara notif kembali berbunyi.

"Sakit?", ucapnya.

Dengan raut kebingungan dan sedikit khawatir, dirinya langsung membalas pesan tersebut. Tak berlangsung lama, suara notif itu muncul lagi. Raut wajahnya menunjukkan bahwa dirinya cukup terkejut membaca balasan pesan tersebut.

"Aduh... Pasti gara-gara aku nih..."

Saat ingin membalas ternyata orang yang membalas pesannya tiba-tiba menelpon. Gadis itu seketika kebingungan ingin mengangkat telponnya atau tidak. Tapi dirinya juga merindukan suara orang tersebut. Pada akhirnya, dia mulai mengangkat telpon tersebut.


"H-Halo?"

"Kamu kenapa belom tidur? Udah tengah malem gini"

"Aku tidur lagi pas sampe rumah, terus kebangun jam segini, jadi gabisa tidur. O-oh iya, kamu gimana kondisinya? Aku-"

"Gapapa, aku bilang kan gausah khawatir. Aku udah mendingan kok. Cuma kelelahan aja"

"Tapi..."

"Tenang aja, aku nelpon kamu sambil tiduran di kasur. Aku belom bisa banyak gerak karena pusing"

"Maaf ya kalo aku repotin kamu..."

"Aku ga ngerasa direpotin sama kamu. Jadi buang pikiran kayak gitu ya. Sama aku belom sempet omongin soal itu ke mamaku. Mungkin nanti aku bicarakan"

"Gapapa kok, aku ga ngerasa buru-buru juga. K-kalo gitu, kamu tidur lagi aja deh. Nanti kamu sakit lagi"

"Hahaha, iya-iya. Kangen juga di cerewetin gini sama kamu"

"Gombal, cepet sembuh ya"

"Iya Sha. Oh iya, mimpi indah ya"


Marsha mematung mendengar ucapan Azizi. Wajahnya seketika memerah dengan smartphonenya yang masih menempel di telinga walaupun Azizi sudah terlebih dahulu memutuskan telponnya. Gadis itu menatap layar smartphonenya.

"Z-Z-Zee!!!", teriaknya dalam hati sambil menghentakkan kedua kakinya.

Sementara itu, Azizi tersenyum sambil menatap foto kontak Marsha. Azizi membayangkan tingkahnya Marsha ketika tidak sengaja ia ucapkan seperti itu kepadanya. Azizi kemudian menaruh kembali smartphonenya di atas nakas. Dirinya melihat Chika yang terlelap dalam tidurnya. Raut Azizi seketika berubah menatapnya.  Ada perasaan janggal pada diri Azizi setiap melihat Chika. Gadis itu menghela nafas kasar.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang