Chapter 10.

1.3K 139 5
                                    

POV Azizi.

Rasa lelahku sangat terasa sekarang. Aku duduk di kursiku sambil menatap langit malam dari jendela ruanganku. Jika kalian bertanya kondisi Marsha sekarang, gadis itu sedang tertidur di sofa ruanganku. Pemandangan kedua kalinya aku melihat gadis itu tidur di sini. Lagi pula aku tidak masalah. Mengingat kejadian tadi, untuk pertama kalinya aku melihat gadis itu tantrum. Tidak seperti biasanya. Entah apa yang terjadi dengannya.

Rasanya aku ingin pulang tapi aku tidak enak meninggalkannya sendirian di sini. Mungkin aku akan memberikan sedikit pesan untuknya karena aku harus pulang malem ini. Apalagi mamaku sudah menanyai keadaanku di sini. Kalau Chika... Gadis itu sepertinya sudah tidur karena tidak ada balasan.

Mungkin nanti akan kusampaikan soal permintaan Marsha kepada mamaku. Semoga mamaku tidak terkejut akan hal ini.

End POV.


Azizi kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke Marsha yang sudah tertidur di sana. Gadis itu membenarkan posisi selimut yang dipakai Marsha dan merapikan poni rambut yang menutup wajah cantik dari Marsha. Azizi tersenyum menatap wajah gadis yang jaraknya tidak jauh darinya.

"Aku tidak bisa mengerti tentang perasaanku sekarang. Tapi setiap aku melihat wajahnya, rasanya sangat nyaman", ucap Azizi.

Azizi kemudian mengambil sticky note yang berada di mejanya lalu menuliskan sedikit pesan sebelum dirinya berganti baju untuk pulang ke rumah. Kepalanya saat itu terasa pusing.

"Tahan Zi... Tahan...", ucapnya.

Azizi yang sudah menyelesaikan tulisan di atas sticky notenya lalu menempelnya tepat berada di layar smartphone milik Marsha. Setelahnya gadis itu bergegas berganti baju dengan dress yang ia kenakan dari undangan pesta tadi, lalu segera keluar dari ruangan. Sebelum meninggalkan ruangan, gadis itu menengok sebentar ke arah Marsha. Terpasang senyum di kedua sisi bibirnya.

"Mimpi indah Sha"

Azizi menutup pintu ruangannya lalu segera menuju ke lobby untuk mencari taksi agar dirinya bisa pulang. Gadis itu ingin segera istirahat karena pusingnya semakin menjadi-jadi.


Pagi pun tiba, sinar matahari pagi sudah terlihat menyinari sebagian gedung rumah sakit tersebut. Terlihat beberapa dokter dan perawat sudah melakukan aktivitasnya pagi itu. Adel saat itu sudah datang dan mengantri di sebuah cafe untuk membeli kopi. Gadis berambut sebahu itu terlihat semangat karena sedari tadi senyumnya tidak terlepas dari wajahnya.

"Selamat pagi, mba cantik bener pagi ini", rayu Adel.

"Ah dokter Adel ini ngerayu mulu setiap ke sini", balas pelayan cafe tersebut.

"Loh, siapa yang ngerayu aku kan- Aaaccck sakit!"

Ashel ternyata sudah berada di sebelahnya dan menjewer telinga milik Adel. Ashel memasang wajah senyumnya namun auranya terasa mematikan. Pelayan penjaga cafe tersebut terlihat ketakutan melihat Adel yang dijewer oleh Ashel.

"Bagus ya, pagi-pagi udah godain mba-mba penjaga cafe", ucap Ashel tanpa melepas jeweran tersebut.

"Aaaackk- ga-ga gitu Ashel sayang, aku cuma- aacckk"

"Mba, kopi dua ya. Tolong anter ke meja deket jendela. Di sebelah sana", ucap Ashel sambil menunjuk ke arah yang di maksud.

"O-oh iya siap..."

"Ayo ikut"

"Ashel! Ashel! Lepasin! Kuping aku mau lepas! Ashel!!!!", jeritan Adel membuat orang-orang di sekitarnya memperhatikan mereka berdua termasuk Gita dan Muthe di sana.

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang