Chapter 6.

1.4K 153 3
                                    

Cahaya pagi masuk ke dalam kamar Azizi melalui jendela kamarnya. Gorden kamarnya sengaja ia buka agar sinar matahari dapat masuk ke seisi ruangan. Namun di tempat tidur tersebut Azizi sudah tidak ada melainkan hanya ada Marsha yang masih tertidur pulas dibalik selimutnya. Marsha benar-benar belum bangun dari tidurnya. Gadis itu masih menikmati mimpi indahnya.

Azizi saat itu sedang berada di sofanya sambil menikmati kopi yang ia buat. Hari libur yang tenang baginya ditambah tidak ada panggilan darurat. Dari kejauhan gadis itu memperhatikan Marsha yang masih tertidur. Azizi hanya tersenyum.

"Emang kebo si Marsha dari dulu", ucapnya.

Azizi ingin sekali membangunkannya terutama gadis itu berjanji untuk mengantarnya pulang setelah ini. Tapi dia tidak tega melihat Marsha yang masih tidur dengan pulas. Akhirnya dirinya menyantai saja sambil menunggu Marsha bangun. Azizi juga tak lupa sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Pagi itu juga, Azizi memesan pasta dan juga pizza untuk mereka berdua. Marsha sangat suka dengan pizza, itulah alasan gadis itu memesan.

Waktu terus berlalu, terdengar suara erangan dari Marsha. Dirinya yang baru saja meregangkan badan mulai bangun dari tidurnya. Rambutnya yang panjang sangat berantakan tak karuan, namun wajahnya masih terlihat cantik walaupun muka bantal. Marsha mulai memperhatikan sekitar dan menyadari bahwa tinggal dirinya seorang di atas tempat tidur tersebut. Gadis itu kebingungan mencari dimana Azizi berada.

"Marsha"

Marsha langsung melihat ke arah suara yang memanggilnya. Azizi tersenyum lalu melambaikan tangan kepadanya. Marsha segera turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya.

"Pagi, maaf ya aku bangunnya kesiangan"

"Pagi juga, gapapa kok. Kamu pules banget jadi aku juga gatega bangunin kamu Sha", balas Azizi.

Marsha tersenyum lalu indra penciumannya tergerak karena mencium sesuatu yang ia suka. "Ini... Bau pizza bukan sih?"

Azizi terkekeh dengan kemampuan indra penciuman Marsha yang sangat tajam.

"Iya Sha, aku beli pasta sama pizza untuk sarapan kita"

"Kamu yakin sarapan begini?"

Azizi pun beranjak ke arahnya. "Memangnya kenapa kalo sarapan kita pasta sama pizza? Ini kesukaan kamu kan?"

"I-iya sih..."

"Kalo kamu gamau yaudah, nanti aku buang aja kita-"

"Ih! Siapa yang bilang aku gamau. Aku mau kok", ucapnya.

"Iya iya, yaudah kita sarapan dulu ya", ucap Azizi. Marsha mengangguk dan tersenyum ke arah Azizi untuk ikut sarapan bersama dengannya.

Waktu terus berlalu. Setelah mereka berdua sarapan, Marsha saat itu sudah selesai dan berganti baju dengan pakaian rapi yang baru saja dibelikan oleh Azizi. Sebelumnya Marsha terkejut karena Azizi membelikannya baju baru untuknya. Azizi berkata bahwa pakaian miliknya tidak ada yang cocok untuk Marsha, jadinya Azizi menyempatkan diri membelikannya baju. Karena Marsha sudah siap, maka Azizi siap mengantar Marsha untuk pulang ke rumahnya.

Di tempat lain yaitu kediaman Aya dan Chika. Chika saat itu sedang terbaring lemah sambil memegangi perutnya. Keringatnya mengucur dari dahinya. Aya saat sedang pusing melihat putrinya yang merintih kesakitan karena maag-nya kambuh. Wanita itu sudah membawakan bubur dan juga obat maag untuknya, namun Chika masih belum bisa makan karena gadis itu tidak kuat menahan rasa sakit pada lambungnya.

"Makan sayang... Kalo perut kamu ga ke isi makin sakit sama lemes kamu", ucap Aya.

"Aku... Gakuat ma... Sakit...", jawab Chika dengan suara pelan.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang